KERAJINAN KULIT IKAN PARI “PARI RADJA”:
SALAH SATU PRODUK UNIK DARI JOGJA
Ide atau gagasan bisa muncul tiba-tiba. Bahkan tanpa kesengajaan. Demikian pun yang dialami Miftahul Khoir (29) pria asli dari Dusun Dadapan Lor RT 02, Timbulharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Pria berputra dua orang ini adalah alumnus Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta. Semula ia agak malas-malasan menempuh kuliahnya. Namun dalam hal praktik ia menyukainya. Macam-macam kulit binatang pernah diolahnya untuk dijadikan bahan baku kerajinan. Kulit domba, kambing, dan sapi sudah biasa ditanganinya. Ia merasa biasa-biasa saja dengan semuanya itu.
Suatu ketika ia diajak bermain ke rumah temannya di Cilacap. Ia bersama temannya itu meluangkan waktu berjalan-jalan di pantai Cilacap. Di sana Miftahul Khoir melihat banyak kulit ikan pari dijemur untuk dijadikan kerupuk oleh nelayan setempat. Tiba-tiba muncul gagasan di otak Miftahul untuk mengolah kulit ikan pari tersebut menjadi sesuatu yang lebih bernilai jual tinggi.
Berbekal ilmu yang diperolehnya di Akademi Teknologi Kulit ia membeli beberapa kulit ikan pari dan dibawa pulang Jogja untuk diolah. Ternyata apa yang dilakukan Miftahul tidak berhasil. Ia mencoba mengolah kulit itu berkali-kali. Berkali-kali pula ia gagal. Ternyata menyamak kulit ikan tidak sama dengan menyamak kulit binatang darat. Cukup sulit. Ia pun hampir putus asa. Namun dengan dorongan dari teman-teman dan keluarganya ia mencoba terus. Akhirnya ia berhasil menyamak kulit pari tersebut menjadi bahan baku kulit yang bisa dijadikan kerajinan.
Hal yang tersulit dalam penyamakan atau pengolahan kulit ikan pari adalah cara untuk mempertahankan tekstur mutiara yang menempel di kulit ikan pari agar tidak rontok. Tekstur mutiara inilah yang menjadi sisi keunikan atau spesifikasi kulit ikan pari. Tanpa tekstur ini kulit ikan pari kehilangan nilai eksotisnya. Akhirnya resep untuk menyakam kulit ikan pari itu bisa ditemukan oleh Miftahul Khoir. Mulailah ia memproduksi aneka kerajinan berbahankan kulit ikan pari tersebut.
Hand bag, ikat pinggang, dompet wanita, dompet pria, tali arloji, tempat HP, bahkan sepatu pun mulai ia buat dengan bahan baku kulit ikan pari. Hasilnya memang lain dari kerajinan kulit dengan bahan baku binatang darat. Tekstur mutiara yang memenuhi seluruh permukaan kulit ikan pari menyebabkan dompet atau kerajinan lain kelihatan berbintik-bintik putih kemilau di tengah latar belakang kulit yang telah disamak dan diberi warna. Tampilan visualnya memang kelihatan eksotik dan mewah.
Pemasaran yang digarap Miftahul Khoir pun tidak mudah. Ia mesti aktif kemana-mana untuk menawarkanm produknya. Lambat namun pasti produk kerajinan kulit ikan parinya pun mulai dikenal. Pangsa pasar di Jogja masih terasa cukup berat. Maklum produknya juga termasuk berharga lumayan tinggi. Sasaran pasar produk ini lebih mengarah pada konsumen kelas menengah ke atas.
Untuk sepotong ikat pinggang ia membanderol harga Rp 150.000,- Rp 200.000,- Harga ini pun hanya untuk ikat pinggang yang tidak memiliki mutiara besar (pusat). Sedangkan gesper dengan mutiara besar dihargai Rp 300.000,- Rp 350.000,-. Sedangkan dompet pria ia jual dengan harga Rp 85.000,- Rp 210.000,-. Dompet wanita Rp 200.000,- Rp 850.000,-. Hand bag Rp 650.000,- Rp 800.000,-. Tas besar Rp 1.500.000,- Rp 2.500.000,-. Sepasang sepatu Rp 1.500.000,- Rp 2.000.000,-. Sementara untuk aneka asesori (tali arloji, tempat HP, dan lain-lain) diberi harga Rp 100.000,-.
Miftahul Khoir mengaku bahwa untuk pasar di Jogja memang belum sekencang pasar di luar Jogja seperti Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Semarang. Untuk itulah Miftahul memang lebih terkonsentrasi pada pasar di luar Jogja. Sementara untuk pemasaran ke luar negeri ia masih mengandalkan eksportir. Ia merasa belum mampu melakukan pemasaran sendiri ke luar negeri mengingat banyak resiko yang dapat terjadi termasuk rumitnya syarat-syarat untuk perdagangan.
Untuk saat ini Miftahul merasa agak kesulitan bahan baku. Cuaca yang tidak menentu menyebabkan nelayan sering tidak melaut. Akibatnya produksi kulit ikan pari juga mengalami kelangkaan. Dengan kondisi seperti itu harga kulit ikan pari menjadi mahal. Kendala yang lain, Miftahul tidak bisa membeli kulit ikan pari dalam waktu yang rutin sehingga ia terpaksa membeli pada pengepul besar. Harga di pengepul besar umumnya sudah mahal. Sementara untuk bergerilya pada pengepul kecil juga membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Harga bahan baku kulit ikan pari pun bervariasi. Mulai dari Rp 5.000,- per inci sampai dengan Rp 50.000,- per inci. Semua tergantung pada kualitas kulit ikan parinya.
Sampai saat ini Miftahul Khoir mempekerjakan 8 orang karyawan yang dipekerjakan secara harian. Jika order sedang meningkat ia sering pula mengontrak karyawan dengan sistem kerja borongan. Miftahul membuka studio dan showroomnya di Jl. Parangtritis Km 8, Dadapan Lor RT 02, Timbulharjo, Sewon, Bantul. Showroom yang lainnya ia buka di Pasar Seni Gabusan Los 1 Kios No. 2. Miftahul menamai usahanya PARI RADJA dengan harapan produknya bisa menjadi andalan dan disukai banyak orang. Untuk sementara ini hanya ada 1-2 orang yang bertekun dengan kerajinan kulit ikan pari. Salah satunya adalah Miftahul Khoir bersama istrinya, Dwi Lestari.
Kecuali membuat kerajinan dari kulit ikan pari, Pari Radja yang dikemudikan oleh Miftahul Khoir juga menerima order penyamakan kulit biawak, ular, ikan kakap, dan ikan pari itu sendiri. Mau produk kerajinan dari kulit ikan pari nan eksotik ? Jawabnya: datang saja ke Jogja !
a.sartono
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya
Baca Juga Artikel Lainnya :
- KEMACETAN TOTAL DI JOGJA TINGGAL MENUNGGU WAKTU(02/03)
- MONUMEN DI JOGJA RIWAYATMU KINI(23/02)
- ENDHOG ABANG, JAJANAN KHAS DI ACARA SEKATENAN(16/02)
- KAPAL OTHOK-OTHOK HANYA BISA DITEMUKAN DI SEKATENAN(09/02)
- DAUN PINTU SEBAGAI PENGINGAT AKAN BENCANA(02/02)
- ABON IKAN TUNA, SATU MAKANAN KHAS LAIN DARI JOGJA(26/01)
- ABON IKAN TUNA, SATU MAKANAN KHAS LAIN DARI JOGJA(19/01)
- BROWNIES SALAK PONDOH, OLEH-OLEH KHAS JOGJA YANG MASIH KINYIS-KINYIS(12/01)
- BROWNIES SALAK PONDOH, OLEH-OLEH KHAS JOGJA YANG MASIH KINYIS-KINYIS(05/01)
- SALAK, SALAH SATU IKON SLEMAN(29/12)