BROWNIES SALAK PONDOH: OLEH-OLEH KHAS JOGJA YANG MASIH KINYIS-KINYIS (2)

Membuat brownies dengan bahan baku salak pondoh bukanlah pekerjaan yang mudah. Pasalnya, salak pondoh (dan salak pada umumnya) memiliki karakter mudah berubah warna karena kandungan glukosanya cukup tinggi. Selain itu esense (aroma) dari salak ini hampir tidak terasakan. Sementara esense salak tidak bisa didapatkan di pasaran karena esense salak memang belum ada. Bahkan peneliti dari Jerman yang mencoba membuat esens salak bisa menghabiskan dana 5 juta rupiah untuk mendapatkan esens sebanyak 5-10 mililiter. Hal ini tentu tidak belum bisa diharapkan untuk diproduksi massal mengingat biayanya yang demikian besar.

Pernah juga Decky mencoba membuat tepung salak pondoh sebagai salah satu bahan pembuatan kuenya. Akan tetapi hasilnya tidak memuaskan karena ternyata tepung dari salak pondoh sulit mengembang. Kendala-kendala demikian memang menjadikan kendala bagi produksi kue berbahan salak pondoh yang dilakukan Decky. Akan tetapi Decky tidak menyerah. Niatnya untuk memberikan nilai lebih pada salak pondoh demikian besar. Demikian juga minatnya untuk memberikan andil bagi dunia oleh-oleh (makanan) khas Jogja.

Upaya pun terus dilakukan oleh Decky bersama istrinya. Hasilnya adalah berbagai variasi Brownies Salak Pondoh seperti yang telah dipaparkan pada tulisan seri I minggu lalu. Salah satu varian untuk mengentalkan rasa dan aroma salak pondoh dalam browniesn produk Salakka adalah mencincang daging salak dan mencampurkannya ke dalam adonan brownies di samping ada yang ikut dihaluskan bersama adonan itu sendiri.

Jika dalam usaha produksi urusan pemasaran hampir selalu menjadi kendala yang relative utama, bagi Decky pemasaran produk-produk Salakka tidak terlalu menjadi persoalan. Bekal malang melintangnya di dunia kuliner dan waralaba serta berbagai jejaring membuat produknya relative bisa diserap pasar. Bandara, travel agent, Pemda, Dinas Perindustrian, Dinas Pariwisata, dan lain-lain menjadi mitra dan jejaring yang cukup membantu dalam pemasaran produksinya.

Salakka yang dikomandoi oleh Decky dan istrinya ini kecuali bisa memberikan produk oleh-oleh khas Jogja juga mampu menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti pula memberikan bantuan bagi lapangan kerja dan kesejahteraan bagi orang lain. Setidaknya ia melibatkan lima orang tenaga kerja dalam produksi Brownies Salak Pondoh-nya.

Menurut Decky kekhasan Brownies Salak Pondoh bukan hanya terletak pada taste salak pondohnya, namun juga keseluruhan tampilannya. Termasuk yang tidak kalah penting, adalah kemasannya. Pada kemasan brownies produk Salakka selalu terdapat gambar wayang. Hal ini menjadi ciri khas bahwa brownies tersebut berasal dari Jawa (Jogja) yang boleh dibilang identik dengan kesenian wayang.

Salakka di tangan Decky masih ingin terus mengembangkan usahanya sekalipun Salakka sendiri telah memiliki produk andalan berbagai macam brownies, bakpia, dan nastar yang berbahan baku salak pondoh. Decky pun punya cita-cita tidak hanya mengelola salak pondoh di Sleman, namun juga salak Bali di Bali. Bukan hanya mengelola produknya namun juga ia ingin lebih dapat mengenalkan salak dalam segala seluk-beluknya. Baik jenis tanaman, sifat, manfaat, varian, dan seterusnya sehingga salak tidak hanya dipandang sebagai penghasil buah semata namun dapat menjadi objek kajian ilmiah yang di kemudian hari dapat memberikan kemanfaatan yang terus bertambah.

Di Ndalem Salakka itu Tembi sempat mencicipi minuman Sari Salak Pondoh. Rasanya manis-manis asam. Warna minuman itu oranye muda. Aroma khas salak pondohnya cukup terasa. Minuman sari salak pondoh ini juga merupakan salah satu produk khas hasil olahan dari salak pondoh. Tembi juga sempat mencicipi Brownies Kek Kukus Original produksi Salakka. Sayangnya Brownies Kek Kukus Original Salak Pondohnya tidak ready stock. Padahal kalau ada Tembi bisa akan mencoba mencicipinya. Tidak apa-apa. Brownies Kek Kukus Original produksi Salakka cukup kuat rasa dan aroma cokelatnya. Tekstur kuenya cukup lembut tetapi bagi Tembi terasa kurang lembab. Barangkali ini hanya soal selera saja sebab Tembi yang datang ke sana lebih suka brownies kukus yang sedikit lembab dengan tekstur yang lebih juicy.

Oh iya, dalam kemasan brownies kukus produksi Salakka selalu dituliskan istilah ”kek”, seperti Brownies Kek Kukus Original, Brownies Kek Kukus Original Salak Pondoh, dan seterusnya. Istilah ”kek” di sini diambilkan dari bahasa Melayu yang mengadopsi istilah kue dalam bahasa Inggris yakni ”cake”. Mungkin bagi teman-teman di Batam dan sekitarnya tidak asing dengan istilah ”kek” ini karena di sana istilah ini sudah sangat umum.

Jika berwisata atau jalan-jalan di Jogja tidak ada salahnya Anda membawa oleh-oleh khas Jogja seperti Brownies Salak Pondoh, Bakpia Salak Pondoh, atau Nastar Salak Pondoh. Bahkan juga jenang, kripik, dan minuman berbahan herbal atau salak pondoh produksi Salakka. Nikmati keunikan dan kekhasan Jogja.

a.sartono
foto: Decky Salakka, a.sartono

BROWNIES SALAK PONDOH: OLEH-OLEH KHAS JOGJA YANG MASIH KINYIS-KINYIS (2) BROWNIES SALAK PONDOH: OLEH-OLEH KHAS JOGJA YANG MASIH KINYIS-KINYIS (2) BROWNIES SALAK PONDOH: OLEH-OLEH KHAS JOGJA YANG MASIH KINYIS-KINYIS (2) BROWNIES SALAK PONDOH: OLEH-OLEH KHAS JOGJA YANG MASIH KINYIS-KINYIS (2)

BROWNIES SALAK PONDOH: OLEH-OLEH KHAS JOGJA YANG MASIH KINYIS-KINYIS (2)

BROWNIES SALAK PONDOH: OLEH-OLEH KHAS JOGJA YANG MASIH KINYIS-KINYIS (2)




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta