KAPAL OTHOK-OTHOK HANYA BISA DITEMUKAN DI SEKATENAN

Ada yang khas di arena PMPS (Pasar Malam Perayaan Sekaten) di Jogja sejak beberapa puluh tahun yang lalu. Hal yang khas itu di antaranya adalah adanya penjual mainan tradisional berupa kapal-kapalan. Kapal-kapalan ini terbuat dari seng yang dibentuk dan dipatri sedemikian rupa sehingga membentuk kapal. Mainan kapal-kapalan ini dapat mengambang dan berjalan di atas permukaan air. Teknologi yang digunakan untuk membuat kapal-kapalan ini mampu berjalan di atas air pun sangat sederhana. Di dalam badan kapal-kapalan itu direkatkan pipa kecil (kira-kira sebesar karet pentil sepeda). Pipa ini melengkung di lantai kapal-kapalan sebelah dalam dengan dua buah lubang di bagian buritan.

Untuk dapat menjalankan kapal-kapalan ini pipa kecil tersebut harus diisi terlebih dulu dengan air. Corong untuk memasukkan air ke dalam pipa kecil itu sudah tersedia satu paket dengan kapal-kapalannya. Usai air dimasukkan ke dalam pipa, kapal-kapalan diletakkan di atas air. Setelah itu satu kotak kecil kaleng bercerat yang diisi secabik kapas yang diberi minyak tanah disulut serta diletakkan di lantai bagian dalam kapal-kapalan. Panas dari pembakaran ujung kapas ini akan memanasi tabung atau pipa yang diletakkan di lantai kapal-kapalan. Panas dari pipa ini akan memuaikan air di dalam pipa kecil tersebut.

Air yang memuai akan terdorong keluar sehingga memberi daya dorong pada kapal-kapalan tersebut. Suhu yang berbeda antara air di dalam pipa dan di luar pipa (di baskum/ember) menghasilkan hentakan ledakan kecil sehingga menimbulkan bunyi tok-tok-tok berulang-ulang. Oleh karena hal itulah maka mainan kapal-kapalan ini dinamakan Kapal Othok-othok. Bersamaan dengan berjalannya kapal, maka ”senapan/meriam” yang diletakkan di bagian depan kapal pun akan berguncang-guncang ke atas ke bawah. Gerak meriam ini terjadi karena hentakan gerak kapal yang terjadi berulang-ulang. Dengan demikian, kapal tersebut kelihatan seperti tengah menembakkan meriamnya ke ara depan.

Umumnya kapal-kapalan yang terbuat dari seng ini dulu dijual berdampingan dengan mainan motor-motoran yang dibuat dari komponen seng, kawat, dan roda yang terbuat dari timbal. Motor-motoran ini hanya beroda satu di bagian depan dan hanya bisa diputar dengan memilinkan tali benang pada bagian luar as-nya yang menempel pada ujung kawat. Tali yang dipilinkan pada as itu ditarik kencang, maka begitu lilitan benang terlepas berputarlah roda motor-motoran itu pada tangkai kawatnya. Sangat sederhana memang. Akan tetapi mainan model begitu dulunya banyak digemari anak-anak. Kini mainan motor-motoran itu sudah tidak ada lagi.

”Sudah tidak laku.” Demikian tutur Saptanto (30), salah satu penjual mainan Kapal Othok-othok di arena PMPS Alun-alun Utara yang sempat berbincang dengan Tembi, Senin, 31 Januari 2011.

Saptanto sendiri mengaku bahwa ia menjual Kapal Othok-othok jika ada event-event tertentu saja seperi PMPS di Alun-alun Utara ini. Ia yang asli Cirebon ini telah terbiasa berjualan mainan jenis itu ke berbagai tempat sesuai event-event yang ada di daerah yang bersangkutan. Umumnya event-event yang ia datangi memang event pasar malam. Untuk itulah ia telah biasa mengembara dari satu tempat ke tempat lain demi mendapatkan rejeki.

Ia bercerita kepada Tembi bahwa untuk event PMPS 2011 ini ia bisa menjual Kapal Othok-othok sebanyak 20-40 buah per harinya. Kapal Othok-othok ini ia jual dengan harga Rp 7.000,- (untuk ukuran kecil) dan Rp 12.000,- (untuk ukuran besar). Lebih jauh Saptanto ayah berputra satu orang ini enggan menceritakan berapa untung bersih yang ia terima dari penjualan mainan Kapal Othok-othok ini. Ia menambahkan bahwa tidak ada yang sulit dengan pemasaran Kapl Othok-othok ini. Hanya saja kalau hujan turun ia agak kerepotan.

Pasalnya ia berjualan hanya dengan satu payung pelindung. Tampias air hujan tidak mampu dicegah oleh sebuah payung yang dimekarkan. Kecuali itu, jika hujan turun pengunjung arena PMPS pun menjadi sedikit. Orang yang berdatangan pun enggan untuk mampir belanja. Akibatnya pendapatan uang di saat hujan biasanya memang turun. Akan tetapi demikianlah kehidupan itu. Semua harus dijalani. Panas, hujan, mendung, atau tidak waktu terus berjalan manusia terus melangkahkan kaki menapaki peziarahan hidupnya sendiri-sendiri.

a.sartono

KAPAL OTHOK-OTHOK HANYA BISA DITEMUKAN DI SEKATENAN KAPAL OTHOK-OTHOK HANYA BISA DITEMUKAN DI SEKATENAN KAPAL OTHOK-OTHOK HANYA BISA DITEMUKAN DI SEKATENAN KAPAL OTHOK-OTHOK HANYA BISA DITEMUKAN DI SEKATENAN




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta