Tembi

Museum»KISAH ADISUCIPTO I

24 Jan 2009 12:39:00

Jaringan Museum

KISAH ADISUCIPTO I

Bandara Internasional Adisucipto Yogyakarta merupakan salah satu bandara kebanggaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bandara Adisucipto yang saat ini merupakan satu-satunya bandara komersial di wilayah Propinsi DI. Yogyakarta merupakan salah satu pintu gerbang keluar-masuknya para wisatawan dari daerah lain, baik wisatawan nusantara dan mancanegara yang hendak berkunjung ke Yogyakarta. Nama Adisucipto, selain dipakai sebagai nama bandara di Yogyakarta, juga dipakai sebagai nama jalan, yakni Jalan Adisucipto yang melintas di perbatasan timur kota Yogyakarta ke arah timur menuju bandara. Sebelum nama Adisucipto digunakan untuk nama bandara ini, dulunya bernama Pangkalan Udara Maguwo, karena letaknya di daerah Maguwo.

Kebanyakan nama-nama bandara di wilayah Indonesia berasal dari nama pahlawan nasional. Di Surakarta, nama bandara bernama bandara Adisumarmo. Sementara di daerah Madiun bernama Bandara Iswahyudi, di Semarang, nama bandara adalah Bandara A.Yani, di Jakarta salah satu nama bandaranya adalah Bandara Soekarno-Hatta, di Bali bernama Bandara I Gusti Ngurah Rai, dan di Yogyakarta bernama Bandara Adisucipto.

Bandara Adisucipto terletak di kompleks Adisucipto. Selain bandara, di kompleks ini terdapat sekolah Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta, yang mencetak penerbang-penerbang handal. Ada pula Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, Rumah Sakit TNI Angkatan Udara, stasiun transit kereta api dan terminal transit untuk kendaraan umum.

Nama Adisucipto sendiri diambil sebagai nama bandara di Yogyakarta, karena jasanya sebagai pahlawan nasional. Nama lengkapnya adalah Agustinus Adisutjipto (sesuai ejaan aslinya). Ia dilahirkan pada tanggal 3 Juli 1916 di Salatiga, Jawa Tengah dari putra Bapak Roewidodarmo. Adisucipto pernah belajar di HIS, MULO, AMS, dan GHS (Geneeskundige Hoge School) atau Sekolah Tinggi Kedokteran. Ia juga lulusan Sekolah Penerbang Militaire Luchvaart di Kalijati, Jawa Barat.

Adisucipto termasuk salah satu pemuda Indonesia yang beruntung di kala itu. Ia dapat mengenyam pendidikan hingga ke jenjang pendidikan tinggi di zaman yang serba sulit ketika Indonesia masih dijajah Belanda. Bahkan atas kepandaian dan ketekunannya itu, ia berhasil menerbangkan pesawat Cureng buatan Jepang, yang sebelumnya sempat rusak. Setelah pesawat Cureng bersayap dua itu diperbaiki, lalu ia mempersiapkan pesawat itu untuk diterbangkan. Pada tanggal 27 Oktober1945, pesawat Cureng itu berhasil ia terbangkan sekaligus dengan identitas bendera Merah Putih di atas langit Yogyakarta. Penerbangan itu merupakan penerbangan pertama sejak Indonesia merdeka dengan menggunakan identitas bendera Merah Putih.

Selain itu pada tanggal 15 November 1945, Adisucipto bersama-sama dengan beberapa tokoh penerbangan dari daerah Malang dan Surabaya juga berhasil mendirikan pendidikan sekolah penerbangan di Pangkalan Udara Maguwo. Pada awal berdirinya, sekolah penerbangan itu mendidik putra-putra daerah, baik yang pernah belajar penerbangan sebelum Perang Dunia II maupun yang belum pernah sama sekali. Penyelenggaraan sekolah penerbangan ketika itu masih menggunakan sarana dan prasarana yang sangat terbatas. Tempat pendidikan memanfaatkan bangunan kecil di dekat menara Pangkalan Udara Manguwo. Sering pula pendidikan yang disampaikan kepada para kadet dilakukan di bawah pohon cerry atau talok, di dekat menara tersebut. Sementara untuk pelajaran terbang atau latihan terbang menggunakan pesawat jenis Cureng, yakni pesawat bersayap ganda peninggalan Jepang. Pesawat Cureng ini buatan pabrik Nippon Hikoki tahun 1933. Pada tanggal 15 November itulah, kemudian diperingati sebagai hari jadi Komando Pendidikan TNI AU (KODIKAU).

bersambung

Teks dan foto : Suwandi




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta