Tembi

Bale-dokumentasi-resensi-buku»Rokat Bangkalan. Penjelajahan Makna dan Struktur

04 Jul 2008 11:03:00

Perpustakaan

Judul : Rokat Bangkalan. Penjelajahan Makna dan Struktur
Penulis : A.M. Hermin Kusmayati
Penerbit : MSPI, 1998, Bandung
Bahasa : Indonesia
Jumlah halaman : iv + 87
Ringkasan isi :

Upacara sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat Pulau Madura antara lain di wilayah kabupaten Bangkalan, sebagai suatu kebutuhan yang tidak dapat diabaikan Nilai nilai agama yang dianut tidak menjadikan halangan bagi mereka untuk meneruskan pola budaya nenek moyang yang disebut upacara tersebut, terutama rokat. Rokat atau ruwat sering menjadi tempat bersandar seseorang atau masyarakat apabila sedang berada dalam kesulitan, untuk menggantungkan harapan tertentu, untuk melepaskan dari jerat-jerat tertentu yang mencelakakan/membebaskan diri dari malapetaka.

Rokat di Madura tidak hanya ditujukan kepada manusia tetapi juga untuk roh-roh leluhur, benda-benda dan lingkungan. Oleh karena itu di sana dikenal adanya:

  1. Rokat buju’; buju’ dimengerti sebagai nenek moyang suatu keluarga, masyarakat atau pendiri suatu wilayah; juga dimengerti sebagai suatu benda atau tempat keramat

  2. Rokat pandhabha; upacara untuk menjaga keselamatan atau menjauhkan diri dari bahaya bagi orang dengan ciri-ciri tertentu misal pandhabha rato (anak tunggal laki-laki)

  3. Rokat ojan ; upacara untuk memohon hujan

  4. Rokat sombher; upacara untuk memohon agar sumber air (sumur) tetap ada airnya

  5. Rokat tase’ atau rokat pangkalan; upacara untuk memohon agar hasil laut tetap baik

  6. Rokat disa; upacara untuk memohon keselamatan suatu desa

  7. Rokat bengko; upacara untuk memohon keselamatan bagi penghuni suatu rumah atau kantor (bengko artinya rumah)

Bermacam-macam sesaji dan sarana diperlukan dan dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan rokat. Sesaji disiapkan dengan tujuan “dipersembahkan” atau “disajikan” kepada roh nenek moyang atau “penguasa” tertentu yang dimaksudkan dalam upacara tersebut. Sesaji terdiri dari air, makanan (misal nase’ rasol, jajan genak/jajan pasar), minuman, bermacam-macam bunga, buah-buahan, biji-bijian, umbi-umbian, binatang dan lain-lain. Sesaji apa yang akan dipakai tergantung jenis rokat yang diselenggarakan. Sarana upacara merupakan benda atau alat yang dipergunakan, tidak “dipersembahkan” kepada roh nenek moyang atau penguasa tertentu tetapi digunakan dalam rangkaian pelaksanaan ritus tersebut, umumnya berupa dupa dan bara api. Tempat untuk melaksanakan upacara tersebut tergantung jenisnya misal rokat sombher dilaksanakan dekat sumber/sumur yang dikeramatkan rokat tase’ dilaksanakan di pantai tempat nelayan biasa mendarat. Waktu pelaksanaan ditentukan berdasarkan musyawarah atau wangsit yang diterima orang-orang tertentu misal sesepuh atau po seppo.

Di antara sesaji dan sarana upacara tidak jarang berupa seni pertunjukan. Dalam rokat seni dibedakan menjadi 4, yaitu disajikan sebagai penjelas upacara, dilaksanakan sebagai pengesah upacara, diketengahkan sebagai penguat upacara dan diselenggarakan sebagai salah satu sarana berintegrasi bagi masyarakat yang hadir. Walaupun tidak semata-mata ditata sebagi sebuah tontonan tetapi seni pertunjukan tersebut menyampaikan nilai-nilai estetis melalui aspek-aspek yang terkandung di dalamnya, berdasarkan jenis seni pertunjukannya. Semua aspek penunjang seni pertunjukan yang diselenggarakan berkaitan dengan rokat merupakan kumulasi ungkapan perasaan dan pikiran masyarakat yang sangat beragam.

Berdasarkan ciri-ciri bentuk yang dibawakan seni pertunjukan yang terkait dalam rokat dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu:

  1. Tari, apabila aspek gerak lebih dominan. Misal tari Okol.

  2. Dramatari, apabila memakai gerak sebagai medianya dilengkapi dialog/monolog serta memiliki alur cerita. Yang ada adalah dramatari bertopeng.

  3. Musik, apabila yang ditekankan adalah aspek berbagai nada, irama, melodi, harmoni dan syair (apabila meggunakan syair). Misal seni mamaca.

  4. Resitasi, seni pertunjukan yang terwujud melalui pola dasar suara. Suara tersusun atas aspek nada, irama, melodi, harmoni dan syair dengan pembacaan syair sebagai tekanan utama. Misal seni pertunjukan Hong Bahong.

Meskipun dikelompokkan menjadi 4 jenis, keempatnya berada dan menunjang di dalam penyajiannya. Masing-masing tidak pernah berdiri sendiri. Misal tari hampir selalu berhubungan erat dengan musik.

Teks : Kusalamani




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta