Nugie
Makin Indonesia dengan Sejarah dan Kearifan lokal

Nugie Makin Indonesia dengan Sejarah dan Kearifan lokalBerbicara soal pelestarian alam serta ke-Indonesiaan bersama Nugie sungguh mengasyikan. Ada banyak informasi yang bisa kita dapat darinya. Musisi dan aktor kelahiran 31 Agustus 1971 ini memang sejak awal kariernya sudah “berbicara” tentang “tarikan” kata hatinya tentang alam dan Indonesia yang menurutnya sangat istimewa. “Lagu pertama yang aku buat aku beri judul Desaku. Aku buat sekitar tahun 1992 disela-sela latihan penelitian masyarakat di sebuah desa di Jawa Tengah sewaktu aku kuliah di FISIP UI. Aku sendiri nggak tau kenapa banyak lagu-lagu yang aku buat banyak berbicara tentang alam dan Indonesia. Mungkin karena papiku tentara mengajari kami anak-anaknya untuk memperhatikan alam dengan disiplin yang tinggi. Aku diberi tugas menjaga kebersihan rumah. Trus kalo liburan, biasanya kita jalan-jalan ke alam bebas. Biasanya sih kalo nggak ke pantai ya ke Puncak” katanya.

Sejak kecil almarhum ayah Nugie juga selalu menekankan kepada anak-anaknya bahwa mereka harus memiliki Tanah, Air dan Udara yang Indonesia dan mengharuskan Nugie untuk menjadi leNugie Makin Indonesia dengan Sejarah dan Kearifan lokallaki sejati yang Indonesia. Meski saat itu ia belum mengerti arti pesan itu tetapi dalam perjalanan karirnya tanpa sadar pesan itu telah menginspirasi dirinya saat merilis Album trilogi perdananya. Album pertama tahun 1995 ia beri judul “Bumi”, kedua berjudul “Air” (1996), dan album ketiga diberi judul “Udara” (1998). Trilogy itu melahirkan lagu-lagu yang menjadi hits antara lain: “Tertipu”, “Puteri”, “Burung Gereja”,”Teman Baik” dan “Pembuat Teh”. Pada tahun 2004 Nugie kembali merilis album trilogi seri kedua dengan judul “Bahagia” dengan Hit “Bisa Lebih Bahagia”.

Judul-judul album yang terkesan serius memang mengesankan perhatiannya yang begitu besar pada alam. Namun siapa sangka bahwa saat album itu dibuat sebenarnya ia belum memiliki keprihatinan terhadap kondisi alam Indonesia dan budaya bangsa ini. “Aku membuat lagu itu benar-benar mengikuti kata hatiku aja. Ditambah lagu-lagu seperti “Tanah Air”, “Rayuan Pulau Kelapa” yang selalu menginspirasiku untuk membuat lagu tentang alam Indonesia dan nilai-nilai kearifan lokal.Nugie Makin Indonesia dengan Sejarah dan Kearifan lokal

Keterlibatan Nugie pada aktifitas pelestarian lingkungan serta budaya justru setelah album perdananya keluar. “Beberapa aktivis mengajak aku untuk ikut aktif dalam kegiatan pelestarian alam dan budaya lokal. Dan dengan itu aku jadi semakin tahu bahwa kearifan lokal suatu suku tidak lain adalah untuk kelangsungan alam, contohnya ketika aku bertemu dengan salah satu suku Dayak di Kalimantan. Mereka bercerita bahwa jika mereka berladang di satu lokasi saja justru akan membuat tanah itu mati. Jadi mereka berpindah adalah untuk memberi kesempatan tanah yang sudah dipakai untuk memperbaiki diri. Ini yang sering menimbulkan konflik karena kita tidak memahami kearifan lokal!” Paparnya.

Kemudian tanpa sadar pesan almarhum papinya untuk menjadi lelaki sejati Indonesia lambat laun bisa ia pahami. “Semakin hari aku berusaha makin meng-Indonesia dengan cara yang aku suka”. Nugie suka sekali menggali informasi dari berbagai sumber yang menguatkan feelingnya bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar. Salah satunya adalah tentang “Atlantis” dan “Turangga Seta”, sebuah komunitas yang telah menguak fakta sejarah yang selama ini dianggap hanya sebagai mitos, seperti tentang kerajaan Kerajaan Hastina Pura, Kerajaan Ngamartalaya, Kerajaan Dahana Pura, Kerajaan Gilingwesi dan lain-lain.

Nugie gemas dengan fakta sejarah yang sepertinya ditutupi, ia juga heran kenapa kearifan lokal banyak yang tidak diakui padahal begitu banyak kearifan lokal yang justru sudah advance. Jauh melampaui apa yang kita anggap sekarang ini sebagai sesuatu yang modern. Nugie juga tidak mengertiNugie Makin Indonesia dengan Sejarah dan Kearifan lokalkenapa kehebatan-kehebatan ilmu yang dimiliki oleh suku-suku di Indonesia tidak digunakan dan malah dianggap klenik. Niatnya sangat besar untuk menyebarluaskan berbagai kearifan lokal yang dimiliki oleh setiap suku di Indonesia termasuk juga temuan-temuan dari komunitas Turangga Seta yang menurutnya penting untuk diketahui generasi sekarang karena menurutnya begitu banyak orang Indonesia yang sudah pesimis dengan Indonesia. Kenyataan ini membuat Nugie gemas dan ingin menyebarkan temuan-temuan baru agar semakin banyak orang Indonesia tahu sejarah bangsa yang sebenarnya.

Menurutnya semua kearifan lokal serta artefak-artefak mengenai kebesaran bangsa bisa menjadi semangat yang membangkitkan kembali keyakinan bahwa kita adalah bangsa besar yang berkebudayaan tinggi. “Ini adalah caraku untuk makin meng-Indonesia di luar bidang musik. Di bidang musik sendiri, aku juga selalu menyanyikan lagu Indonesia Raya lengkap 3 bait, aku nggak mau lagu itu dinyanyikan cuma 1 bait, karena aku yakin lagu Indonesia Raya itu seperti doa, aku nggak peduli orang mencibir. Aku hanya ingin menanamkan sesuatu yang positif “ungkapnya. Nugie memang tidak asal bicara. Ia tahu betul apa yang ia yakini. Terdengar dari nada bicaranya yang tegas serta sorot matanya yang tajam setiap kali ia bicara tentang Indonesia. Bangsa besar yang tidak bisa disepelekan.

Temen nan yuk ..!

YP Kris



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta