Penganugerahan Sastra Dari Yasayo

“Geguritan yang ditulis Handoyo Wibowo memiliki ciri khas berupa kerata basa yang hampir selalu digunakan di setiap judulnya. Kerata basa merupakan salah satu warisan sastra Jawa yang mencoba mencari asal-usul suatu kata…

Prof. Dr. Faruk HT, dosen jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya UGM mendapat anugerah sastra dari Yayasan Sastra Yogya, Foto: Ons Untoro
Prof. Dr. Faruk HT menyampaikan Pidato Kebudayaan
di Pusat Kebudayaan Kosenadi Harjosoemantri UGM

Yayasan Sastra Yogyakarta (Yasayo) untuk kali ketiga sejak tahun 2011, memberikan Penganugerahan Sastra, pada Kamis malam, 8 November 2012 di Pusat Kebudayaan Koesnadi Harjosoematri (PKKH) UGM. Para tokoh yang mendapat anugerah adalah Prof. Dr. Faruk HT, peneliti sastra Indonesia; Slamet Riyadi, peneliti sastra Jawa; Esti Nuryasni Kasam, sastrawi Indonesia; dan Handoyo Wibowo, sastrawan Jawa.

“Yasayo tidak hanya mengadakan penganugerahan hadiah sastra, tetapi juga mengadakan seminar sastra, untuk menambah apresiasi kita terhadap sastra di Yogyakarta,” kata Prof. Dr. Rahmat Djoko Pradopo, ketua Yasayo.

Rachmat menilai, Prof Faruk sejak masih mahasiswa aktif mempublikasikan karya-karya kritiknya di sejumlah media sastra nasional seperti Horison dan Basis di era 1980-an. Ulasan kritiknya di media massa kerap kali menyoroti perkembangan karya sastra pada masanya.

“Prof. Faruk merupakan akademisi yang selalu mengikuti perkembangan dunia ilmiah. Terbukti, ia merupakan salah satu tokoh yang berjasa mengenalkan sosiologi sastra di Indonesia melalui buku Pengantar Sosiologi Sastra. Buku ini tidak hanya mengenalkan apa itu sosiologi sastra kepada pembaca, tetapi juga menguraikan kemungkinan-kemungkinan penggunaan teori ini untuk meneliti karya sastra Indonesia,” ujar Rachmat.

Penerima Penganugerahan Sastra yang kedua, Slamet Riyadi, adalah seorang peneliti senior di Balai Bahasa Yogyakarta. Ia mulai mengabdikan diri di dunia penelitian sejak tahun 1975. Penelitiannya terhadap sastra Jawa sudah banyak diterbitkan menjadi buku dan tersebar di sejumlah media berbahasa Jawa. Tercatat sudah lebih dari 20 judul penelitian yang sudah dihasilkannya.

“Hasil-hasil penelitiannya merupakan sumbangan yang penting bagi ilmu sastra, utamanya yang berkaitan dengan filologi,” kata Rachmat Djoko Pradopo.

Penerima anugerah sastra dari Yasayo, dari kiri ke kanan: Prof. Dr. Faruk, Esti Nuryani Kasam, Slamet Ruyadi dan Handoyo Wibowo Foto: Ons Untoro
Para penerima anugerah dari kiri ke kanan: Prof. Dr. Faruk,
Esti Nuryani Kasam, Slamet Ruyadi dan Handoyo Wibowo

Penerima anugerah berikutnya adalah Handoyo Wibowo, atau yang dikenal dengan nama Koh Hwat. Ia seorang sastrawan yang rajin menulis sastra Jawa. Ia telah menghasilkan sejumlah geguritan dan sejumlah sajak berbahasa Indonesia. Namun, Handoyo memperoleh hadiah sastra Yasayo karena berkat geguritannya.

“Geguritan yang ditulis Handoyo Wibowo memiliki ciri khas berupa kerata basa yang hampir selalu digunakan di setiap judulnya. Kerata basa merupakan salah satu warisan sastra Jawa yang mencoba mencari asal-usul suatu kata sehingga kata lebih dari satu akronim yang sejatinya memiliki makna sesuai kepanjangannya,” kata Rachmat.

Penerima Penghargaan Sastra Yasayo keempat, seorang cerpenis perempuan, Esti Nuryanti Kasam. Menurut penilaian Yasayo, Esti Nuryanti merupakan cerpenis berbakat dengan karya-karya yang cerdas. Karyanya, demikian Rachmat Djoko Pradopo mengatakan, banyak menyinggung permasalahan perempuan dan kemiskinan.

“Barangkali, karena latar belakang kehidupannya yang berasal dari Gunung Kidul, suatu tempat yang masih identik dengan kemiskinan dan persoalan kekerasan terhadap perempuan. Ia mampu pula mengungkapkan ketragisan hidup yang absurd, yang hampir tidak bisa dimengerti, sebagai masalah,” kata Rachmat Djoko Pradopo.

Keempat penerima hadiah Sastra Yasayo ini, selain menerima penghargaan berupa piagam juga menerima sejumlah uang. Upacara pemberian penghargaan, selain diisi musikalisasi puisi, pembacaan puisi, juga diisi pidato kebudayaan oleh Prof. Dr. Faruk HT, salah seorang penerima penghargaan tersebut.

Dua guru besar dari Fakultas Ilmu Budaya UGM Prof. Dr. Rachmat Djoko Pradopo, Ketua Yasayo dan penerima penganugerahan sastra, Prof. Dr. Faruk HT dalam acara penganugerahan sastra dari Yasayo, Foto: Ons Untoro
Prof. Dr. Rachmat Djoko Pradopo,
Ketua Yasayo, dan Prof. Dr. Faruk HT

Ons Untoro

Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta