ABON IKAN TUNA, SATU MAKANAN KHAS LAIN DARI JOGJA (2)

Dengan tekad kuat serta kemauan untuk terus belajar serta mencoba, Ir. Priyadi Samburianto ini terus memodifikasi mesin pengolah abon ikan. Ketika produksi sudah bisa relatif stabil, antusiasme pasar di Jogja masih saja seret. Akhirnya mereka mencoba menawarkan ke berbagai kota di luar Jogja. Bahkan sampai luar Pulau Jawa. Tanggapan baik mulai berdatangan. Kini mereka memiliki 34 agen di 34 kota. Sedangkan di Jogja sendiri Agen Ikan Tuna produksi Khansa Food ini bisa ditemukan di 40-an toko/tempat.

Pada saat produksi Abon Ikan Tuna ini mulai lancar berproduksi, soal ketersediaan bahan baku, yakni ikan tuna justru menjadi kendala berikutnya. Jogja justru tidak mampu menyediakan ikan tuna secara kontinyu. Selama itu, Khansa Food mengambil ikan tuna dari TPI Sadeng (Gunung Kidul). Ketika Sadeng tidak lagi bisa menyuplai secara kontinyu mereka terpaksa mengambil dari Cilacap dan Bali. Ikan-ikan tuna dari Cilacap dan Bali ini umumnya ukurannya cukup besar, antara 20-100 kg per ekornya. Sedangkan ikan-ikan tuna tangkapan nelayan Sadeng umumnya lebih kecil.

Ikan tuna menjadi pilihan untuk pembuatan abon ikan dengan alasan bahwa aroma ikan tuna tidak terlalu amis. Kandungan lemak dari ikan tuna juga sangat sedikit dibandingkan ikan sungai atau ikan kolam. Tulang dan sisik ikan tuna juga relatif sedikit dengan daging yang cukup tebal.

Khansa Food dapat memproduksi Abon Ikan Tuna 60-70 kg per harinya. Abon seberat itu berasal dari daging ikan tuna segar (filet) seberat 80-120 kg. Jadi, penyusutannya sekitar 40 %. Dalam kesehariannya produksi Abon Ikan Tuna ini dikerjakan oleh 6 orang karyawan.

Apa yang dikerjakan oleh Khansa Food ini tidak lepas dari jasa Hajah Sumarti (80) ibunda Priyadi Samburianto, pensiunan guru di Riau. Kebiasaan mengkonsumsi ikan pada keluarga Hj. Sumarti ini menyebabkan keluarga ini memiliki kepiawaian dalam mengolah ikan. Hobi membuat abon ikan tuna dalam keluarga Hj. Sumarti menginspirasi Nurul Indah Khasanah dan Priyadi Samburianto untuk memproduksi abon ikan tuna dan dijual. Awalnya abon tersebut hanya dibagikan cuma-cuma kepada tetangga. Ketika tetangga mulai bisa menerima mereka pun mulai melangkah ke produksi untuk bisnis.

Ada bulan-bulan tertentu yang merupakan bulan paceklik ikan, yakni bulan Oktober-Januari. Pada bulan tersebut umumnya nelayan tidak melaut karena ombak dan badainya besar. Untuk mengantisipasi hal itu Khansa Food biasanya akan menyiapkan stok ikan di bulan-bulan sebelumnya. Bahkan untuk menjaga agar produksi tidak berhenti Khansa Food sering menyewa freezer dalam jumlah relatif banyak.

Abon Tuna produksi Khansa Food dijual dalam kemasan 100 gram dengan dua model kemasan, plastik dan kombinasi alumunium-plastik. Harga masing-amsing kemasan adalah Rp 12.000,- dan Rp 20.000,-. Kemasan seperti itu diharapkan menjadi kemasan yang cukup murah untuk masyarakat umum. Untuk menjaga kualitas dan legalitasnya produk mereka juga dilengkapi dengan ijin dan sertifikat baik dari Badan POM, MUI, Dinkes, dan lain-lain. Kini mereka tengah mengurus ijin atau hak patennya. Selain itu, Abon Tuna mereka juga bebas dari pengawet, pewarna, MSG (vetsin).

Saat ini Khansa Food dengan Abon Ikan Tuna-nya sedang melakukan pameran di Pekan Raya Jakarta. Abon Tuna produksi Khansa Food menduduki peringkat kelima skala nasional produksi olahan makanan skala kecil-menengah. Selain Abon Tuna, Khansa Food tengah merintis produksi nugget, bakso, sosis ikan. Khansa Food juga tengah menjajagi untuk produksi abon ikan lele. Harapannya jika hal itu berjalan, Khansa Food dapat menampung ikan lele hasil usaha perikanan ibu-ibu PKK di wilayah itu.

Foto: Ir. Priyadi Samburianto, Khansa Food & Snack.

A. Sartono K.

ABON IKAN TUNA, SATU MAKANAN KHAS LAIN DARI JOGJA (2) ABON IKAN TUNA, SATU MAKANAN KHAS LAIN DARI JOGJA (2) ABON IKAN TUNA, SATU MAKANAN KHAS LAIN DARI JOGJA (2)




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta