- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Berita-budaya»TIGA CANDI YANG SEPI
02 Jul 2011 06:24:00Di Yogya ada sejumlah candi, baik candi yang ‘terkenal’ dan dikunjungi oleh banyak wisatawan, seperti candi Prambanan. Ada candi-candi lain, yang memang tidak seluas dan sebesar candi Prambanan, serta sedikit dikunjungi wisatawan, bahkan kelihatan sangat sepi dari pengunjung.
Selasa (28/6) lalu, ‘Tembi on line’ mengunjungi tiga candi yang jaraknya tidak berjauhan dan menyusuri jalur yang sama, yakni arah ke timur. Pertama, kunjungan dilakukan di candi Gebang, yang terletak di desa Gebang, Kalurahan Wedomartani, Kecamatan Ngemplak. Jalur jalan menuju ini melewati kompleks perumahan dan perkampungan. Candi Gebang sedang ditata disekitarnya. Jalur pintu masuk sedang diperbaiki dan akan diperhalus dengan konblok.
Tak tampak berbarengan dengan orang yang datang di candi Gebang pada selasa siang itu, sehingga ‘Tembi’ bisa leluasamenikmati candi Gebang. Hanya saja, tak banyak pepohonan yang bisa dipakai untuk berteduh, sehingga panas matahari tak bisa dihalangi. Candi Gebang letaknya terpencil, mungkin yang menyebabkan tidak banyak wisatawan yang menghampiri. Atau mungkin hari Selasa, yang bukan hari libur, sehingga mempengaruhi orang untuk berkunjung ke candi Gebang.
Candi yang lain, yang dikunjungi melintasi dari kompleks perumahan dan perkampungan, dan juga melewati selokan Mataram, adalah candi Sambisari, yang letaknya di desa Sambisari, Kalurahan Purwomartani, Kecamatan Kalasan. Seperti halnya candi Gebang, di candi Sambisari juga sepi dari pengunjung. Tentu saja, candi Sambisari lebih luas dibandingkan dengan candi Gebang. Selain itu, disekitar kompleks candi ada pepohonan yang bisa dipakai untuk berteduh, sejenak menghindari panas Matahari.
Candi ketiga yang kita kunjungi adalah candi Sewu. Candi initerletak disebelah utara candi Prambanan, dan berada satu kompleks dengan candi Prambanan. Kalau kedua candi yang dikunjungi dan disebut diawal tulisan ini merupakan candi Hindu. Candi Sewu adalah candi Budha. Memang candi Sewu lebih dulu dibangun sebelum candi Prambanan ada. Untuk memasuki candi Sewu sekaligus harus membeli tiket di pintu masuk candi Prambanan, untuk kemudian bisa memasuki candi-candi yang ada dikompleks candi Prambanan.
Tetapi, ‘Tembi’ mencoba memasuki dari pintu utara dan karena hanya khusus mengunjungi candi Sewu, maka diperbolehkan oleh penjaganya. Di candi ini, Selasa siang itu juga sepi dari pengunjung, meski candi Prambanan penuh pengunjung, tetapi tampaknya tidak semua pengunjung candi Prambanan menyempatkan diri berjalan ke utara untuk melihat candi Sewu.
Apa yang bisa kita mengerti dari tiga candi yang (ke)sepi(an) itu?
Barangkali inilah produk peradaban masa lalu yang tidak diperkenalkan kepada publik secara intens. Candi, besar atau kecil, di tepi jalan atau masuk perkampungan, merupakan produk peradaban satu bangsa yang pada suatu waktu yang telah lewat pernah menempati. Perkembangan jaman yang membuat satu bangsa digantikan oleh bangsa berikutnya, namun produk peradabannya bisa kita gunakan untuk mempelajari perdaban bangsa yang berbeda. Pada candi Sewu misalnya, yang merupakan candi Budha, berdampingan dengan candi Prambanan, yang merupakan candi Hindu. Ini artinya, peradaban bangsa masa lalu bisa saling menghormati akan peradaban dari bangsa sebelumnya.
Bangsa yang merasa lebih modern seperti jaman sekarang, belum memproduksi simbol peradaban seperti pernah dilakukan oleh bangsa-bangsa sebelumnya. Kalau pun produk simbolnya berbeda dan tidak berupa candi, tetapi ilmunya mestinya bisa untuk menjaga dan mengembangkan candi, serta memperkenalkan candi-candi kepada generasi sekarang agar tidak lupa pada produk peradaban bangsa masa lalu.
Karena secara intens diperkenalkan kepada khalayak, candi-candi tidak akan (ke)sepi(an).
Masak yang ramai hanya mall. Di candi kita bisa ‘belanja’ nilai-nilai peradaban. Karena itu, ada baiknya anak-anak sudah mulai diperkenalkan pada candi-candi.
Ons Untoro
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya
Baca Juga Artikel Lainnya :
- KREATIVITAS UNTUK ATASI SAMPAH(27/06)
- KAYA PANG KETIUP ING ANGIN(27/06)
- DOLANAN DHUKTHER-2 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-62)(27/06)
- LOMBA PLESETAN TERPLESET(27/06)
- WISATAWAN DI KRATON YOGYA(27/06)
- GOYANG DARI HASOE(25/06)
- Pertanian Organik(25/06)
- Denmas Bekel(25/06)
- LENGGER TAPENG KULON PROGO(24/06)
- ILANGE MORAL(24/06)