- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Berita-budaya»LENGGER TAPENG KULON PROGO
24 Jun 2011 07:54:00Kesenian Tari Lengger sering dianggap tidak lebih dari Kesenian Tayub. Tayub sendiri sering dianggap sebagai bentuk kesenian tari erotik (membangkit-bangkitkan nafsu birahi). Akan tetapi banyak pendapat lain yang menyatakan bahwa Tari Lengger atau Tayub pada awalnya merupakan bentuk kesenian yang dipersembahkan untuk upacara sakral. Bentuk upacara sakral itu misalnya ruwatan, merti desa, bersih sendang/telaga, wiwitan (panen) padi, wiwitan penanaman padi, dan sebagainya.
Tari Lengger dianggap bisa mendatangkan kekuatan-kekuatan magis yang pada gilirannya mendatangkan rasa ayem tentrem masyarakat dan juga bagi kasuburan tanah. Tidak mengherankan jika kemudian muncul berbagai kepercayaan dengan adanya Tari Lengger ini. Hal yang sering dipercaya misalnya jika ada Tari Lengger sedang melakukan pertunjukan, maka jika di tempat pertunjukan ada anak kecil yang rewel atau sakit anak kecil tersebut diciumkan ke pipi penari lengger. Dengan demikian mereka percaya bahwa kekuatanmagis yang ada pada diri Lengger akan mempercepat kesembuhan si anak. Banyak juga yang memberikan bayi atau anak-anaknya agar dipangku atau ditimang-timang penari Lengger dengan harapan si bayi tidak diganggu oleh kekuatan (ruh) jahat.
Tari Lengger disebut-sebut menjadi tari khas daerah Wonosobo-Banjarnegara dan Banyumas. Sekalipun demikian di Dusun Nglinggo, Kalurahan Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, DIY ada pula kesenian Tari Lengger yang sering dianggap sebagai Tari Lengger Tapeng.
Tari Lengger Tapeng menurut Suripto (52) selaku Ketua Paguyuban Tari Lengger Tapeng Kulon Progo menyatakan merupakan singkatan dari Lengger Tayub Topeng. Disebut sebagai Lengger Tayub Topeng karena pengibing atau badhut-nya (penari pria) semuanya mengenakan topeng. Umumnya topeng yang dikenakan adalah topeng-topeng yang sering digunakan dalam pementasan Wayang Wong baik lakon Mahabarata, Ramayana, maupun Panji.
Jenis kesenian ini menurut Suripto telah ada di Dusun Nglinggo sejak zaman kuna. Penataan secara organisasi yang rapi dan mapan terhadap Lengger Tapeng ini mulai dilakukan pada tahun 1915-an. Untuk saat ini, anggota Tari Lengger Tapeng ada sekitar 50-an orang. Jumlah sekian itu terdiri atas penari Lengger dan pengrawitnya.
Jika melihat Lengger Tapeng dengan segala macam pakaian yang dikenakan penari prianya (badhut) dapat diduga bahwa cerita atau pesan yang hendak disampaikan adalah cerita Panji Asmara Bangun-Dewi Sekartaji. Akan tetapi jika menyimak syair-syair yang ditembangkan terlihat jelas bahwa kesenian ini ditujukan pula untuk syiar agama (Islam).
Syair-syair yang ditembangkan umumnya berisi puji-pujian untuk Nabi Muhammad. Selain puji-pujian juga berisi nasihat dan petunjuk-petunjuk untuk berbuat kebaikan, rajin mengaji, rajin membaca Al Quran, dan sebagainya. Haldemikian kemudian menumbuhkan dugaan bahwa Tari Lengger Tapeng pada awalnya digunakan oleh para wali (Sunan Kalijaga) untuk mengumpulkan banyak orang yang kemudian diberi pelajaran agama Islam. Dugaan demikian didasarkan pada berbagai pendapat yang menyatakan bahwa Sunan Kalijaga merupakan salah satu wali yang jeli menggunakan unsur-unsur kebudayaan Jawa untuk sarana syiar agama Islam. Demikian menurut keterangan Suripto (52) selaku ketua Paguyuban Lengger Tapeng ketika mengadakan pentas di Pendapa Tembi Rumah Budaya, Jl. Parangtritis Km 8,4 Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul pada Selasa malam, 30 Mei 2011.
Ada pula dugaan yang menyatakan bahwa jenis kesenian Lengger atau Tayub telah ada jauh sebelum zaman para wali. Mungkin pada awalnya kesenian ini merupakan kesenian dalam bentuk yang masih sangat sederhana, akan tetapi hakikatnya adalah untuk mendatangkan kekuatan magis, khususnya dalam kultur pemujaan terhadap kesuburan ataupun sebagai sarana bagi usaha-usaha tolak bala.
Pada waktu-waktu selanjutnya jenis kesenian ini berkembang menurut zamannya. Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan zamannya. Setelah Kerajaan Kediri surut kemungkinan besar model-model kesenian semacam Lengger atau Tayub kemudian diisi dengan cerita-cerita panji. Pada zaman-zaman selanjutnya hal demikian lalu dipergunakan juga untuk berbagai maksud dan keperluan termasuk untuk syiar agama.
Tidak mengherankan jika Lengger Tapeng dalam pementasannya kemudian melantunkan syair-syair atau lagu-lagu yang bersifat islami. Sedangkan perangkat musiknya terdiri atas agamelan ditambah angklung. Sedangkan garis besar pola gerak tarinya tidak berbeda jauh dengan Tayub.
Tukijo (53) selaku Kepala Dukuh Nglinggo, menyatakan bahwa Tari Lengger dulunya tidak ditarikan oleh penari putri, melainkan penari pria namun dirias dan didandani seperti penari putri. Sedangkan pengibing atau badhutnya tetap penari pria. Pada masa lampau banyak orang yang terpikat dengan penari pria yang didandani seperti wanita itu. Entah kapan penari-penari Lengger tadi kemudian digantikan dengan penari wanita yang sesungguhnya.
Menurut kedua tokoh di atas generasi muda di Nglinggo sampai sekarang masih seneng belajar kesenian Lengger Tapeng. Hal ini tentu merupakan berita yang cukup menggembirakan mengingat ada begitu banyak tawaran atau iming-iming lain di luar kesenian tradisional bagi generasi muda zaman sekarang.
Lengger Tapeng ini biasa ditanggap dengan ongkos kurang lebih dua juta rupiah di luar ongkos transportasi dan konsumsi. Sedangkan durasi pementasan Kesenian Lengger Tapeng ini bisa menyesuaikan. Artinya, bisa ditampilkan beberapa jam atau semalam suntuk.
a.sartono
Artikel Lainnya :
- Sukrasana(11/02)
- 8 Desember 2010, Yogjamu - GUNUNG MERAPI DALAM SOSOKNYA YANG MEMPESONA(08/12)
- Membaca Puisi di Tembi Rumah Budaya Bersama Sapardi Djoko Damono(15/12)
- Denmas Bekel(20/10)
- Keren(20/11)
- 22 April 2010, Kabar Anyar - MELALUI 'LAKU BATIN' SOSIOLOGI ATMAJAYA MEMBERI 'HARAPAN RAKYAT'(22/04)
- SALURAN IRIGASI KUNO DI BELAKANG TERMINAL JOMBOR(26/10)
- 18 Oktober 2010, Klangenan - PAK GURU DIBALIK PINTU(17/10)
- BAKSO KANTIN PAK SUPRI(04/10)
- 22 Februari 2010, Suguhan - SAPI CONDRODIMUKO DI Tembi(22/02)