Macapatan Malam Rabu Pon tahap 100 Pertanian Organik

Macapatan Malam Rabu Pon tahap 100
Pertanian Organik

Bertepatan dengan hari jadi Tembi Rumah Budaya yang ke 11, acara rutin macapatan malam Rabu Pon tahap 100 pada 24 Mei 2011 diisi dengan tembang yang berkaitan dengan salah satu program Tembi Rumah Budaya yang dinamakan TOS (Tembi Organik Sejahtera). Pada tahun 2007 program TOS ini digagas dan ditawarkan kepada para petani yang mempunyai sawah di sekitar Tembi Rumah Budaya. Mereka diajak untuk kembali bertani dengan cara organic, cara alami seperti yang pernah dilakukan oleh para leluhurnya.

Ada kurang lebih 38 Petani yang mau bergabung dengan program TOS. Kesepakatannya pihak Tembi memberi bibit dan talangan dana untuk kebutuhan mulai dari pengolahan tanah hingga panen. Hasil panenannya di beli Tembi Rumah Budaya dengan harga yang telah disepakati kedua belah pihak. Atau juga boleh dijual sendiri. Program ini selain untuk mengaktualisaikan cara bercocok tanam masa lalu diharapkan dapat mengembalikan kesuburan tanah, menghasilkan padi yang sehat bebas dari pestisida dan mensejahterakan petani.

Selain itu program TOS juga merupakan penghormatan dan penghargaan kepada para leluhur yang telah mewariskan tanahnya untuk bercocok tanam dan budayanya dalam mengolah tanah.

Ibarat sebuah doa yang dilantunkan untuk para leluhur dusun Tembi dan sekitarnya, tujuh tembang Mijil yang bertemakan tentang pertanian organic seperti tertulis di bawah ini, telah ditembangkan secara bergantian oleh para pandemen macapatan yang hadir pada malam itu.

Tetanen Organik

Mijil

terjemahan
1. Duk ing nguni pra leluhur dasih
ing Tembi amanggon
mbuka tlatah ngedege omahe
bebarengan rina lawan ratri
sahiyeg nyawiji
makarti satuhu
jaman dulu para leluhurnya orang-orang
yang bertempat tinggal di Tembi
membuka lahan dan mendirikan rumah
siang malam bersama-sama
kompak bersatu
bekerja sungguh-sungguh
2. Salajenge jalu miwah estri
atekad gumolong
nggarap lemah kanggo pametune
palawija sayur miwah pari
kang bisa nguripi
run turun maturun
seterusnya laki-laki dan perempuan
mempunyai tekad yang bulat
menggarap tanah untuk penghasilan
menanam palawija sayuran dan padi
yang dapt menghidupi
turun temurun
3. Ing samangke sadaya wus nywargi
sowan mring Hyang Manon
tan anilar tepak lan tulise
sapa ngerti cikal bakal Tembi
leluhur wak mami
dhek jaman rumuhun
saat ini para leluhur telah meninggal
menghadap Tuhan
tidak meninggalkan bekas dan tulisan
siapa tahu pembuka awal dusun Tembi
yang menurunkan aku
ketika jaman itu.
4. Wonten ngarsaning Hyang Maha Suci
kawula nyenyadhong
lumunturing sih palimirmane
paring luwar para tepet suji
yenta mila taksih
ginubet bebendu
dihadapan Tuhan
kami memohon
memberikan belaskasihNya
membebaskan yang sudah meninggal
jika masih
dibelenggu dosa
5. Eba mulya pinareng Hyang Widi
mlebet swarga kraton
datan ana susah rekasane
kang rinasa katentreman jati
sadaya memuji
Sang Hyang Maha Luhur
alangkah mulianya
masuk kerajaan surga
tidak ada kesusahan kesulitan
yang dirasa ketentraman sejati
semua memuji
Tuhan
6. Wus lumaku dumugeng sapriki
lir gumanti pawong
napak tilas olah tetanene
padatane para kaki nini
uga budayadi
kang adi linuhung
sudah berjalan hingga saat ini
berganti-ganti orang
yang meneruskan cara bertani
kebiasaan para kakek nenek
juga cara berbudi daya
yang bernilai luhur
7. Sokur bage bisa migunani
madheg Tembi gedhong
angopeni kang di tilarake
para luhur anggone tetani
ngaturi Dewi Sri
paring subur makmur
syukur jika berguna
berdirinya Tembi Rumah Budaya
menghidupkan yang diwariskan
para leluhur cara bertani
memohon Dewi Sri
memberikan kesuburan kemakmuran

Macapatan Malam Rabu Pon tahap 100 Pertanian Organik
Bp. Purwanto pimpinan TOS memotong padi untuk mengawali atau miwiti
dimulainya masa panen. Upacara yang menandakan ucapan syukur
atas hasil panen padi tersebut dinamakan Wiwit (foto: Sartono)

Macapatan Malam Rabu Pon tahap 100 Pertanian Organik
Hasil panen padi yang dipetik pertama kali disisihkan dan
diboyong ke dalam senthong kiwa (foto: Sartono)

Macapatan Malam Rabu Pon tahap 100 Pertanian Organik
Padi diletakkan pada tenggok yang berada di senthong kiwa (foto: Sartono)

Macapatan Malam Rabu Pon tahap 100 Pertanian Organik
Sesaji upacara wiwit (foto: Sartono)

Macapatan Malam Rabu Pon tahap 100 Pertanian Organik
Macapatan Malam Rabu Pon tahap 100 Pertanian Organik
Setelah berdoa bersama mengucap syukur atas hasil panen padi,
para petani TOS (atas) dan karyawan Tembi Rumah Budaya (bawah)
menikmati sesaji wiwit (foto: Sartono)

Seperti malam Rabu Pon sebelumnya, yang selalu dimeriahkan dengan gendhing-gendhing Jawa, malam itu yang mendapat giliran memeriahkan acara macapatan adalah group karawitan Laras Pertiwi dari Canden Bantul pimpinan Ki Suwondo.

Tepat jam 23.00 acara ditutup dengan gending Nusantara, dengan syair berikut ini:

Anjajah desa milangkori
Kala mangsane pariwisata
Wruh endahing alam nusantara
Keh kang adi luhung
Alas lan gunung-gunung

Bersamaan dengan suara gending Nusantara, para pecinta macapatan meninggalkan pendapa Yudanegaran Rumah Budaya Tembi, menuju rumah masing-masing. Mereka menyusuri sawah dan ladang tempat pertanian organic mulai diaktualisasikan. Walaupun kecil, program Tembi Organik Sejahtera diharapkan dapat ikut pula menjaga agar alam Nusantara tidak semakin berkurang keindahannya.

Herjaka HS




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta