Tembi

Jaringan-museum»PETILASAN GUSTI AMAT DI BALERANTE (III)

30 Jun 2011 08:01:00

PETILASAN GUSTI AMAT DI BALERANTE (III)Pangeran Adipati Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwana VI) akhirnya mengangkat putranya sendiri yang bernama BRM. Murtejo menjadi putra mahkota dan kelak menjadi Sultan Hamengku Buwana VII. Hal ini membuat Ratu Kedaton dan Gusti Amat terpukul. Tanggal 5 April 1883 Ratu Kedaton dan Gusti Amat meloloskan diri dari Keraton Yogyakarta setelah merasa mendapatkan dukungan dari berbagai pihak di antaranya dari Kaji Istat, RM. Banteng, RM. Sudibya, RM. Mukaram (keempatnya merupakan empat bersaudara dari Pleret, Bantul). Selain itu ada pula R. Suwindu, R. Tarunaatmadja, R. Atmadilaga, R. Somadilaga, R. Soemadipraja, R. Prawiramerjaya, R. Kratreja, Yudapura, Sasramurcita, R. Sudiman, R. Prawiraarja, Dasawerdaya, dan lain-lain.

Rute yang digunakan untuk meloloskan diri dari Keraton Kasultanan Yogyakarta ini adalah Tamansari-ke utara-dengan tujuan terakhir Sempon, Remame, Kedu. Akan tetapi rencana meloloskan diri akhirnya diketahui pihak Keraton Yogyakarta. Ada pun informan yang menyampaikan perihal ini bernama Yudawilaga, orang yang selama ini sering berada di tengah-tengah kelompok Ratu Kedaton-Gusti Amat. Yudawilaga menjadi mata-mata bagi pihak Kasultanan Yogyakarta.

Sepasukan tentara Belanda digerakkan dari Benteng Vredeburg untuk mengejar rombongan Rati Kedaton-Gusti Amat. Pasukan tersebut berada di bawah pimpinan Letnan Koen. Saat itu seluruh pejabat pemerintah di Sleman juga dikerahkan untuk mencegat perjalanan rombongan tersebut. Rombongan terkejar di wilayah Medari. Rombongan bubar dan menyelamatkan diri. Di Desa Jlegong pasukan Belanda dilawan pasukan Gusti Amat, namun pasukan Gusti Amat terdesak dan melarikan diri ke arah lereng Gunung Merapi.

PETILASAN GUSTI AMAT DI BALERANTE (III)Pencarian terus dilakukan dan diketahui bahwa Gusti Amat dan keluarganya berada di Desa Gondosuli (Balerante). Mereka menginap di rumah Bekel Pak Ledhung. Tumenggung Suryanegara selaku regen (penguasa) Sleman saat itu segera melacak ke Balerante bersama pengawalnya. Gusti Amat dapat ditangkap di Balerante. Mereka dibawa ke Loji Gede (Gedung Agung) untuk ditahan. Sementara Ratu Kedaton berhasil ditangkap di Sempon, Remame, Kedu. Akhirnya Ratu Kedaton disatukan dengan putranya, Gusti Amat di Loji Gede. Belanda pun akhirnya memutuskan untuk mengasingkan mereka ke Menado, Sulawesi pada pertengahan April 1883.

Setelah Gusti Amat dan Ratu Kedaton diasingkan ke Menado, pengikut-pengikut atau pendukungnya pun ditangkapi. Salah satunya adalah Kaji Istat dan kerabatnya. Kaji Istat akhirnya tewas dalam penggerebekan yang dilakukan pada sekitar akhir bulan April 1883. Kaji Istat tewas dengan puluhan bekas luka tusukan tombak. Pengikut Gusti Amat yang lain yang dapat ditangklap adalah Prawiraraharja. Ia juga diasingkan di luar Jawa.

Gusti Amat (Gusti Pangeran Harya Suryaningalaga meninggal pada tanggal 12 Januari 1904. Sementara Kanjeng Ratu Kedaton (ibu Gusti Amat) meninggal pada tanggal 25 Mei 1916. Di kalangan keturunan (trah)-nya Gusti Amat terkenal dengan nama Muhammad Sorengalaga.

a.sartono

sumber: J.H. Houben, Vincent, 2002, Keraton dan Kompeni: Surakarta dan Yogyakarta 1830-1870, Yogyakarta: Bentang Budaya
Suwanto, Slamet, 2004, Genap 100 Tahun Wafatnya Gusti Amat (Suryaningalaga) 1904-2004, tanpa nama kota dan penerbit. Terbitan terbatas untuk kalangan sendiri. Penggalian informasi di lapangan (lokasi).




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta