Tembi

Makanyuk»SEGO GODOG MBAH COKRO

03 Aug 2009 09:00:00

Makan yuk ..!

SEGO GODOG MBAH COKRO

Sego godog? Ya, ini nama salah satu menu di rumah makan Mbah Cokro. Nasi dan tongseng kambing direbus dalam satu wajan di atas anglo. Rasanya memang lebih mantap karena nasi dan tongseng lebih menyatu. Ini ditunjang dengan bumbu racikan yang membuat sego godog ini terasa manis dan sedikit menyengat.

Dagingnya cukup banyak dan empuk. Disantap panas-panas, cocok dengan paduan teh poci hangat bergula batu. Terlebih jika dimasak pedas, wah...kita bisa bermandi keringat karena cabe dan mericanya.

Ada pula menu nasi goreng klenyer. Diawali dengan minyak goreng dalam wajan, dimasukkan bumbu-bumbu dan nasi serta potongan daging kambing, lalu digangsa, kemudian dituang sedikit kuah gule, dibiarkan sebentar, lantasdiangkat dan dihidangkan. Dengan cara memasak seperti ini rasa nasi goreng klenyer memang lebih kuat dibanding nasi goreng kambing biasa.

Menu unik lainnya adalah tongseng bakar. Daging kambing dibakar dulu sebagaimana sate, lalu dimasak tongseng. Jadi semacam tongseng sate. Semua menu ini dihidangkan bersama lalap kubis dan timun serta cabe rawit.

Usia rumah makan Mbah Cokro sudah tua, seusia negara kita. Mbah Cokro membukanya pada tahun 1945. Sejak awal hingga kini masih di lokasi yang sama di Jalan Imogiri Km 7,5, Gandok, Bantul. Mbah Cokro mengelolanya hingga tahun 1986, lalu estafet diserahkan kepada putranya, Rohadi, yang melanjutkannya sampai sekarang.

Dari dulu menu sego godog dan nasi goreng klenyer sudah ada di sini, yang merupakan hasil kreasi Mbah Cokro. Ada pula sate (biasa dan klatak), tongseng, gule dan tengkleng. Pokoknya segala macam masakan kambinglah.

Seharinya, kalau ramai rumah makan ini menghabiskan sekitar 15 kg daging kambing. Sedangkan kalau sepi sekitar 7-8 kg. Daging ini dibeli Rohadi di daerah Cepit.

Sebagai pengusaha kuliner kambing turun-temurun Rohadi membuktikan bahwa daging kambing tidak perlu dihindari. Rohadi, yang kini berusia 55 tahun, tampak lebih muda, seperti masih berusia 40 tahun. Ayahnya, Mbah Cokro, wafat dalam usia 88 tahun. Dalam usia 80-an, tutur Rohadi, ayahnya masih sehat, mata dan pendengarannya masih baik. Padahal setiap hari mereka menyantap dagingkambing. ”Dua kali sehari,” kata pria bertubuh sedang ini.

Kuncinya adalah, Rohadi mengungkapkan, badannya sering bergerak, berjalan kesana kemari. Serta yang tak kalah penting adalah hati yang ikhlas dan qanaah (cukup), tidak iri dan dengki. Apalagi di tengah berbagai rumah makan yang kian menjamur. Mbah Cokro, pada zaman perjuangan, dengan ikhlas kerap menghidangkan masakan warungnya secara cuma-cuma kepada para pejuang yang mampir di tempat ini.

Rumah makan Mbah Cokro buka sejak pukul 9 pagi dan tutup pada pukul 9 malam. Lokasinya tepat di depan SDN Gandok. Dahulu Gandokan adalah tempat istirahat rombongan Sultan, dalam perjalanan dari Kraton ke Imogiri. Sekarang, Anda juga bisa beristirahat sejenak di rumah makan Mbah Cokro. Menikmati daging kambing yang lezat dan empuk sambil mengingat kunci sehat dari Rohadi.

a. barata, herjaka



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta