Tembi

Makanyuk»SATE AYAM PAK KROMO

27 Apr 2009 07:35:00

Makan yuk ..!

SATE AYAM PAK KROMO

Menyantap sate ayam Pak Kromo yang terletak di jalan Mataram adalah menikmati perpaduan sate dan bumbunya, yakni campuran kecap manis dan bumbu kacang. Jangan lupa, tambahkan irisan kecil cabe hijau dan irisan tipis bawang merah bersamanya. Daging satenya sendiri sebelumnya telah direndam bumbu “warisan” sebelum dibakar. Jadilah kombinasi rasa yang nikmat di lidah.

Selain sate daging, tersedia juga sate campur, yang terdiri dari telur dan kulit ayam yang tak kalah nikmat. Seporsi sepuluh tusuk sate daging dihargai Rp 9.000, sedangkan sate campur Rp 10.000.

Soal rasa ayamnya orang memang boleh berdebat apakah masih seenak sebelum tahun 2006 atau tidak. Sebelum tahun 2006, sate ayam Pak Kromo menggunakan daging ayam kampung, sedangkan setelahnya memakai daging ayam potong. Peralihan ini disebabkan harga ayam kampung yang sempat melonjak tinggi. Menggunakan ayam kampung terkait erat dengan harga sehingga Ibu Yati (54 tahun), pemiliknya, memutuskan beralih ke ayam potong yang lebih murah. Peralihan ini tetap ditopang oleh bumbu andalan sate Pak Kromo.

Bu Yati adalah menantu Pak Kromo. Suami Bu Yati telah meninggal. Putri-putri mereka, mbak Nana dan adik-adiknya yang sudah dewasa membantunya. Artinya, warung makan ini dikelola oleh generasi kedua dan ketiga. Perintisnya, Pak Kromo, membuka warung ini pada tahun 1982 sebagai buah dari hasil kerja kerasnya. Sebelumnya pada awal 1960an, Pak Kromo memikul dagangan sate ayamnya. Lalu pada akhir 1960an, Pak Kromo berjualan dengan menggunakan gerobak di depan kantor KONI, di utara alun-alun lor, lalu akhirnya dapat membeli tempat di jalan Mataram.

Bu Yati berkisah bagaimana Pak Kromo, asal Sapen Yogya, menjalani usahanya dengan serius dan prihatin. Di antaranya, sang mertua berulang kali berjalan kaki ke pantai Parangtritis, pulang pergi sebagai laku prihatin. Keseriusan Pak Kromo juga tampak pada quality control atas satenya. Salah satu metode yang agak aneh adalah jika konsumen menyisakan sejumlah sate pada piringnya. Pak Kromo mengambil sate itu, membakarnya lalu menyantapnya. Dari situ Pak Kromo mengetahui kelemahannya, lalu memperbaikinya. Bu Yati melanjutkan metode ini dengan modifikasi moderat, yakni mengambil sate yang belum dibakar, lantas membakarnya untuk kemudian menyantapnya.

Dalam sehari warung ini menghabiskan 20-25 kg ayam potong. Menurut salah seorang karyawan yang telah bekerja di sini selama lima belas tahun, jumlah ini menurun dibandingkan sebelum krisis moneter.

Warung sate ayam Pak Kromo buka setiap hari sejak pukul 9 pagi hingga 9 malam. Letaknya sekitar 100 meter di utara perempatan Senopati-Katamso. Jika Anda sedang terburu-buru, tidak masalah. Karena satenya sudah dibakar setengah matang terlebih dahulu sehingga saat orang memesan tidak lama membakarnya. Yang penting, saat menyantapnya, nikmati sate perlahan dengan campuran kecap manis dan bumbu kacangnya, mmm… nikmat.

a. barata




Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta