Tembi

Berita-budaya»GEROBAG SAPI DALAM ILUSTRASI JAWA BALI

25 Aug 2011 07:36:00

GEROBAG SAPI DALAM ILUSTRASI 'JAWA-BALI'Orang Jawa pastilah mengenal gerobag sapi. Tentu saja orang Jawa yang kini berusia 50-an tahun ke atas. Anak-anak muda Jawa sekarang, rasanya tidak mengenali gerobag sapi, karena jenis kendaraan tradisional itu sekarang tidak lagi ada. Kenangan akan gerobag sapi itu bisa dilihat pada ilustrasi karya G.S Fernhout yang dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta 19-27 Agustus 2011 dengan tajuk ‘Jawa-Bali 1932’.

Memang, ilustrasi karya Fernhout itu merekam suasana di Jawa dan Bali antara tahun 1932-1936. Sepanjang tahun itu, setidaknya pada karya yang dipamerkan kita akan bisa melihat suasana Jawa dan Bali pada waktu itu versi ilustratornya. Orang-orang Jawa berpakaian Jawa, atau orang Jawa bertelanjang dada, atau juga perempuan Bali, upacara-upacara di Bali, suasana alam di Bali tidak luput dari perhatian Fernhout.

GEROBAG SAPI DALAM ILUSTRASI 'JAWA-BALI'Karya ilustrasi Fernhout menggunakan cat air dan penuh warna. Formatnya kecil-kecil seperti gambar templek. Karya ilustrasi ini ditempelkan pada teks-teks cerita. Kisah ilustrasi orang Jawa dan Bali dalam kisah cerita berbahasa Belanda.

“Nama Fernhout asing bagi kita dan mungkin malah tidak kita kenal. Upaya mengenali melalui browsing juga tidak memberikan banyak informasi mengenai dia” kata Sindhunata pada pembukaan pameran ilustrasi ini.

Ilustrasi karya-karya Fernhout tercetak dalam tiga buah buku yang berjudul ‘Bali’, ‘Java 1’, Java 2’ keluaran Droste’s Cacao-en Chocolade-Febrieken N.V Haarlem, Holland, karangan J.C Lamster. GS. Fernhout, atau sering disingkat G.S.F adalah seorang pelukis cat air pada masa Hindia Belanda.

Kehidupan masa 1932-1936 di Jawa dan Bali oleh FernhoutGEROBAG SAPI DALAM ILUSTRASI 'JAWA-BALI'direkam dengan cukup jitu, sehingga kita bisa mengenali orang Jawa dan Bali pada masa-masa itu. Seseorang yang ditandu, bukan sedang sakit, tetapi pada jaman itu, orang dari kelas tertentu menggunakan tandu untuk kendaraan. Tentu saja, tandu dipanggul oleh sejumlah orang, Kita bisa bayangkan orang bepergian dengan ditandu.

Karya-karya ilustrasinya khas, ekspresif dan memberikan imajinasi pada orang Jawa pada masa itu. Perempuan Jawa, yang tampaknya dari kalangan orang kebanyakan. Seorang perempuan Jawa yang hanya menggunakan kemben, atau juga anak-anak Jawa telanjang, seperti laiknya kebanyakan anak-anak Jawa pada masa itu.

Perihal gerobag, yang ‘direkam’ melalui ilustrasi oleh Fernhout pada masa 1932-1936 masih bisa di jumpai di Yogyakarta pada tahun 1970-an. Artinya kendaran gerobag, yang kini sudah hilang, memiliki usia yang cukup panjang. Tahun 1932-1970-an sekitar 38 tahun gerobag masih mengisi lalu lintas di Yogya. Pastilah kendaraan gerobag, jauh sebelum tahun 1932 sudah ada. Karena itu usia gerobag termasuk tua.

Suasana alam yang ‘direkam’ dalam ilustrasi baik alam sebagai latar gerobag atau alam pada masa itu memberikan imajinasi alam yang rindang, penuh pepohonan dan sejuk. GerobagGEROBAG SAPI DALAM ILUSTRASI 'JAWA-BALI'melangkah pelan menyusuri jalan yang penuh pepohanan nan rindang.

Anak-anak muda sekarang mungkin akan bertanya, apa itu kendaraan gerobag?

Seperti halnya andong yang sekarang masih ada, kira-kira begitulah gerobag. Hanya saja penariknya bukan kuda, melainkan sapi. Jadi bisa dibayangkan bagaimana laju kendaraan gerobag yang ditarik oleh sapi. Kuda bisa lari membawa andongnya. Sedang sapi hanya berjalan pelan menarik gerobagnya.

Fernhout, melalui karya ilustrasinya Jawa-Bali, kiranya telah memberi imajinasi suasana alam sebelum Indonesia terbentuk. Suasana alam pada masa Hindia Belanda, setidaknya alam Jawa dan Bali

Melalui ilustrasi karya Fernhout yang dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta, kita bisa mengenal suasana alam dan kehidupan orang Jawa dan Bali pada masa 75 tahun lalu.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta