Tembi

Yogyakarta-yogyamu»PEDAGANG KASET BEKAS DI BERINGHARJO

01 Jan 2008 02:47:00

Yogyamu

PEDAGANG KASET BEKAS DI BERINGHARJO

Pada tahun 1980-an dagangan kaset bekas mudah ditemui di Shopping Centre dan sepanjang jalan sisi selatan Pasar Beringharjo. Sejak pemugaran pasar ini pada awal 1990-an para pedagang di sisi pasar dipindahkan ke trotoar sebelah timur Jalan Ahmad Yani. Dari 13 orang kini tinggal 4 orang. Pedagang lamanya dua orang, Pak Zamzami (orang Minang) dan Pak Priyo (orang Yogya). Dua pedagang lainnya, asal Minang, ‘membeli’ wilayah lapak dari pedagang lama.

Pak Zamzami adalah pedagang kaset bekas yang paling senior. Dia mulai berjualan sejak tahun 1985, jadi jam terbangnya sudah sekitar 23 tahun. Lalu Pak Priyo menyusul berdagang pada tahun 1988. Usia Pak Priyo kini 51 tahun, sedikit lebih muda ketimbang Pak Zamzami. Teman-teman lama mereka, terutama sejak tahun 2000, satu persatu berganti profesi.

Tahun 2000 bisa dikatakan titik “sandyakalaning” pedagang kaset bekas akibat mulai bermunculannya CD dan MP3 yang murah meriah. Semakin maraknya toko-toko ini di Jalan Mataram kian menyedot para pembeli kaset bekas.

Mengenang zaman kejayaannya, Pak Zamzami dan Pak Priyo mengisahkan, dalam sehari mereka masing-masing bisa melepas 20-30 kaset. Kini Pak Zamzami mengaku hanya bisa menjual rata-rata 10 kaset perhari, sedangkan Pak Priyo memperkirakan dagangannya rata-rata laku 5-7 kaset perhari. Harga kaset mereka paling murah 8.000 rupiah, dan paling mahal 25.000 rupiah. Jika ditotal rupiah, hasilnya masih lumayan. Meski begitu, Pak Zamzami harus menambah jam kerjanya. Jika dulu lapaknya buka sejak sore, kini sedari pagi.

Di lapak ini masih bisa ditemukan kaset-kaset lama seperti penyanyi pop 1960-an Skeeter Davis, penyanyi cilik 1970-an Adi Bing Slamet, uyon-uyon Suron Mataraman dari KPL Tari Bagong Kussudiardja, maupun karawitan dari Ngesti Budhoyo (Ki dan Nyi Tjondrolukito). Demikian juga masih ada kaset-kaset lama pralisensi 1988, yang diproduksi Yess, Team, Alpine, Contessa, Atlantic Record, Saturn dan lainnya. Sebagai kaset nonlisensi, khusus kaset mancanegara banyak yang merupakan kompilasi produsen lokal --tanpa izin produser asli-- sehingga produknya lebih beragam dibanding kaset pascalisensi.

Kaset yang sekarang paling banyak dicari adalah trashmetal dan speedmetal seperti Metallica, Megadeth, Helloween dan Anthrax. Juga grup progrock Dream Theatre. Jadi pangsa terbesar adalah anak muda. Meski demikian kaset musik tahun 1960-an dan 1970-an juga masih dicari orang. Grup rock seperti Deep Purple dan Led Zeppelin kini menjadi primadona, terutama koleksi lengkapnya. Koes Plus pun sering ditanyakan tapi kasetnya sudah langka. Lagu Jawa seperti campursari juga paling banyak dicari. Kaset jazz, meski jarang peminatnya, menurut kedua penjual ini pasti ada yang mencari sehingga harus siap menyediakan.

Wah enak ya bisa kenyang mendengar beragam musik setiap hari? Pak Priyo mengiyakan. Ia mengaku hobi menikmati musik. Barangkali atmosfir yang dibangunnya di rumah membuat anak-anaknya memilih belajar alat musik dengan serius. Anak sulungnya kuliah di Program Studi Musik Insitut Seni Indonesia, menekuni trombone. Anak keduanya kuliah di Jurusan Seni Musik Universitas Negeri Yogyakarta, memegang biola. Anak ketiga masih duduk di bangku SMP tapi juga menunjukkan minatnya yang besar terhadap musik.

Zaman keemasan penjual kaset bekas di Yogya telah meredup. Namun sejauh ini jumlah pemilik tape recorder masih banyak, jauh di atas pemilik CD atau MP3 player. Dengan demikian para penjual kaset bekas agaknya masih bisa bertahan.

a. barata




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta