Situs-Situs
KYAI DAN NYAI CEBONG: CIKAL BAKAL DUSUN CEBONGAN
Keletakan
Makam Kyai dan Nyai Cebong terletak di Dusun Cebongan Lor, Kalurahan Tlogoadi, Kecamatan Mlatei, Kabupaten Sleman, Propinsi DIY. Lokasi ini dapat dicapai melalui Jalan Jombor-Cebongan. Lokasi makam keduanya berada di tengah areal persawahan di sisi timur Pasar Cebongan pada jarak sekitar 500 meter.
Kondisi Fisik
Luas kompleks
makam Kyai dan Nyai Cebong sekitar 4.000 meter persegi. Makam Kyai
dan Nyai Cebong berada pada sisi paling barat dari keseluruhan
kompleks makam. Makam mereka diberi tembok keliling tanpa atap.
Tembok keliling makam Kyai dan Nyai Cebong yang berada di dalam
tembok keliling kompleks makam ini memiliki ukuran sekitar 6,5 m x 5
m. Pintu makam Kyai dan N
yai
Cebong berada di sisi selatan. Sementara itu pintu makam keseluruhan
kompleks makam dusun ini berada di sisi selatan-barat dengan arah
hadap pintu ke barat.
Makam Kyai dan Nyai Cebong berada dalam naungan dua buah pohon kamboja tua yang berbentuk nyaris kembar. Ukuran panjang nisan keduanya sekitar 170 Cm. Lebar 65 Cm dan tinggi hingga kepala jirat sekitar 20 Cm. Nisan keduanya terbuat dari semen cor yang dibentuk menyerupai kotak (persegi panjang). Pada sisi bawah (selatan) dari nisan tersebut dituliskan nama dari keduanya dalam sebuah lempeng marmer.
Latar Belakang
Kyai dan Nyai Cebong dipercayai oleh masyarakat setempat sebagai orang yang pertama kali membuka wilayah hutan di tempat itu sehingga kemudian menjadi perkampungan yang dinamakan Cebongan. Untuk saat ini Cebongan sendiri dibagi menjadi Cebongan Lor dan Cebongan Kidul. Semula Cebongan digunakan sebagai nama kalurahan. Demikian menurut keterangan Risman (45) selaku Kepala Dukuh Cebongan Lor (24/3/2011).
Belum diketahui dengan jelas siapa sesungguhnya
Kyai dan Nyai Cebong ini. Hanya saja disebut-sebut bahwa keduanya
kemungkinan besar adalah bangsawan, punggawa, atau abdi dalem
Keraton Mataram Yogyakarta yang mengembara atau mungkin ditugaskan
oleh raja untuk mendiami suatu wilayah yang kala itu masih sepi
orang. Punggawa itu akhirnya menetap di tempat termaksud hingga
meninggalnya. Oleh karena mereka yang dianggap sebagai pembuka
wilayah yang sekarang dinamakan Cebongan, maka tempat itu dinamakan
Cebongan. Nama itu sesuai dengan nama mereka, yakni Kyai dan Nyai
Cebong.
Hingga kini makam Kyai dan Nyai Cebong ini terawat dengan baik sebab setiap 35 hari sekali kompleks makam ini dibersihkan oleh warga setempat yang diprakarsai oleh kelompok tahlil. Selain itu setiap setahun sekali diadakan acara tabur bunga untuk seluruh dusun. Biasanya acara tabur bunga bersama ini dilaksanakan pada bulan Ruwah.
a.sartono