- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Makanyuk»SATE PAK AMAT DI ALUN ALUN UTARA
18 May 2009 07:42:00Makan yuk ..!
SATE PAK AMAT DI ALUN-ALUN UTARA
Jantung kambing itu terasa lembut. Hatinya juga empuk. Baik jantung maupun hatinya sama-sama gurih manis. Si “jantung hati” termasuk yang paling dicari pengunjung warung sate Pak Amat, di utara alun-alun lor.
Rasa sate daging dan tongsengnya termasuk standar. Nikmat dengan ramuan bumbu ala Pak Amat. Sebelum dibakar, kata Bu Yuda, cucu Pak Amat, sate-sate ini dicelupkan dulu pada baskom yang berisi rendaman bumbu, yakni perpaduan kemiri, merica, bawang merah, bawang putih, daun jeruk, kecap, gula, dan kuah gule.
Setiap porsi sate berisi potongan daging yang berasal dari tiga tusuk sate. Setiap tusuk terdiri dari lima potong daging yang cukup besar. Potongan daging ini disajikan lepas dari tusuknya yang terbuat dari besi. Dengan tusukan besi, menurut Bu Yuda, daging yang dibakar akan matang luar dalam.
Pengunjung asal luar Jogja yang terbiasa makan dengan tusuk sate, kata Bu Yuda, kerap salah paham. Ada yang memesan 10 tusuk, bahkan 20 tusuk. Setelah diperlihatkan ukuran daging per tusuknya, mereka pun mahfum lantas mengurangi jumlah pesanannya.
Sesuai dengan namanya, warung Sate Pak Amat dirintis oleh Pak Amat, wong nyogja asal Babatan Gedong Kuning, pada tahun 1960-an. Kemudian pada tahun 1980-an usaha ini dikelola anaknya yang ketiga, Bu Hiana. Generasi ketiga, Bu Yuda, putri dari anak sulung Pak Amat, turut membantu.
Pak Bambang, suami Bu Hiana, menuturkan, awalnya profesi Pak Amat adalah jagal daging kambing. Pekerjaan ini lalu diserahkan Pak Amat kepada adiknya. Pak Amat pindah jalur yang masih berkaitan, tukang sate kambing. “Kamu mentahnya, saya matangnya saja,” begitu kira-kira ucapan Pak Amat kepada adiknya, seperti ditirukan Pak Bambang.
Semula Pak Amat berjualan di tengah lapangan alun-alun lor. Lalu masih tahun 1960-an, ia pindah ke lokasi yang sekarang, di utara alun-alun, dekat Jogja Gallery (dulu bioskop Sobo Harsono) dan Museum Sono Budoyo. Hingga sekarang.
Menu yang disajikan antara lain sate daging, sate hati, sate jantung, tongseng dan gule. Ada satu menu andalan yang hilang sepeninggal Pak Amat yakni sate bunthel.
Seharinya warung ini menghabiskan rata-rata 30 kg daging kambing, termasuk jeroan. Menu yang paling laris adalah sate dan tongseng. Harga per porsinya masing-masing Rp 10.000.
Warung sate Pak Amat buka setiap hari pada pukul 11.30 hingga 23.30.
a. barata
Artikel Lainnya :
- Prajurit Mataram Sekitar Abad 17-19(04/09)
- JENDERAL SOEDIRMAN DAN LETKOL. SOEHARTO TAHUN 1949(23/08)
- DAFTAR BUKU PERPUSTAKAAN RUMAH BUDAYA Tembi(03/12)
- Dasamuka(08/07)
- 21 Juni 2010, Klangenan - OBYEK WISATA PANTAI(21/06)
- 23 Februari 2011, Yogya-mu - MONUMEN DI JOGJA RIWAYATMU KINI(23/02)
- Pameran Tunggal Tony Siswoyo di Tembi(16/03)
- 24 Juni 2010, Kabar Anyar - BENTENG: DULU, KINI, DAN ESOK(24/06)
- BRAMARA MANGUN LINGGA(16/08)
- 30 Desember 2010, Perpustakaan - BASIS(30/12)