- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Makanyuk»KREATIVITAS MAKANAN DARI KETELA
20 Apr 2009 07:33:00Makan yuk ..!
KREATIVITAS MAKANAN DARI KETELA
Singkong, atau Pohung atau dalam bahasa Jawa dikenal dengan nama ‘telo kaspo’ bisa dibuat bermacam jenis makanan. Sering orang tertegun melihat makanan, yang asalnya dari ketela rambat. Yang paling tradisional dan diolah apa adanya adalah telo goreng, kalau di Yogya dikenal dengan nama balok.
Ada jenis makanan lain, yang asalnya dari ketela dan dikenal dengan nama sawut. Ada juga klepon, yang biasanya dibuat dari ketan, namun bisa juga dibuat dari ketela. Lain lagi, ada nama makanan cemplon, isinya gula Jawa dan digoreng. Dibuat juga dari ketela. Ada jenis yang lain lagi, ialah cethil. Jenis makanan, sawut, klepon dan cehtil dilengkapi dengan parutan kelapa, sehingga rasanya gurih dan manis bercampur menjadi satu.
Jenis makanan yang dibuat dari ketela, ada banyak bisa ditunjuk. Namun, pada konteks ‘suguhan’ ini hanya diambil tiga jenis yang telah disebut diatas, yaitu: Sawut, Cethil dan Klepon.
Nama-nama makananya khas Jawa dan rasanya juga khas Jawa, manis dan gurih. Dua jenis rasa itu tidak terpisahkan. Setiap hidangan yang disajikan, setidaknya di rumah keluarga Jawa, dua jenis rasa itu saling mengisi dan melengkapi.
Lalu Sawut, bagaimana bentuknya?
Sawut berasal dari ketela yang diparut kemudian direbus. Untuk memberi cita rasa, seringkali sawut diberi warna, merah misalnya, atau hanya warna putih. Warna alami. Untuk memberikan rasa gurih, parutan kelapa ditorehkan pada sawut. Biasanya, kalau menikmati sawut sekaligus ‘ditemani’ minuman teh yang dikenal sebagai ‘nasgithel’ --panas, legi dan kenthel (kental)—
Maknan dari ketela yang lain, Cethil namanya. Ketela rambat ditumbuk dan direbus serta dipotong kecil-kecil. Diberi warna dan dilengkapi parutan kelapa. Rasanyahampir sama dengan sawut.
Sedang klepon, yang biasanya dibuat dari ketan. Rupanya, singkong sering juga dipakai untuk membuat klepon. Singkong yang sudah direbus dan dilembutkan, didalamnya diisi gula kelapa. Dibuat bundar seperti kelereng. Dilengkapi parutan kelapa. Manis dan gurih berbaur menjadi satu.
Jenis makanan seperti disebut diatas, sulit ditemukan di Mall-Mall atau pasar modern, tetapi mudah sekali ditemukan di pasar pasar tradisional. Pasar tradisional di Pijenan, Wijirejo, Pandak, Bantul, ada pedagang yang menjual tiga jenis makanan dari ketela itu. Termasuk menyediakan cemplon. Tiga jenis makanan itu telah dikemas dengan plastik dan dijual Rp 1000,- satu plastik, yang isinya 5 biji. Atau kalau klepon, satu sudhi –tempat yang terbuat dari daun pisang—ada tiga buah klepon dan satu plastik ada 5 sudhi klepon.
Begitulah, makanan tradisional dari ketela itu dijual dipasar tradisional dengan harga, yang rasanya juga masih tradisional –ucapan lain dari murah. Selain pasar tradisional Pijenan, pasar tradisional yang lain, juga mudah menemukan jenis makanan yang terbuat dari ketela seperti sawut, cethil dan klepon. Selain, tentu, makanan ketela yang digoreng.
Maka, jangan tinggalkan pasar tradisional dan juga, jangan lupakan makanan tradisional dari ketela.
Ons Untoro
Artikel Lainnya :
- BIJDRAGEN(21/07)
- PEMANDU KURANG RAMAH(09/11)
- NASI GANDUL PERPADUAN GULE DAN SEMUR(15/02)
- 6 September 2010, Klangenan - LAGI-LAGI MUDIK(06/09)
- 21 Maret 2011, Klangenan - BERCERMIN PADA JEPANG(21/03)
-
Kawasan wisata di nol kilometer Yogyakarta memang boleh dikatakan cukup banyak. Setidaknya di kawasan ini ada beberapa obyek wisata (obwis) seperti Gedung Agung, Malioboro, Kantor Pos Pusat, kantor BNI 46, Pasar Beringharjo, Museum Benteng Vredeburg, Taman Pintar, Taman Budaya, Museum Sonobudoyo, dan Kraton Kasultanan Yogyakarta. " href="https://tembi.net/cover/2010-03/20100318.htm">18 Maret 2010, Kabar Anyar - WISATA "3 IN 1" DI KAWASAN NOL KILOMETER YOGYAKARTA(18/03)- Pandudewanata(15/06)
- GOYANG DARI HASOE(25/06)
- LEMBAGA-LEMBAGA KEBUDAYAAN DI YOGYAKARTA(01/01)
- 17 Januari 2011, Kuliner - SAMBAL COLO-COLO DAN NILA ASEM PEDAS(17/01)