Slank Ingin Bawa Reog & Roll Keliling Dunia

21 Oct 2015

Jakarta menjadi kota ke-3 dalam rangkaian konser Slank 10 kota bertajuk ‘Reog & Roll’. Membawa konsep baru dalam konsernya, Slank menyuguhkan kekayaan budaya bercampur musiknya yang didominasi rock and roll.

Sukses di dua kota sebelumnya, Makassar dan Medan dalam rangkaian tur konser Reog & Roll, pada Jumat 16 Oktober 2015, bertempat di Skeeno Hall, Gandaria City, Jakarta, Slank kembali membuktikan kesuksesan konsernya. Selain dipadati para Slankers, penampilan kelompok musik yang bermarkas di Gang Potlot ini juga tampak berbeda dengan konser-konser biasanya.

Sesuai janji mereka, konser Slank kali ini menyuguhkan budaya tradisional, kolaborasi musik rock dan tradisional, terkonsep, tempat nyaman dan tidak ada bendera slank berukuran besar. Diawali dengan tari topeng khas Jakarta, Reog Ponorogo kemudian hadir sebagai maskot konser Reog & Roll.

Tepat pukul 20.30 Kaka, Bimbim, Ridho, dan Ivan muncul dan langsung menggebrak dengan lagu ‘Mars Slank’ yang langsung diikuti oleh ratusan Slankers yang hadir malam itu. Semangat terus dibakar dengan ‘Lo Harus Grak’, ‘Jurus Tandur’, dan ‘Garuda Pancasila’ lirik-lirik lagu yang kental dengan nasionalisme.

Malam itu keempat personil Slank tampil mengenakan pakaian berbau daerah, seperti tenun dan kain khas Kalimantan. Meskipun di tengah konser Kaka kemudian tampil bertelanjang dada. “Apa yang kalian harapkan dari Slank di tempat konser yang seperti ini, ber-AC, gak ada bendera, dan tempat yang nyaman,” kata Kaka. Disambut dengan teriakan Slankers yang meminta beberapa nomor lagu hits dari Slank.

Kemunculan Agus Nur Amal atau yang dikenal dengan PM Toh, pendongeng dari Aceh yang kerap membawakan dongeng tentang kondisi Indonesia membawa warna tersendiri. Meski hanya tampil dalam video, kemunculan PM toh menceritakan tentang kondisi Negara Indonesia sesekali membuat para Slankers tertawa.

Semakin malam konser semakin seru, berbagai kolaborasi mulai ditampilkan, lagu ‘Indonesiakan Una’ kemudian dilantunkan secara akustik, Bimbim tampil sebagai vokal, lagu ini hanya diisi musik Sasando dari Pulau Rote Nusa Tenggara Timur dan Ridho yang memainkan Sampek Kalimantan dengan lihai. “yeeey, Ridho Nyong Ambon memainkan Sampek,” teriak Bimbim.

Taganing, gendang Batak yang dibawakan oleh musisi Batak Martahan Sihotang sangat ‘blend’ dengan musik elektronik Slank saat membawakan lagu ‘Piss’. Tak hanya itu, kendang Sunda dan berbagai tarian daerah yang mengisi hampir di tiap lagu terasa sangat bercampur tanpa terkesan hanya ‘tempelan’ atau memaksa.

Sebanyak 23 lagu dibawakan oleh Slank, beberapa nomor-nomor hits mereka, ‘Kutak Bisa’, ‘Lembah Baliem’, ‘Virus’, ‘ Terlalu Manis’ memuaskan Slankers yang hadir malam itu. Kemunculan Abdee yang tengah sakit di akhir konser saat membawakan lagu ‘Kamu Harus Pulang’ seakan menyempurnakan konser.

Ada energi yang tidak pernah tergantikan saat Slank tampil, bahkan saat orang itu tidak ada, energinya tetap ada di panggung. Dan malam ini, energi itu hadir ujar Kaka sambil menunjuk Abdee yang sedang memainkan melodi gitarnya sambil menutup konser malam itu.

“Selama konser kemarin di dua kota, Medan dan Makassar, energi dari para musisi tradisi setempat membuat kami semakin semangat, bahkan mereka tampil lebih percaya diri dan sangat menguasai panggung,” kata Kaka dalam konferensi pers sebelum konser.

Konser ‘Etalase’ Budaya Indonesia bersama Slank ini menjadi uji coba, jika sukses ke depannya, Bimbim ingin membawa konsep konser ini keliling dunia. “Kalau konser ini perfect, harapan saya bisa membawa konser ini keliling dunia, agar dunia lebih mengenal kebudayaan Indonesia,” papar Bimbim.

Natalia S.

Slank Ingin Bawa Reog & Roll Keliling Dunia Slank Ingin Bawa Reog & Roll Keliling Dunia Slank Ingin Bawa Reog & Roll Keliling Dunia Slank Ingin Bawa Reog & Roll Keliling Dunia Slank Ingin Bawa Reog & Roll Keliling Dunia Slank Ingin Bawa Reog & Roll Keliling Dunia SENI PERTUNJUKAN

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 24-10-15

    Atien Kisam, Guru Si

    Ayahnya juga merupakan keturunan dari seniman Betawi tempo dulu Djiun, hasil perkawinannya dengan Mak’ Kinang yang berprofesi sebagai penari. Bisa... more »
  • 24-10-15

    Senin Pon Hari Tidak

    Penghitungan hari jenis ini disebut perhitungan Panca Suda, yang menentukan risiko baik atau buruk dari arah kita bepergian. Senin Pon, 26 Oktober... more »
  • 24-10-15

    Sound of Nature=Soun

    Karya Jerry yang dibingkai dalam tema Sound of Nature=Sound of God ini banyak menggunakan ungkapan visual yang metaforik atau bahasa simbol. Dari... more »
  • 23-10-15

    Denmas Bekel 23 Okto

    Denmas Bekel 23 Oktober 2015 more »
  • 23-10-15

    SMP Mondial Semarang

    Mereka sama sekali belum pernah memainkan kesenian tradisional Jawa ini. Jadi wajar mereka terlihat begitu heran melihat banyaknya instrumen gamelan... more »
  • 23-10-15

    Kisah Perlawanan Pan

    Kurang lebih setengah dari buku ini membahas perlawanan Pangeran Mangkubumi terhadap Belanda, dan cara-cara Belanda mengatasi perlawanan tersebut.... more »
  • 22-10-15

    Penyerahan Hadiah Lo

    Lomba yang diikuti oleh 48 fotografer dengan jumlah karya sebanyak 175 foto ini akhirnya menghasilkan juara I-III, juara harapan I-III, 5 foto... more »
  • 22-10-15

    Penyair Pekerja Migr

    Meski tinggal di Singapura, Melur Seruni aktif merespon kegiatan Sastra Bulan Purnama melalui Facebook. Apalagi Melur, melalui akun Facebook-nya,... more »
  • 22-10-15

    Buku Pelajaran Temba

    Meski Jepang hanya menjajah tanah Indonesia selama kurang lebih tiga setengah tahun, pemerintah penjajah ini masih sempat mengurusi bidang pendidikan... more »
  • 21-10-15

    Slank Ingin Bawa Reo

    Jakarta menjadi kota ke-3 dalam rangkaian konser Slank 10 kota bertajuk ‘Reog & Roll’. Membawa konsep baru dalam konsernya, Slank menyuguhkan... more »