Jalan Remang Kesaksian Dari Para Penyair

08 Oct 2015

Sastra Bulan Purnama edisi ke-48, yang genap 4 tahun diisi pembacaan puisi bukan hanya oleh para penyair, tetapi juga menampilkan para tokoh, yang sehari-hari bergulat dengan penegakan hukum, sehingga nuansanya menjadi terasa lain.

Dari 40 penyair, yang puisinya tergabung dalam antologi puisi “Jalan Remang Kesaksian” yang di-launching dalam acara Sastra Bulan Purnama edisi ke-48, Selasa 29 September 2015 di Amphytheater Tembi Rumah Budaya, diwakili beberapa penyair, yang utamanya datang dari luar kota, seperti Bontot Sukandar (Tegal), Aming Aminoedhin (Surabaya), Seruni (Solo), Selsa (Temanggung), Wanto Tirta (Purwakarta), Sumanang Tirtasujana (Purworejo), Wicahyati Rejeki (Magelang) dan Ardi Susanti (Tulungagung), Suyitno (Mojokerto)

Beberapa penyair dari kota lain, seeperti Sri Wintala Ahmad (Cilacap), Sudarmono (Bekasi), Dedet Setiadi, Bambang Eka, Darmanto (Magelang) dan penyair dari Yogyakarta tidak tampil membaca puisi, dikarenakan wakunya terbatas.

Para penyair ini sudah beberapa kali dan selalu siap untuk tampil membaca puisi di Sastra Bulan Purnama. Bahkan, Aming dari Surabaya dengan senang hati merespon publikasi yang dikirimkan melalui Facebook.

“Pergi lagi ke Tembi membaca puisi,” tulis Aming dalam komentarnya.

Para penyair yang tampil membaca puisi, yang nama-namanya disebutkan di atas, hampir semua membacakan karyanya sendiri, hanya Wicahyati Rejeki yang memilih membaca puisi karya Darmanto Andreas.

Ada lima penyair dari Magelang yang ikut dalam antologi puisi “Jalan Remang Kesaksian” dan satu orang yang mewakili membaca puisi adalah Wicahyati. Daari Yogya, Agus Ania yang tampil membaca puisi.

Ardi Susanti, penyair dari Tulungagung sudah berulang kali tampil membaca puisi di Sastra Bulan Purnama dan selalu menikmati. Bahkan dia selalu meluangkan waktu untuk datang membaca puisi di Sastra Bulan Purnama.

“Insya Allah, saya akan datang di launching Jalan Remang Kesaksian,” tulis Ardi di akun Facebook-nya merespon publikasi yang dikirim padanya.

Penyair dari Purworejo, Sumanang Tirtasujana berulangkali menghadiri Sastra Bulan Purnama, dan sering membacakan puisi karya penyair lainnya. Namun pada launching Jalan Remang Kesaksian, Sumanang membaca puisi karyanya yang dimuat dalam antologi puisi ini.

Wanto Tirta, dari Purwokero, juga beberapa kali tampil membaca puisi di Sastra Bulan Purnama dan membacakan puisi karyanya, dan dalam launching kali ini ia kembali membacakan puisi karyanya yang bertema saksi dan korban.Sastra Bulan Purnama edisi ke-48, yang genap 4 tahun diisi pembacaan puisi bukan hanya oleh para penyair, tetapi juga menampilkan para tokoh, yang sehari-hari bergulat dengan penegakan hukum, sehingga nuansanya menjadi terasa lain. Orang-orang yang tidak terbiasa membaca puisi, menjadi mulai mengenal puisi dan membaca puisi di hadapan publik.

Para penyair dan para penegak hukum besatu dalam puisi dan menyerukan tentang pentingnya menjadi saksi dan melindungi saksi.

Ons Untoro 
foto: Sartono

Wicahyati Rejeki, penyair dari Magelang tampil membaca puisi di Sastra Bulan Purnama, foto: Sartono Sumanang Tirtasujana, penyair dari Purworejo tampil membaca puisi di Sastra Bulan Purnama, foto: Sartono Ardi Susanti, penyair dari Tulungagung tampil membaca puisi di Sastra Bulan Purnama, foto: Sartono SENI PERTUNJUKAN

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 10-10-15

    Wayang Topeng, Seni

    Kelompok Wayang Topeng Sekar Kedaton ini merupakan kelanjutan dari wayang topeng yang pernah dirintis oleh tokoh yang beranama Eyang Mlayakusuma pada... more »
  • 10-10-15

    Kamis Paing Termasuk

    Menurut kitab Primbon Betaljemur Adammakna, pada bulan Besar dan Sura ‘naga tahun’ berada di utara. Naga Jatingarang pada bulan Besar berada di utara... more »
  • 10-10-15

    Bilawa (4): Melumat

    Lagi-lagi Bilawa berhasil menancapkan kuku pancanaka, kali ini di lambung Rajamala, sehingga rebah bersimbah darah di arena. Bilawa membiarkan para... more »
  • 10-10-15

    Pameran Batik Pering

    Karya-karya batik yang ditampilkan pada pameran batik kali ini spesial batik-batik khas Yogyakarta, baik menampilkan motif klasik maupun motif... more »
  • 09-10-15

    Suasana Sedih Menung

    Dua orang tua lelaki perempuan, yang usianya sudah 200 tahun, sedang berbincang-bincang dalam suasana sedih sambil menunggu kereta kencana yang akan... more »
  • 09-10-15

    Kolaborasi Dua Gener

    Dalam rangkaian perayaan HUT Galeri Indonesia Kaya yang ke-2, menampilkan kolaborasi dua generasi dalam satu panggung yakni sastrawan kebanggaan... more »
  • 09-10-15

    Bubur Kepiting Hokie

    Agar tetap mendapatkan kualitas kepiting yang terbaik, sampai sekarang kepiting didatangkan langsung dari Tarakan, Kalimantan Utara. Rasa khas... more »
  • 09-10-15

    Reuni Swara Ratan Ya

    Swara Ratan, grup musik unik yang pernah berkibar tahun 1980-an hingga awal 2000-an di Yogyakarta, melakukan reuni pementasan di Taman Budaya... more »
  • 08-10-15

    Memutar Waktu Ke Mas

    Kampung Ambon, Jakarta Timur, konon berasal dari kata Kumpi Ambon, yakni sebuah kuburan tua orang-orang Ambon yang dahulu bekerja pada Belanda. Pasar... more »
  • 08-10-15

    Jalan Remang Kesaksi

    Sastra Bulan Purnama edisi ke-48, yang genap 4 tahun diisi pembacaan puisi bukan hanya oleh para penyair, tetapi juga menampilkan para tokoh, yang... more »