Bilawa (4): Melumat Rajamala di Sendang Semangka

10 Oct 2015

Lagi-lagi Bilawa berhasil menancapkan kuku pancanaka, kali ini di lambung Rajamala, sehingga rebah bersimbah darah di arena. Bilawa membiarkan para botoh Kanoman menggotong Rajamala dan membawanya keluar arena. Rajamala adalah orang luar biasa, dapat pulih dari luka, dapat sehat dari sekarat serta dapat bangun dari mati.

Senapati Rajamala merasa yakin akan berhasil mengalahkan Bilawa. Untuk itu, demi membangun keyakinannya, Rajamala menggunakan ilmu-ilmu andalan yang selama ini belum tertandingi. Demikian pula halnya dengan Bilawa, setiap kali menghadapi lawan tangguh ia tidak mau gegabah, tidak akan mengawalinya dengan jurus penjajagan. Dari gelagatnya saja seorang lawan dapat diketahui seberapa tinggi tingkat ilmunya. Oleh karenanya Bilawa langsung mengetrapkan aji Sepiangin pemberian Dewa Bayu dan aji Bandung Bandawasa warisan dari Gandamana. Dengan kedua ajian tersebut Bilawa mampu bergerak secepat angin dan bertenaga sekuat seribu gajah.

Maka kemudian pertempuran pun berlangsung dengan seru dan menegangkan. Kedua jago berkelebat cepat saling menyerang dengan jurus-jurus andalan. Namun rupanya ada satu kesaktian Bilawa yang tidak dipunyai Rajamala, yaitu kuku pancanaka. Dengan kuku pancanaka itulah Bilawa berhasil mencederai Rajamala.

Sorak membahana bergemuruh, menyusul terlemparnya Rajamala dari arena pertarungan dalam keadaan luka parah. Melihat keadaan yang mengenaskan, para botoh dari Kanoman bergerak dengan cepat mengangkat tubuh Rajamala membawanya ke ‘sendang semangka,’ sendang buatan yang diisi dengan air semangka serta diberi rajah. Air sendang tersebut dapat membuat Rajamala hidup kembali, lukanya pulih, segar bugar seperti sediakala.

Penonton bersorak ketika melihat Rajamala memasuki arena dan siap bertarung kembali. Bilawa cukup heran, kuku pancanaka yang telah merobek dada Rajamala tidak meninggalkan bekas sedikit pun. Dada Rajamala yang pulih seperti sebelumnya sengaja diperlihatkan kepada Bilawa. Bilawa tidak diberi kesempatan untuk memikirkan kejadian aneh yang dilihatnya. Secepat kilat Rajamala menyerang Bilawa, dan pertarungan pun terjadi lagi dengan dahsyat. Kedua botoh yang didukung penontonnya masing-masing saling mengejek sehingga membuat suasana semakin panas.

Beberapa saat kemudian, lagi-lagi Bilawa berhasil menancapkan kuku pancanaka. Kali ini di lambung. Rajamala pun rebah bersimbah darah di arena. Bilawa membiarkan para botoh Kanoman menggotong Rajamala dan membawanya keluar arena. Para penonton meneriakkan nama Bilawa atas kemenangannya. Bilawa memang orang hebat dan sakti. Namun lawannya bukan orang sembarangan. Rajamala adalah orang luar biasa, dapat pulih dari luka, dapat sehat dari sekarat serta dapat bangun dari mati.

Kejadian demi kejadian di arena pertarungan membuat terheran-heran yang menyaksikan. Berkali-kali Rajamala mati, namun dapat hidup kembali. Bilawa gentar juga menghadapi musuhnya yang tidak dapat mati walaupun telah dibunuhnya. Namun pada saat yang tidak menguntungkan itu, tiba-tiba ada anak panah ‘murub saobor gedene’ menyala sebesar obor, melintas di langit alun-alun Wirata. Bilawa melonjak girang. Itu adalah panah Wrahatnala si guru tari saudaranya itu. Semangat Bilawa pun bangkit kembali. Jika Wrahatnala telah membantu, tak ada hal yang tidak dapat dimenangkan.

Maka kemudian semangat Bilawa pun tumbuh kembali. Dengan satu hentakan yang dibarengi aji Bandung Bandawasa, kuku Bilawa menembus leher Rajamala. Seketika itu jago Rupakenca dan Kencakarupa gugur di arena adu manusia. Para botoh pun telah siap untuk menggotong kembali tubuh Rajamala dan menceburkannya di sendang semangka.

Namun yang terjadi kemudian sungguh mengejutkan. Jika sebelumnya, air semangka tersebut dapat memulihkan luka dan menghidupkan kematian, namun kali ini tidak terjadi. Tubuh Rajamala melepuh, hancur digulung air sendang yang panas mendidih. Ada apa dengan air sendang semangka. Para botoh Kanoman pun bergidig melihat jago junjungannya hancur lumat dalam sekejap menjadi ampas air sendang semangka.

Rajamala mati!!!

Rajamala gugur!!!

Kencakarupa dan Rupakenca terkejut dan gusar, jago yang diandalkan mati. Ulah siapa ini yang membuat sendang semangka mendidih. Tidak ada yang tahu siapakah penyebabnya. Namun beberapa orang melihat bahwa anak panah menyala yang melintas di atas alun-alun, rupanya sengaja dibidikkan orang ke arah sendang semangka dan tepat mencebur di dalamnya. Sebentar setelah itu tubuh Rajamala pun diceburkan. Mereka tidak tahu bahwa air sendang telah berubah.

Mengetahui Rajamala benar-benar mati, Bilawa dan para botohnya meninggalkan gelanggang adu jago untuk menemui Prabu Matswapati. Diam-diam ikut dalam rombongan itu adalah Wrehatnala.

Sementara itu di panti panepen Matswapati sedang berpuasa dan berdoa memohon kemenangan Bilawa. Seperti yang ia janjikan untuk memenuhi permintaan Bilawa. Kini saat mendebarkan, menegangkan serta mencemaskan telah berlalu dengan tewasnya Rajamala di tangan Bilawa. Artinya bahwa Prabu Matswapati lah yang menang. Negara Wirata serta tahtanya masih menjadi miliknya.

Matswapati memuji Bilawa dengan tulus dan suka cita. Mendapat pujian raja di hadapan banyak orang membuatnya Bilawa tersipu bangga. Sembari tersenyum dalam hati ia berucap. ‘Hm saya tidak sendirian dalam mengalahkan Rajamala, ada Wrehatnala yang membantu dengan memasukkan panah pusaka ke sendang semangka.’ Tapi hal itu masih disimpannya. Belum saatnya untuk dibuka penyamarannya.

Herjaka HS

EDUKASI

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 17-10-15

    Roro Mendut, Ketangg

    Sanggar seni Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengangkat kisah Roro Mendut dimaksudkan untuk menyampaikan pesan kepada anak muda agar memiliki... more »
  • 17-10-15

    Tari Edan-edanan Mus

    Tari Edan-edanan itu mengiringi penampilan “Loro Bonyo”, sepasang pangantin yang naik andong. Sepasang pengantin yang mengenakan busana pengantin... more »
  • 17-10-15

    Minggu Kliwon Hari B

    Penghitungan hari jenis ini disebut perhitungan Panca Suda, yang menentukan risiko baik atau buruk dari arah kita bepergian. Minggu Kliwon, 18... more »
  • 17-10-15

    Sapa Serakah Ora Ber

    Pepatah ini menjadi semacam peringatan akan perilaku, niatan, tindakan, dan perbuatan orang supaya tidak serakah karena keserakahan tidak akan... more »
  • 16-10-15

    Kisah Kelahiran Dasa

    Dengan membaca cerita dalam buku ini kita akan lebih mengetahui pedalangan gaya Jawa Timuran dan perbedaannya dengan gaya daerah lain. Judul :... more »
  • 16-10-15

    Wanto Tirta Penyair

    Selain menulis puisi Wanto juga menulis geguritan, yaitu puisi bahasa Jawa. Jadi, dia penyair sekaligus penggurit. Tapi, agaknya, ia lebih tekun... more »
  • 16-10-15

    Wayang Bocor Tawarka

    Jangan bayangkan bentuk wayang kulit tradisional Jawa dengan segala bentuk lekuknya, pada pertunjukan Wayang Bocor. Di tangan Eko Nugroho bentuk... more »
  • 15-10-15

    Pohon Lontar Yang Mu

    Manfaat pohon lontar di samping dapat disadap niranya untuk bahan pembuatan gula dan tuak, buah mudanya pun enak disantap, campuran minuman, dan lain... more »
  • 15-10-15

    Pelajar Global Schoo

    Ada beberapa kegiatan budaya yang mereka praktekkan secara langsung, baik di lahan terbuka maupun di dalam ruangan. Praktek di lahan terbuka berupa “... more »
  • 13-10-15

    Buku Lawas Tentang K

    Ini tergolong naskah kuno, terbitan Kolf Buning, 1929. Buku yang menjadi koleksi Perpustakaan Tembi ini berisi tentang gugurnya raja Bukbis (salah... more »