Wayang Bocor Tawarkan Wayang Rasa Baru

16 Oct 2015

Jangan bayangkan bentuk wayang kulit tradisional Jawa dengan segala bentuk lekuknya, pada pertunjukan Wayang Bocor. Di tangan Eko Nugroho bentuk tokoh wayang mengalami interpretasi bebas berbentuk lukisan, patung, drawing, bordir, animasi, namun tetap menghadirkan pakem pertunjukan sebuah wayang tradisi.

Wayang Bocor adalah proyek penciptaan karya pertunjukan wayang kontemporer dari seorang perupa kontemporer, Eko Nugroho yang sudah hadir sejak tahun 2008. Pertunjukan ini terinsipirasi oleh pertunjukan wayang tradisional yang diyakini sebagai budaya Jawa.

Wayang berasal dari kata wewayangan yang berarti bayangan. Pertunjukan wayang ini menghadirkan bayangan dari wayang kulit yang disorot dengan lampu minyak dari balik kelir (layar putih). Lampu minyak itu disebut blencong. Biasanya pertunjukan ini menghadirkan adaptasi cerita Ramayana dan Mahabharata. Namun pada zaman kerajaan Majapahit mulai juga dihadirkan cerita Panji (leluhur Majapahit).

Pada pertunjukan Wayang Bocor, pakem pertunjukan sebuah wayang tradisi tetap dihadirkan yaitu permainan wayang dalam bayangan dengan menggunakan kelir dan sorot lampu. Namun dalam kehadirannya, tokoh wayang sudah tidak lagi menggunakan tokoh-tokoh dalam wayang tradisi namun figur-figur yang diciptakan atas sensitivitas imajinasi Eko Nugroho dalam karyanya yang berbentuk lukisan, patung, drawing, bordir, animasi.

Di tangan Eko Nugroho, bentuk tokoh wayang bermacam-macam, misalnya, ibu berkepala kotak, sedangkan ayah berperawakan manusia namun berkepala lebar seperti tokoh dalam wayang kulit Jawa. Ada juga bentuk televisi, meja, kursi untuk member gambaran latar belakang cerita.

Dalam setiap pertunjukan, Wayang Bocor selalu menghadirkan cerita-cerita sederhana yang tengah terjadi di masyarakat, seperti yang ditampilkan pada pertunjukan bertajuk ‘Dimisscall Leluhur’ di Auditorium Galeri Indonesia Kaya, Sabtu, 10 Oktober 2015. Kisahnya bercerita tentang sebuah desa dimana terdapat pohon tua yang tiba-tiba berpenghuni. Warga desa pun gempar. Kejadian-kejadian aneh menghantui kehidupan sehari-hari mereka hingga suatu saat seorang anak remaja hilang tanpa jejak.

Dalam pertunjukan, Eko bersama tim menghadirkan permainan wayang dalam bayangan dengan menggunakan kelir (layar putih) dan sorot lampu. Figur-figur yang ditampilkan juga lebih dari satu macam dengan berbagai bentuk.

Lampu hadir tak hanya sebagai pembuat bayangan, tetapi menjadi elemen penting yang menciptakan suasana dari peristiwa, sementara bebunyian gamelan sebagai pengiring didengarkan melalui digital.

Elemen baru yang dicobakan sebagai bagian dari eksplorasi adalah kehadiran para aktor di panggung yang bermain di depan kelir, kadang juga berperan seperti wayang yang hadir sebagai bayangan, dan juga berkolaborasi dengan wayang itu sendiri ataupun yang memainkan wayang-wayang tersebut. Elemen terakhir yang dimunculkan adalah narator sebagai pengganti dalang yang berfungsi untuk membawakan cerita layaknya dalang.

Proyek ide kreatif dari Eko Nugroho ini melibatkan para seniman mulai dari penulis naskah, sutradara, manajer produksi, penata lampu, sampai penata musik yang memadukan unsur tradisi dalam pertunjukan wayang kontemporer sehingga menghasilkan pertunjukan yang baru dan segar.

Natalia S

Wayang Bocor, Tawarkan Wayang Rasa Baru, Foto: Image Dynamics Wayang Bocor, Tawarkan Wayang Rasa Baru, Foto: Image Dynamics Wayang Bocor, Tawarkan Wayang Rasa Baru, Foto: Image Dynamics Wayang Bocor, Tawarkan Wayang Rasa Baru SENI PERTUNJUKAN

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 17-10-15

    Roro Mendut, Ketangg

    Sanggar seni Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengangkat kisah Roro Mendut dimaksudkan untuk menyampaikan pesan kepada anak muda agar memiliki... more »
  • 17-10-15

    Tari Edan-edanan Mus

    Tari Edan-edanan itu mengiringi penampilan “Loro Bonyo”, sepasang pangantin yang naik andong. Sepasang pengantin yang mengenakan busana pengantin... more »
  • 17-10-15

    Minggu Kliwon Hari B

    Penghitungan hari jenis ini disebut perhitungan Panca Suda, yang menentukan risiko baik atau buruk dari arah kita bepergian. Minggu Kliwon, 18... more »
  • 17-10-15

    Sapa Serakah Ora Ber

    Pepatah ini menjadi semacam peringatan akan perilaku, niatan, tindakan, dan perbuatan orang supaya tidak serakah karena keserakahan tidak akan... more »
  • 16-10-15

    Kisah Kelahiran Dasa

    Dengan membaca cerita dalam buku ini kita akan lebih mengetahui pedalangan gaya Jawa Timuran dan perbedaannya dengan gaya daerah lain. Judul :... more »
  • 16-10-15

    Wanto Tirta Penyair

    Selain menulis puisi Wanto juga menulis geguritan, yaitu puisi bahasa Jawa. Jadi, dia penyair sekaligus penggurit. Tapi, agaknya, ia lebih tekun... more »
  • 16-10-15

    Wayang Bocor Tawarka

    Jangan bayangkan bentuk wayang kulit tradisional Jawa dengan segala bentuk lekuknya, pada pertunjukan Wayang Bocor. Di tangan Eko Nugroho bentuk... more »
  • 15-10-15

    Pohon Lontar Yang Mu

    Manfaat pohon lontar di samping dapat disadap niranya untuk bahan pembuatan gula dan tuak, buah mudanya pun enak disantap, campuran minuman, dan lain... more »
  • 15-10-15

    Pelajar Global Schoo

    Ada beberapa kegiatan budaya yang mereka praktekkan secara langsung, baik di lahan terbuka maupun di dalam ruangan. Praktek di lahan terbuka berupa “... more »
  • 13-10-15

    Buku Lawas Tentang K

    Ini tergolong naskah kuno, terbitan Kolf Buning, 1929. Buku yang menjadi koleksi Perpustakaan Tembi ini berisi tentang gugurnya raja Bukbis (salah... more »