Reuni Swara Ratan Yang Mengocol Penonton

09 Oct 2015

Swara Ratan, grup musik unik yang pernah berkibar tahun 1980-an hingga awal 2000-an di Yogyakarta, melakukan reuni pementasan di Taman Budaya Yogyakarta, Senin malam, 5 Oktober 2015. Pementasan ini dimeriahkan oleh beberapa MC dan pelawak kondang seperti Dibyo Primus, Bambang Gundul, Dewa PLO, dan Eko Bebek.

Dalam olahan musik humor Kelompok Swara Ratan (KSR), ternyata semua hal bisa menjadi lucu. Kelompok musik ini selain piawai berolah musik dan vokal ternyata juga piawai mengocol dengan media musik. Apa yang disebut mengocol bukan pula sekadar lucu namun juga kritis, cerdas, terampil mengambil momentum dan ketukan nada, bahkan satire dan komikal. Mereka juga tidak berorientasi pada kostum yang ribet dan formal. Pakaian apa pun jadi. Justru dengan demikian mereka lebih santai, tanpa beban, merakyat, dan dekat dengan audien-nya.

Itulah grup musik unik yang pernah berkibar tahun 1980-an hingga awal 2000-an di Yogyakarta yang kemudian melakukan reuni pementasan di Taman Budaya Yogyakarta, Senin malam, 5 Oktober 2015. Pementasan ini dimeriahkan oleh beberapa MC dan pelawak kondang seperti Dibyo Primus, Bambang Gundul, Dewa PLO, dan Eko Bebek. Sedangkan pemusik dan vokalis yang tampil untuk bernostalgia dalam tema “Ngisin-isin Balung Pisah” ini adalah Agoes Kencrot, Novi Kalur, Mamiek Slamet Kobra, Emel, Otok, Widi, Ari Blothong, dan Noenoeg. Sementara pimpinan produksi ada pada Agoes Kencrot, Bambang, Hayom, dan Tiko.

Pentas nostalgia setelah belasan tahun tidak manggung bareng ini bertempat di halaman terbuka Taman Budaya Yogyakarta. Pementasan yang dihadiri ribuan orang yang duduk lesehan ini tak urung mengundang gelak tawa dan cekikikan penonton. Interaksi dengan penonton justru semakin menghidupkan suasana panggung yang terkesan akrab.

Disebutkan bahwa pentas bersama terakhir dari KSR ini adalah tahun 2004. Meskipun demikian, pementasan 2015 malam itu sepertinya tidak menghadapi hambatan atau kendala apa pun. Artinya setelah 11 tahun tidak manggung bersama mereka tetap bisa kompak, padu, harmonis, dan solid. Tentu hal ini merupakan sesuatu yang tidak mudah. Gojekan masa lalu yang mereka usung kembali di tahun 2015 ternyata juga masih mengundang senyum dan gelak tawa.

Lagu “Jamuran” yang populer di Jawa diolah oleh KSR menjadi pertunjukan yang menggembirakan dan sangat lucu. Ketika mereka bertanya,”Jamur apa?” Lalu dijawab,”Jamur gula setangkep” mereka pun saling berdekapan sepasang-sepasang. Bahkan bergulingan di panggung sementara itu musik berhenti total. Demikian pun ketika sampai pada jawaban Jamur kendhi borot, mereka pun pura-pura kencing dengan ekspresi seperti para pria yang kencing sambil berdiri. Penonton yang menyaksikan hal ini pun tergelak-gelak karenanya.

Penggantian syair dari lagu A kemudian tiba-tiba berubah masuk ke syair lagu B, C, dan seterusnya dalam aransemen musik yang sama juag menyebabkan penonton tertawa. Demikian pula penggantian dan pembolak-balikan kalimat dalam syair sehingga mengubah makna kalimat dalam syair lagu juga menjadi objek olahan mereka. Misalnya dalam lagu “Sarinah” ada syair yang berbunyi,”Sarinah ayu awake lemu apa gelem Nah iwak asu ?” (Sarinah cantik badannya gemuk, apa mau Nah daging anjing ?). Seharusnya kalimat dalam lagu tersebut berbunyi, “Sarinah ayu awake lemu, apa gelem Nah karo aku?” (Sarinah cantik/ayu badannya gemuk, apa mau Nah sama aku?).

Pentas KSR yang pernah populer tahun 1980-an hingga tahun 2000-an ini sengaja digratsikan untuk publik. Hanya saja penonton dimohon kerelaan hatinya untuk memberikan saweran yang seluruh hasil saweran ini akan disumbangkan bagi pelawak sepuh.

Naskah dan foto: asartono

Personil Kelompok Swara Ratan berfoto bersama, difoto: Senin malam, 5 Oktober 2015, foto: a.sartono Jamur gula setangkep yang diperankan oleh KSR, difoto: Senin malam, 5 Oktober 2015, foto: a.sartono Dari kiri ke kanan: MC kawakan, Dewo PLO, Eko Bebek, dan Bambang Gundul turut memeriahkan pentas musik humor KSR, , difoto: Senin malam, 5 Oktober 2015, foto: a.sartono Ribuan penonton lesehan dan bergelak tawa menyaksikan pentas KSR di halaman TBY, difoto: Senin malam, 5 Oktober 2015, foto: a.sartono SENI PERTUNJUKAN

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 10-10-15

    Wayang Topeng, Seni

    Kelompok Wayang Topeng Sekar Kedaton ini merupakan kelanjutan dari wayang topeng yang pernah dirintis oleh tokoh yang beranama Eyang Mlayakusuma pada... more »
  • 10-10-15

    Kamis Paing Termasuk

    Menurut kitab Primbon Betaljemur Adammakna, pada bulan Besar dan Sura ‘naga tahun’ berada di utara. Naga Jatingarang pada bulan Besar berada di utara... more »
  • 10-10-15

    Bilawa (4): Melumat

    Lagi-lagi Bilawa berhasil menancapkan kuku pancanaka, kali ini di lambung Rajamala, sehingga rebah bersimbah darah di arena. Bilawa membiarkan para... more »
  • 10-10-15

    Pameran Batik Pering

    Karya-karya batik yang ditampilkan pada pameran batik kali ini spesial batik-batik khas Yogyakarta, baik menampilkan motif klasik maupun motif... more »
  • 09-10-15

    Suasana Sedih Menung

    Dua orang tua lelaki perempuan, yang usianya sudah 200 tahun, sedang berbincang-bincang dalam suasana sedih sambil menunggu kereta kencana yang akan... more »
  • 09-10-15

    Kolaborasi Dua Gener

    Dalam rangkaian perayaan HUT Galeri Indonesia Kaya yang ke-2, menampilkan kolaborasi dua generasi dalam satu panggung yakni sastrawan kebanggaan... more »
  • 09-10-15

    Bubur Kepiting Hokie

    Agar tetap mendapatkan kualitas kepiting yang terbaik, sampai sekarang kepiting didatangkan langsung dari Tarakan, Kalimantan Utara. Rasa khas... more »
  • 09-10-15

    Reuni Swara Ratan Ya

    Swara Ratan, grup musik unik yang pernah berkibar tahun 1980-an hingga awal 2000-an di Yogyakarta, melakukan reuni pementasan di Taman Budaya... more »
  • 08-10-15

    Memutar Waktu Ke Mas

    Kampung Ambon, Jakarta Timur, konon berasal dari kata Kumpi Ambon, yakni sebuah kuburan tua orang-orang Ambon yang dahulu bekerja pada Belanda. Pasar... more »
  • 08-10-15

    Jalan Remang Kesaksi

    Sastra Bulan Purnama edisi ke-48, yang genap 4 tahun diisi pembacaan puisi bukan hanya oleh para penyair, tetapi juga menampilkan para tokoh, yang... more »