Fragmen Wayang Orang Lakon Begalan di Ndalem Kaneman

21 Sep 2015

Festival Njeron Beteng 2015 secara resmi diakhiri pada Minggu malam, 13 September 2015 dengan pementasan fragmen wayang wong (orang) dengan lakon Begalan. Pementasan dilakukan di pendapa Ndalem Kaneman, Jl. Kadipaten Kidul No. 44 Yogyakarta.

Rangkaian acara Festival Njeron Beteng (sebutan untuk daerah bagian dalam benteng keraton) Yogyakarta telah dilakukan pada 12-13 September 2015. Acara tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan dan mengoptimalisasi potensi Njeron Beteng baik dari sisi seni budaya, ekonomi, dan lain-lain. Festival Njeron Beteng 2015 secara resmi diakhiri pada Minggu malam, 13 September 2015 dengan pementasan fragmen wayang wong (orang) dengan lakon Begalan. Pementasan dilakukan di pendapa Ndalem Kaneman, Jl. Kadipaten Kidul No. 44 Yogyakarta. Festival Njeron Beteng ini merupakan buah kerjasama Dinas Pariwisata DIY dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Yogyakarta.

Dr. Kuswaryanto selaku Ketua Divisi Operasional Kampung Wisata Kadipaten menyatakan bahwa prospek ke depan festival ini akan menjadi semakin bagus. Untuk itu perlu dikembangkan lagi, antara lain dengan menghidupkan hal-hal yang selama ini belum tersentuh seperti dolanan (mainan) anak. Intinya festival ini ke depan tidak hanya akan berfokus pada kirab dan pentas saja, namun hal-hal yang lain juga perlu disentuh dan ditampilkan. Dengan demikian objek-objek daerah tujuan wisata di kawasan Njeron Beteng semakin tumbuh dan hidup.

Dalam kesempatan lain disampaikan pula bahwa pementasan atau acara kesenian di Ndalem Kaneman adalah salah satu upaya untuk menghidupkan kembali ndalem-ndalem (rumah bangsawan keraton) lain yang dulu merupakan pusat-pusat kebudayaan yang kemudian dalam perjalanan sejarahnya mengalami kelesuan yang cukup parah. Wilayah Njeron Beteng memiliki sekian ndalem yang apabila semuanya bisa kembali bangkit seperti dulu, maka kehidupan kebudayaan Njeron Beteng akan semakin baik dan berkembang. Wilayah ini kemudian juga akan menjadi tempat yang dikunjungi banyak orang yang pada gilirannya juga akan memberikan kesejahteraan bersama.

Rangkaian pementasan fragmen wayang wong dengan lakon Begalan itu sendiri diawali dengan pementasan Tari Golek Pamularsih sebagai bentuk ucapan selamat datang kepada para tamu. Usai pementasan tari tersebut fragmen wayang orang Begalan yang berdurasai sekitar 30 menit ditampilkan. Wayang wong dengan lakon Begalan serta tari tersebut dipentaskan oleh siswa-siswi Yayasan Siswa Among Beksa yang berpusat di Ndalem Kaneman.

Lakon Begalan yang ditampilkan sebagai penutup rangkaian dari acara Festival Njeron Beteng ini pada intinya menceritakan tentang murca atau hilangnya Batari Sri Sekar dari Kayangan. Batara Wisnu diminta untuk mencari dan menemukannya kembali. Apa yang dilakukan Batara Wisnu dibantu oleh Batara Bromo. Perjalanan Wisnu-Bromo ini tidak mulus. Hambatan atau halangan muncul ketika mereka berdua menerobos sebuah hutan.

Halangan muncul oleh karena perjalanan mereka dihadang oleh Buto Cakil selaku lurah atau pimpinan para buto (raksasa) begal. Perkelahian tidak bisa dihindarkan karena keduanya ngotot untuk saling menyingkirkan. Buto Cakil akhirnya dapat dikalahkan beserta seluruh sekutu atau gerombolannya. Pementasan fragmen tari wayang orang ini diakhiri dengan tewasnya Buto Cakil bersama konco-konconya. Fragmen memang bukan keseluruhan. Fragmen sering pula dikenal dengan istilah pethilan.

Tarian Cakil yang lincah sekaligus jenaka adalah salah satu ragam tari yang cukup sulit dilakukan. Namun pementasan malam itu keseluruhan tarian dapat dilakukan dengan sangat mulus, luwes, greget, sengguh, nyawiji, dan ora mingkuh. Kejenakaan Cakil (yang menampakkan kebodohannya) dan juga Buto Terong sering mengundang senyum penonton.

asartono

Tari Golek Pamularsih sebagai tari selamat datang dalam penutupan Festival Njeron Beteng di Ndalem Kaneman, difoto: Minggu malam, 13 September 2015, foto: a.sartono Batara Wisnu siap berperang dengan Buto Cakil, difoto: Minggu malam, 13 September 2015, foto: a.sartono Buto Cakil tidak bisa bergerak diinjak Batara Wisnu, difoto: Minggu malam, 13 September 2015, foto: a.sartono Buto Terong mencobai kesaktian Batara Bromo, Batara Wisnu, difoto: Minggu malam, 13 September 2015, foto: a.sartono SENI PERTUNJUKAN

Baca Juga

>

Artikel Terbaru

>
  • 26-09-15

    Jika Pengin Mengenal

    Sebelum menjadi Monumen Pers Nasional, bangunan ini semula adalah Gedung Sasonosuko atau Sositet Mangkunegaran. Gedung ini didirikan oleh KGPAA... more »
  • 26-09-15

    Penampakan Benteng V

    Benteng Vredeburg dibangun pada zaman pemerintahan Sultan Hamengku Buwana I atas permintaan pemerintah Belanda melalui Gubernur dan Direktur Pantai... more »
  • 26-09-15

    Naga Dina Selasa Leg

    Selasa Legi, 29 September 2015, kalender Jawa tanggal 15, bulan Besar, tahun 1948 Ehe, hari taliwangke, tidak baik untuk berbagai macam keperluan.... more »
  • 25-09-15

    Macapatan Malam Rabu

    Bagi paguyuban karawitan ‘amatiran’ yang ada di kampung-kampung, kesempatan berpentas merupakan saat yang menyenangkan, oleh karenanya mereka ingin... more »
  • 25-09-15

    Tempolong, Tempat Lu

    Selain sebagai tempat ludah, fungsi tempolong pada zaman dahulu juga sebagai tempat untuk peletakan atau tatakan kembar mayang. Kembar mayang adalah... more »
  • 25-09-15

    Mahasiswa/i ACICIS M

    Ketegangan segera tampak di wajah mereka. Tungku dengan bahan bakar kayu bisa dipastikan selalu menghasilkan kepulan asap yang mengganggu pandangan... more »
  • 23-09-15

    Masjid Pura Paku Ala

    Masjid Pura Paku Alam seluas 144 meter persegi, dengan 4 buah serambi seluas 438 meter persegi. Masjid ini berbentuk segi empat. Ruangan masjid hanya... more »
  • 23-09-15

    Mengenal Orang Jawa

    Masyarakat Jawa dianggap sebagai masyarakat yang penuh dengan sopan santun, ramah tamah, jarang berterus terang, sangat menjaga perasaan orang lain... more »
  • 22-09-15

    Siswa Singapore Inte

    Umumnya para peserta kegiatan budaya kali ini antusias belajar budaya. Seperti ketika mereka berlatih gamelan, banyak yang serius. Saking seriusnya,... more »
  • 22-09-15

    Lukisan Kaca Kontemp

    Media kaca dipilih Rina karena sangat menantang kreativitas. Selain itu, ada keunikan teknik di dalamnya. Lukisan kaca memiliki kesan puitik karena... more »
> Tembi Rumah Sejarah dan Budaya , Hak Cipta Dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/
Tembi adalah Portal Berita Budaya Indonesia