Lukisan Kaca Kontemporer Rina Kurniyati: Melukis Dalam Bening
22 Sep 2015Media kaca dipilih Rina karena sangat menantang kreativitas. Selain itu, ada keunikan teknik di dalamnya. Lukisan kaca memiliki kesan puitik karena mediumnya yang bening bagai air.
Seorang seniman kadang tidak lahir dari darah atau garis keturunan seniman. Bahkan juga tidak mesti lahir dari sekolah atau akademisi seni. Bisa saja ia lahir di luar semuanya itu. Hal itulah yang dialami Rina Kurniyati yang menekuni dunia lukis kaca kontemporer. Ia mulai menekuni lukis kaca pada tahun 2000-an. Namun kesibukannya sebagai ibu rumah tangga menyebabkan aktivitasnya agak terhambat selama 10 tahun. Ibu rumah tangga lulusan STKS (Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial) Bandung ini mulai melukis kaca kembali tahun 2010.
Menurut pengakuan Rina, ia biasa melukis mulai pukul 08.00-15.00 WIB. Ia bisa menyelesaikan 4-5 karya lukis kaca dalam sebulan. Dalam melukis kaca ini ia menggunakan cat tertentu yang baginya memiliki kualitas prima dibandingkan cat lain. Ia menyebutkan bahwa cat tersebut memiliki daya lekat yang baik, keawetan yang baik, kecemeelangan warna yang baik dan tidak mudah pudar, memiliki kemasan yang praktis dan tidak boros, dan seterusnya.
Kesetiaannya menggunakan cat tersebut menyebabkannya diberi penghargaan berupa kebebasan untuk menggunakan produk cat merk tersebut selama lima tahun secara gratis. Terserah, berapa pun cat yang ia perlukan. Dalam berkarya itu pula Rina menggunakan kuas dengan ukuran terkecil. Itu pun masih dicabuti bulunya hingga hanya tersisa dua helai bulu terhalus untuk mencapai efek detail.
Media kaca dipilih Rina karena sangat menantang kreativitas. Selain itu, ada keunikan teknik di dalamnya. Lukisan kaca memiliki kesan puitik karena mediumnya yang bening bagai air. Media kaca juga sangat menantang karena dalam keseluruhannya jelas berbeda dengan kanvas atau kertas. Selain itu, kaca adalah media yang ringkih yang apabila pecah maka selesai sudahlah karya itu. Akan tetapi itulah yang justru dipilih dan ditekuni Rina.
Tema yang dikerjakan oleh Rina ada 3 genre: kilat dinamis (dynamic shiny), person-person inspiratif (inspirative persons) dan poster antik yang terbarukan (new vintage poster). Pilihan pada lukisan kaca tema potret orang-orang inspiratif sering dikerjakan untuk menerima pesanan atau untuk melukis tokoh dunia. Tema kilat dinamis lebih mengemuka karena ia merasakan kecocokan perasaan dengan menggunakan metafora mobil dan kilau cahaya. Poster antik yang terbarukan hanya dihasilkan sebagai latihan serta menutup rasa jenuh saat melukis tema potret maupun mobil. Hal inilah yang membedakan lukisan kaca Rina dengan lukisan kaca tradisional yang temanya kebanyakan wayang atau kaligrafi Arab.
Barangkali hal yang sulit ditiru oleh pelukis lain dari proses kreatif Rina adalah konsistensi dalam menentukan warna yang didesain serta kesabarannya dalam bekerja. Dengan konsistensi warna sesuai desain, ia berhasil menciptakan harmonisasi warna yang sangat kuat. Kesabarannya yang tinggi menghasilkan detail setiap benda yang dilukisnya. Teks sastrawi yang disertakannya dalam lukisan juga membutuhkan kesabaran yang tinggi. Kesabarannya yang tinggi dalam berkarya menciptakan lukisan kaca bergaya super-realis.
Munculnya beberapa teks dalam lukisannya tidak lepas dari kegermarannya akan dunia sastra sejak kelas 1 SMP. Sangat mungkin pula munculnya teks-teks tersebut dapat merubah pikiran bagi penikmat karyanya. Apa yang dilukiskannya oleh karena munculnya teks tersebut bisa menjadi sebuah metafora, bukan sebagai benda dengan kesan yang biasa-biasa saja.
Pameran Lukisan Kaca Kontemporer karya Rina Kurniyati yang dibuka secara resmi oleh Anie Hashim Djojohadikoesoemo ini dipamerkan di Jogja Gallery mulai 15 September -3 Oktober 2015. Pameran yang dikuratori Dr. Suwarno Wisetrotomo, M.Hum ini sekaligus untuk menandai HUT Jogja Gallery yang ke-9, dimana dalam usia yang kessekian itu Jogja Gallery telah menyelenggarakan 23 pameran tunggal dan 100 pameran bersama.
a. sartono
Berita BUDAYABaca Juga
- 21-09-15
Layar Terkembang, 33 Tahun Perjalanan Bentara Budaya Yogyakarta
Kelahiran BBY bisa dikatakan serba kebetulan. Mungkin juga dalam perjalanannya apa yang dinamakan kebetulan itu terus terjadi. Keberadaan BBY dimulai... more » - 19-09-15
Merti Bakpia 2015 Membagi Gratis Empat Kuintal Bakpia
Grebeg Bakpia ini diawali dengan kirab gunungan bakpia lanang (lelaki) dan gunung bakpia wedok (perempuan). Keseluruhan kue bakpia yang digunakan... more » - 19-09-15
Konser Reog N Roll Bersama Slank
Konser musik dianggap paling efektif untuk menyampaikan pesan sosial kepada masyarakat. Atas dasar itulah Kementerian Pariwisata menggandeng grup... more » - 18-09-15
Terima Kasih Bu Susi, Seru Pewarta Foto Indonesia
Acara penutupan pameran ini terasa istimewa karena tidak saja dilakukan oleh menteri, namun juga karena diiringi acara yang relatif lebih banyak dari... more » - 17-09-15
Arwinto Bersorban Awan
Dalam antologi ini terdapat 101 puisi, yang dibagi dalam dua bab. Pada bagian pertama diberi judul “Pulang Ke Tubuh Sendiri” dan bagian kedua... more » - 17-09-15
Kegelisahan Rence Alfons Membuahkan Revitalisasi Suling Bambu Maluku
Dampak sosial orkes ini juga nyata dirasakan. Dua kampung bertetangga yang sebelumnya bertikai akhirnya malah kini berdamai karena keduanya terlibat... more » - 16-09-15
“Jagongan Wagen Goes To Jakarta” Presentasi Kreatif Seniman Muda PSBK
Setelah menjalani program selama kurang lebih enam bulan di Bantul Yogyakarta, delapan dari sepuluh seniman terpilih penerima beasiswa Program... more » - 15-09-15
Antologi Puisi Saksi Korban Siap Diluncurkan
Buku antologi puisi dengan tema saksi korban, berjudul “Jalan Remang Kesaksian” sedang dalam proses cetak, dan direncanakan akan di-launching dalam... more » - 15-09-15
Merti Dusun Sebagai Ungkapan Syukur, Berbagi, dan Kebersamaan
Merti dusun ini dilaksanakan untuk mengucapkan rasa syukur warga atas berkah Tuhan selama setahun yang telah mereka terima. Selain itu juga merupakan... more » - 12-09-15
Pameran Perjuangan UU Keistimewaan Yogyakarta
Pameran Dokumentasi Keistimewaan DIY ini digelar pada tanggal 31 Agustus – 2 September 2015 bertempat di pendopo Dinas Kebudayaan DIY. Pada pameran... more »
Artikel Terbaru
- 26-09-15
Jika Pengin Mengenal
Sebelum menjadi Monumen Pers Nasional, bangunan ini semula adalah Gedung Sasonosuko atau Sositet Mangkunegaran. Gedung ini didirikan oleh KGPAA... more » - 26-09-15
Penampakan Benteng V
Benteng Vredeburg dibangun pada zaman pemerintahan Sultan Hamengku Buwana I atas permintaan pemerintah Belanda melalui Gubernur dan Direktur Pantai... more » - 26-09-15
Naga Dina Selasa Leg
Selasa Legi, 29 September 2015, kalender Jawa tanggal 15, bulan Besar, tahun 1948 Ehe, hari taliwangke, tidak baik untuk berbagai macam keperluan.... more » - 25-09-15
Macapatan Malam Rabu
Bagi paguyuban karawitan ‘amatiran’ yang ada di kampung-kampung, kesempatan berpentas merupakan saat yang menyenangkan, oleh karenanya mereka ingin... more » - 25-09-15
Tempolong, Tempat Lu
Selain sebagai tempat ludah, fungsi tempolong pada zaman dahulu juga sebagai tempat untuk peletakan atau tatakan kembar mayang. Kembar mayang adalah... more » - 25-09-15
Mahasiswa/i ACICIS M
Ketegangan segera tampak di wajah mereka. Tungku dengan bahan bakar kayu bisa dipastikan selalu menghasilkan kepulan asap yang mengganggu pandangan... more » - 23-09-15
Masjid Pura Paku Ala
Masjid Pura Paku Alam seluas 144 meter persegi, dengan 4 buah serambi seluas 438 meter persegi. Masjid ini berbentuk segi empat. Ruangan masjid hanya... more » - 23-09-15
Mengenal Orang Jawa
Masyarakat Jawa dianggap sebagai masyarakat yang penuh dengan sopan santun, ramah tamah, jarang berterus terang, sangat menjaga perasaan orang lain... more » - 22-09-15
Siswa Singapore Inte
Umumnya para peserta kegiatan budaya kali ini antusias belajar budaya. Seperti ketika mereka berlatih gamelan, banyak yang serius. Saking seriusnya,... more » - 22-09-15
Lukisan Kaca Kontemp
Media kaca dipilih Rina karena sangat menantang kreativitas. Selain itu, ada keunikan teknik di dalamnya. Lukisan kaca memiliki kesan puitik karena... more »