Masjid Pura Paku Alam Yogyakarta (1)
23 Sep 2015Masjid Pura Paku Alam seluas 144 meter persegi, dengan 4 buah serambi seluas 438 meter persegi. Masjid ini berbentuk segi empat. Ruangan masjid hanya digunakan untuk shalat saja. Dulu serambi masjid relatif sempit, kemudian diperluas dengan memanfaatkan halaman masjid.
Salah satu bangunan bersejarah di lingkungan Keraton Pura Paku Alaman adalah Masjid Pura Paku Alam. Masjid ini terletak di sisi barat kanan-selatan istana Pura Paku Alam. Secara administratif masjid ini berada di Kampung Kauman, Kelurahan Purwokinanti, Kecamatan Paku Alaman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi ini dapat dijangkau melalui Titik Nol ke arah timur sejauh kurang lebih 2 kilometer.
Masjid Pura Paku Alam seluas 144 meter persegi, dengan 4 buah serambi seluas 438 meter persegi. Masjid ini berbentuk segi empat. Ruangan masjid hanya digunakan untuk shalat saja. Dulu serambi masjid relatif sempit, kemudian diperluas dengan memanfaatkan halaman masjid.
Seperti masjid-masjid lama di Jawa, Masjid Pura Paku Alam dulu juga dilengkapi dengan kolam atau blumbangan yang dibuat di depan dan samping masjid. Namun kolam itu telah diratakan untuk keperluan bangunan dan lantai halaman.
Di samping tempat pengimaman terdapat krepyak (sekat kayu) untuk Sri Paku Alam saat ikut shalat berjamaah di masjid. Akan tetapi krepyak tersebut sekarang boleh digunakan siapa pun yang ingin shalat di dalamnya. Kemuncak atap dari Masjid Pura Paku Alam ini diberi mustaka yang berbentuk seperti mahkota. Warna Masjid Pura Paku Alam didominasi warna kuning.
Konstruksi atap masjid ini disangga oleh 12 tiang kayu jati. Pintu induk masjid berjumlah tiga buah yang semuanya terbuat dari kayu jati kualitas baik. Serambi sebelah timur juga disangga oleh 12 tiang tanpa tembok. Lantai masjid semuanya terbuat dari tegel. Tegel teraso juga dipasang pada dinding masjid hingga ketinggian 1,5 meter.
Di dalam masjid terdapat 4 buah prasasti huruf Jawa dan Arab, yang menandai berdirinya masjid tersebut. Letak prasasti semula tidak diketahui dengan pasti. Setelah masjid mengalami renovasi keempat prasasti ditempatkan pada dinding serambi depan. Prasasti berhuruf Jawa ditempatkan pada dinding utara dan selatan mengapit kedua prasasti berhuruf Arab. Sedangkan renovasi masjid dilakukan pada masa Sri Paku Alam VII dan Sri Paku Alam VIII.
Prasasti berhuruf Jawa di sebelah utara berbunyi:Pemut kala adeging kagungan dalem mesjid. Amarenging dinten Dite Pon wanci jam Astha, tanggal Kadwi ing wulan Riyaya Syawal, tahun wiyosipun Gusti Kanjeng Nabi Panutan Dal: sinengkalan Pandhita Obah Sabda Tunggal, mangsa Sad lambang Klawu Dukut Windu Sangara: Kawada ingkang ngresakaken ngyasani adeging Jumungah Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ridor Paku Alam ingkang jumeneng kaping kalih: ingkang lelados Patih Raden Riya Natareja lan Mas Penghulu Mustahal Hasranhin. (Peringatan pada waktu berdirinya masjid Pura Paku Alaman bersamaan dengan hari Ahad Pon, waktu menunjukkan jam 08.00 tanggal kedua bulan hari Raya Syawal, tahun kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad tahun Dal, diberi tanda tahun: Pandhita Obah sabda Tunggal, musim (waktu/saat) enam, lambang Klawu Dukut Windu Sangara kawada. Yang bermaksud mendirikan jemaah adalah Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ridder Paku Alam II. Yang ikut membantu mengerjakan adalah Patih Raden Riya Natareja dan Mas Penghulu Mustahal Hasranhin).
(Bersambung)
Naskah dan foto: a. sartono
Sumber: H. Slamet Hamzah, S.Ag., dkk., 2007, Masjid Bersejarah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta: Wilayah Departemen Agama Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Baca Juga
- 26-09-15
Jika Pengin Mengenal Jejak Perjuangan Pers
Sebelum menjadi Monumen Pers Nasional, bangunan ini semula adalah Gedung Sasonosuko atau Sositet Mangkunegaran. Gedung ini didirikan oleh KGPAA... more » - 26-09-15
Penampakan Benteng Vredeburg Dulu dan Sekarang
Benteng Vredeburg dibangun pada zaman pemerintahan Sultan Hamengku Buwana I atas permintaan pemerintah Belanda melalui Gubernur dan Direktur Pantai... more » - 25-09-15
Tempolong, Tempat Ludah yang Sudah Ditinggalkan
Selain sebagai tempat ludah, fungsi tempolong pada zaman dahulu juga sebagai tempat untuk peletakan atau tatakan kembar mayang. Kembar mayang adalah... more » - 25-09-15
Mahasiswa/i ACICIS Memasak dengan Kayu Bakar
Ketegangan segera tampak di wajah mereka. Tungku dengan bahan bakar kayu bisa dipastikan selalu menghasilkan kepulan asap yang mengganggu pandangan... more » - 23-09-15
Mengenal Orang Jawa Karya Niels Mulder
Masyarakat Jawa dianggap sebagai masyarakat yang penuh dengan sopan santun, ramah tamah, jarang berterus terang, sangat menjaga perasaan orang lain... more » - 22-09-15
Siswa Singapore International School Jakarta Melukis Wayang
Umumnya para peserta kegiatan budaya kali ini antusias belajar budaya. Seperti ketika mereka berlatih gamelan, banyak yang serius. Saking seriusnya,... more » - 21-09-15
Kata Emha Indonesia Bagian dari Desa Saya
Emha mengkritisi agar orang tidak begitu saja menelan mentah-mentah apa yang disebut “modernisasi” dari “perkotaan”. Orang harus bersifat selektif... more » - 18-09-15
Liputan Majalah Kajawen Tahun 1932 Tentang Gedung Kesenian Sobokarti Semarang
Gedung Kesenian Sobokarti dibangun oleh Belanda pada tahun 1930 yang aslinya bernama Volkstheater Sobokarti yang berarti tempat berkarya. Gedung ini... more » - 18-09-15
Yogyakarta Night at the Museum Mengajak Masyarakat Mencintai Museum
Komunitas anak-anak muda ini telah menunjukkan aksi konkret dalam upaya memperkenalkan dan mencintai museum kepada publik. Dengan acara yang... more » - 17-09-15
Jembatan Nambangan-Nangsri, Jembatan Berpintu Air Besar di Bantul
Hal yang menarik dari Jembatan Nambangan-Nangsri ini adalah pintu plat baja yang cukup besar. Pintu ini ditempatkan di ujung jembatan di wilayah... more »
Artikel Terbaru
- 26-09-15
Jika Pengin Mengenal
Sebelum menjadi Monumen Pers Nasional, bangunan ini semula adalah Gedung Sasonosuko atau Sositet Mangkunegaran. Gedung ini didirikan oleh KGPAA... more » - 26-09-15
Penampakan Benteng V
Benteng Vredeburg dibangun pada zaman pemerintahan Sultan Hamengku Buwana I atas permintaan pemerintah Belanda melalui Gubernur dan Direktur Pantai... more » - 26-09-15
Naga Dina Selasa Leg
Selasa Legi, 29 September 2015, kalender Jawa tanggal 15, bulan Besar, tahun 1948 Ehe, hari taliwangke, tidak baik untuk berbagai macam keperluan.... more » - 25-09-15
Macapatan Malam Rabu
Bagi paguyuban karawitan ‘amatiran’ yang ada di kampung-kampung, kesempatan berpentas merupakan saat yang menyenangkan, oleh karenanya mereka ingin... more » - 25-09-15
Tempolong, Tempat Lu
Selain sebagai tempat ludah, fungsi tempolong pada zaman dahulu juga sebagai tempat untuk peletakan atau tatakan kembar mayang. Kembar mayang adalah... more » - 25-09-15
Mahasiswa/i ACICIS M
Ketegangan segera tampak di wajah mereka. Tungku dengan bahan bakar kayu bisa dipastikan selalu menghasilkan kepulan asap yang mengganggu pandangan... more » - 23-09-15
Masjid Pura Paku Ala
Masjid Pura Paku Alam seluas 144 meter persegi, dengan 4 buah serambi seluas 438 meter persegi. Masjid ini berbentuk segi empat. Ruangan masjid hanya... more » - 23-09-15
Mengenal Orang Jawa
Masyarakat Jawa dianggap sebagai masyarakat yang penuh dengan sopan santun, ramah tamah, jarang berterus terang, sangat menjaga perasaan orang lain... more » - 22-09-15
Siswa Singapore Inte
Umumnya para peserta kegiatan budaya kali ini antusias belajar budaya. Seperti ketika mereka berlatih gamelan, banyak yang serius. Saking seriusnya,... more » - 22-09-15
Lukisan Kaca Kontemp
Media kaca dipilih Rina karena sangat menantang kreativitas. Selain itu, ada keunikan teknik di dalamnya. Lukisan kaca memiliki kesan puitik karena... more »