Pager Piring, Pameran Seni Rupa untuk Mengenang Romo Mangun

Author:editortembi / Date:09-05-2014 / Pameran seni rupa tersebut berusaha untuk merespon dan mengaktualisasikan gagasan pager piring yang merupakan buah pemikiran Romo Mangun. Pager piring adalah upaya dan buah cinta manusia kepada sesamanya.

Suasana pembukaan pameran senirupa Pager Piring di Bentara Budaya Yogyakarta, difoto: Selasa, 6 Mei 2014, foto: a.sartono
Suasana pembukaan pameran senirupa Pager 
Piring di Bentara Budaya Yogyakarta

“Ada seseorang yang pernah menerima piring dari Romo Mangun. Orang itu dulu sempat bingung karena tidak mampu meneruskan kuliah selepas dari SMA. Namun oleh karena piring dari Romo Mangun itu orang tersebut kemudian bisa kuliah, lulus, dan bekerja. Orang itu kemudian menjadi Wakil Walikota Yogyakarta,” ujar Wakil Walikota Kota Yogyakarta, Imam Priyono dalam acara pembukaan pameran senirupa dengan tema “Pager Piring” di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY), Selasa malam, 6 Mei 2014.

Pameran itu merupakan acara pertama dari serangkaian kegiatan peringatan 15 tahun wafat Romo Mangun yang mengusung tema besar “Menjelajah Pemikiran YB Mangunwijaya”.

Salah satu karya Romo Mangun dari bahan bekas (untitled), difoto: Selasa, 6 Mei 2014, foto: a.sartono
Salah satu karya Romo Mangun dari bahan bekas (untitled)

Pameran seni rupa tersebut berusaha untuk merespon dan mengaktualisasikan gagasan pager piring yang merupakan buah pemikiran Romo Mangun. Pager piring adalah upaya dan buah cinta manusia kepada sesamanya. Jika manusia memang tulus mencintai sesamanya diibaratkan atau diidealisasikan orang tersebut akan memagari rumahnya tidak dengan beling (pecahan kaca) atau lembing, namun dengan menggunakan piring.

Piring pada sisi ini tentu saja bisa dimaknai sebagi denotatif maupun konotatif. Piring begitu penting dan esensial dalam kehidupan manusia. Jika manusia mampu bermurah hati secara tulus kepada sesamanya (dengan selalu menolong/memberikan sesuatu yang disimbolkan dengan piring) maka sesamanya pun dapat dipastikan tidak akan tega berbuat hal negatif kepada sang pemberi piring. Akan tetapi esensinya bukan semata-mata pada hubungan yang saling menggantungkan dalam keberimbangan. Namun esensinya adalah mengaktualisasikan kasih sejati (memberikan dirinya) kepada sesama.

Remis, oil on canvas, 140 cm x 170 cm, 2014, karya Menol Juminar dalam pameran senirupa Pager Piring di BBY, difoto: Selasa, 6 Mei 2014, foto: a.sartono
Remis, oil on canvas, 140 cm x 170 cm, 2014, karya Menol Juminar

Pagar beling atau lembing disadari ataupun tidak selalu menumbuhkan rasa keterancaman pada orang lain. Bukan rasa kedamaian dan ketenteraman. Pagar beling dan lembing selalu mengasosiasikan bahwa orang di luar pagar adalah ancaman, jahat, dan potensial menimbulkan gangguan. Orang di luar pagar adalah orang lain yang seolah sah untuk diperlakukan tidak sejajar dengan orang di dalam pagar.

Peringatan 15 tahun wafat Romo Mangun di BBY ini menampilkan 31 karya lukis dan patung. Semua karya menampilkan hasil permenungan dan tanggapan atau reaksi atas berbagai fenomena budaya, sosial yang melingkupi diri seniman dan masyarakatnya. Semua karya yang ditampilkan merupakan bentuk penghargaan atas jasa dan peran Romo Mangun sekaligus juga respons atas berbagai gagasan, kepedulian, keberpihakan, proses, perjuangan, dan capaian hasil yang pernah diberikan Romo Mangun kepada kemanusiaan.

Wakil walikota Yogyakarta, Drs. Imam Priyono DP, SE., M.Si., dalam pembukaan pameran senirupa Pager Piring di Bentara Budaya Yogyakarta, difoto: Selasa, 6 Mei 2014, foto: a.sartono
Wakil walikota Yogyakarta Imam Priyono di depan 
karya lukis Joko Pekik “Tak Seorang Berniat Pulang”

Selain itu, para seniman melalui karyanya juga menyodorkan pertanyaan, gugatan, pemikiran, kegelisahan, kegusaran di tengah struktur sistem sosial dan budaya yang tidak berkeadilan. Harapannya tentu saja, hal-hal demikian itu pada gilirannya akan memunculkan gagasan-gagasan baru, pengetahuan baru, pencerahan, dan memanusiakan manusia itu sendiri.

Naskah dan foto: A. Sartono

Peristiwa budaya

Latest News

  • 09-05-14

    Pasinaon Basa Jawa K

    Tataran tutur bahasa Jawa saat ini lebih ringkas, hanya dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: bahasa Ngoko-lugu, bahasa Ngoko-halus, bahasa Krama-limrah (... more »
  • 09-05-14

    Pager Piring, Pamera

    Pameran seni rupa tersebut berusaha untuk merespon dan mengaktualisasikan gagasan pager piring yang merupakan buah pemikiran Romo Mangun. Pager... more »
  • 09-05-14

    Bakdi Sumanto Meliha

    Bakdi Sumanto memfokuskan pada karya sastra Romo Mangun dengan “melacak” empat novel yaitu ‘Burung-Burung Manyar’, ‘Romo Rahardi’, ‘Trilogi Roro... more »
  • 08-05-14

    Ngudia Amrih Ditiru

    Pepatah ini ingin menekankan tentang pentingnya berpikir cerdas dan kreatif serta penuh inisiatif positif. Peniru atau pengambil gagasan atau ilmu... more »
  • 08-05-14

    Menyentuh Bunyi Bers

    Evelyn bertumbuh menjadi perkusionis handal. Kemampuannya yang kuat dalam merasakan getaran membuatnya menjadi musisi yang sangat sensitif dengan... more »
  • 07-05-14

    Jalan Mayor Suryotom

    Nama Loji Kecil Wetan diambilkan dari nama kampung Loji Kecil, yang di masa lalu merupakan pemukiman orang-orang Belanda. Lokasi kampung ini berada... more »
  • 07-05-14

    Geger Pecinan di Bat

    Geger Pacinan merupakan salah satu catatan sejarah kelam. Perang yang meletus di Batavia tersebut bermula dari kekhawatiran pemerintah Belanda... more »
  • 06-05-14

    Mengenang 15 Tahun K

    Romo Mangun sudah 15 tahun yang lalu meninggalkan kita, tetapi karya-karyanya masih terus bisa dinikmati dan dikunjungi. Selain menghasilkan banyak... more »
  • 06-05-14

    Pelajar SD BIAS Klat

    Tembi dipilih sebagai sasaran untuk tempat belajar kebudayaan Jawa karena Tembi relatif siap setiap saat untuk penyelenggaraan kegiatan itu.... more »
  • 06-05-14

    Perkampungan Nelayan

    Semak di kanan kiri sungai atau muara tersebut menjadi petunjuk bahwa tanah di sekitar tempat itu masih cukup baik untuk pertumbuhan tanaman.... more »