Mengenang 15 Tahun Kepergian Romo Mangun

Author:editorTembi / Date:06-05-2014 / Romo Mangun sudah 15 tahun yang lalu meninggalkan kita, tetapi karya-karyanya masih terus bisa dinikmati dan dikunjungi. Selain menghasilkan banyak buku sastra dan nonsastra, ia juga menghasilkan karya arsitektural yang memberi warna pada dunia arsitektur di Indonesia.

Romo Mangun, dikenal sebagai orang yang memiliki banyak keahlian, foto: dok
Romo Mangun

Lebih dikenal dengan panggilan Romo Mangun, dari nama lengkap yang disandangnya: Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, yang sering disingkat menjadi YB Mangunwijaya. Ia bukan hanya dikenal sebagai seorang pastur, tetapi juga dikenal sebagai arsitek, novelis, kolumnis, pegiat sosial yang membela orang-orang terpinggirkan, budayawan. Pendeknya, Romo Mangun memiliki aneka keahlian.

Romo Mangun sudah 15 tahun yang lalu meninggalkan kita, tetapi karya-karyanya masih terus bisa dinikmati dan dikunjungi. Selain menghasilkan banyak buku sastra dan nonsastra, ia juga menghasilkan karya arsitektural yang memberi warna pada dunia arsitektur di Indonesia.

Untuk mengenang Romo Mangun, satu acara yang diberi tajuk ’15 Tahun Romo Mangun’ diselenggarakan, salah satunya berupa diskusi dengan tema ‘Melacak Visi Dan Gerakan Humanisme YB Mangunwijaya’, yang akan diselenggarakan pada Rabu, 7 Mei 2014 pukul 08.30 di Griya Krisna, Hotel Santika, Jalan Jendral Sudirman 19, Yogyakarta, dengan pembicara diantaranya Prof Dr Sudiarja SJ (Filsafat), Prof Dr Bakdi Sumanto, (Sastra), Binny Buchori (LSM).

Romo Mangun memang tidak bisa dilihat hanya dari satu sisi, ia memiliki berbagai aspek yang menarik untuk dikaji. Sebagai pastur ia langsung terlibat dengan masyarakat dan tidak hanya dari kalangan Katolik, dan akrab dengan banyak kiai, seperti Gus Dur, Kiai Hamam Djafar dari Pondok Pesantren Pabelan, Magelang, dan sejumlah tokoh Islam lainnya.

Sebagai sastrawan Romo Mangun telah menghasilkan banyak karya sastra, yang menjadi perbincangan kalangan sastrawan. Beberapa karya novelnya, misalnya ‘Burung-burung Manyar’, ‘Ikan-ikan Hiu, Ido dan Homa’, dan ‘Lusi Indri’. Selain itu, karya arsitektural Romo mangun, sampai hari ini masih memberi inspirasi bagi banyak orang.

Sendangsono, salah satu karya arsitektural Romo Mangun, memberi nuansa bagi para peziarah Katolik setiap kali mengunjungi tempat itu.

Rumah tinggalnya, yang sekaligus menjadi kantor Yayasan Dinamika Edukasi Dasar, yang sering disingkat DED, di Gang Kuwera, Jalan Affandi, Yogyakarya, memberi imajinasi bagi setiap orang yang datang bertamu. Bangunannya dari lantai bawah dan lantai atas menyatu, bahkan kamar mandi dibuat dengan dua pintu sehingga untuk masuk tidak perlu memutar ruangan, melainkan tinggal membuka pintu di sebaliknya, dan ketika sedang menggunakan kamar mandi, pintu satunya bisa dikunci dari dalam.

Buku-buku karya Romo Mangun, foto: dok
Buku-buku karya Romo Mangun

Karena bersahabat dengan Kiai Hamam Djafar, dengan sendirinya Romo Mangun akrab juga dengan para santrinya. Para santri tersebut memanggilnya Kiai Romo Mangun. Dan Romo Mangun senang dipanggil seperti itu.

Kepada Gus Dur, Romo Mangun juga sangat akrab, bahkan seringkali keduanya saling bergurau. Pada satu seminar lebih dari 20 tahun yang lalu, di Bentara Budaya Yogyakarta, Romo Mangun dan Gus Dur, duduk sebagai narasumber. Pada sesi Gus Dur berbicara, karena waktunya sudah siang, Gus Dur mengawalinya dengan joke:

“Sebelum saya memulai berbicara, saya akan bercerita seorang pastur yang mengambil cuti dan memilih berburu untuk mengisi liburan. Dengan membawa senapan, pastur tersebut masuk hutan, dan ketika melihat harimau, dengan segera pastur menembaki harimau berkali-kali, sampai pelurunya habis dan tak satupun yang mengenai tubuhnya,” kata Gus Dur kalem.

Karena pelurunya habis, demikian Gus Dur melanjutkan, pastur berlari menghindari kejaran harimau, tetapi harimau tersebut terus mengejarnya, sampai akhirnya pastur tersebut berada di tepi jurang. Pilihannya hanya, mati masuk jurang atau dimakan harimau.

“Sebelum mati dimakan harimau, pastur berdoa memberi sakramen terakhir untuk dirinya sendiri, dan selesai berdoa pastur tersebut kaget melihat harimau duduk di dekatnya dan tidak memakannnya,” ujar Gus Dur masih kalem.

Kantor DED sekaligus rumah tinggal Romo Mangun di gg. Kuwera, Jl. Affandi, Yogyakarta, foto: dok
Arsitektur karya Romo Mangun

“Lho, kamu kok tidak memakan saya, malah ikut berdoa?” 
tanya pastur seperti disampaikan Gus Dur.

“Iya Romo, doa sebelum makan,” 
kata Gus Dur menirukan jawaban harimau.

Tentu saja seluruh hadirin tertawa lepas dan Romo Mangun juga ikut tertawa terpingkal-pingkal.

Mengenang 15 tahun Romo Mangun, kita bisa mengingat yang lucu dan yang serius dari Romo Mangun.

Ons Untoro

Peristiwa budaya

Latest News

  • 09-05-14

    Pasinaon Basa Jawa K

    Tataran tutur bahasa Jawa saat ini lebih ringkas, hanya dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: bahasa Ngoko-lugu, bahasa Ngoko-halus, bahasa Krama-limrah (... more »
  • 09-05-14

    Pager Piring, Pamera

    Pameran seni rupa tersebut berusaha untuk merespon dan mengaktualisasikan gagasan pager piring yang merupakan buah pemikiran Romo Mangun. Pager... more »
  • 09-05-14

    Bakdi Sumanto Meliha

    Bakdi Sumanto memfokuskan pada karya sastra Romo Mangun dengan “melacak” empat novel yaitu ‘Burung-Burung Manyar’, ‘Romo Rahardi’, ‘Trilogi Roro... more »
  • 08-05-14

    Ngudia Amrih Ditiru

    Pepatah ini ingin menekankan tentang pentingnya berpikir cerdas dan kreatif serta penuh inisiatif positif. Peniru atau pengambil gagasan atau ilmu... more »
  • 08-05-14

    Menyentuh Bunyi Bers

    Evelyn bertumbuh menjadi perkusionis handal. Kemampuannya yang kuat dalam merasakan getaran membuatnya menjadi musisi yang sangat sensitif dengan... more »
  • 07-05-14

    Jalan Mayor Suryotom

    Nama Loji Kecil Wetan diambilkan dari nama kampung Loji Kecil, yang di masa lalu merupakan pemukiman orang-orang Belanda. Lokasi kampung ini berada... more »
  • 07-05-14

    Geger Pecinan di Bat

    Geger Pacinan merupakan salah satu catatan sejarah kelam. Perang yang meletus di Batavia tersebut bermula dari kekhawatiran pemerintah Belanda... more »
  • 06-05-14

    Mengenang 15 Tahun K

    Romo Mangun sudah 15 tahun yang lalu meninggalkan kita, tetapi karya-karyanya masih terus bisa dinikmati dan dikunjungi. Selain menghasilkan banyak... more »
  • 06-05-14

    Pelajar SD BIAS Klat

    Tembi dipilih sebagai sasaran untuk tempat belajar kebudayaan Jawa karena Tembi relatif siap setiap saat untuk penyelenggaraan kegiatan itu.... more »
  • 06-05-14

    Perkampungan Nelayan

    Semak di kanan kiri sungai atau muara tersebut menjadi petunjuk bahwa tanah di sekitar tempat itu masih cukup baik untuk pertumbuhan tanaman.... more »