Bakdi Sumanto Melihat Romo Mangun Nyerempet Risiko

Author:editorTembi / Date:09-05-2014 / Bakdi Sumanto memfokuskan pada karya sastra Romo Mangun dengan “melacak” empat novel yaitu ‘Burung-Burung Manyar’, ‘Romo Rahardi’, ‘Trilogi Roro Mendut’ dan ‘Burung-burung Rantau’.

Bakdi Sumanto, pengajar jurusan Sastra Inggris di Fakultas Ilmu Budaya UGM, foto: Ons Untoro
Bakdi Sumanto

Satu diskusi untuk mengenang 15 tahun YB Mangunwijaya, atau lebih dikenal dengan panggilan Romo Mangun, dengan tema ‘Melacak Visi Dan Gerakan Humanisme YB Mangunwijaya’, diselenggarakan Forum Mangunwijaya, Rabu, 7 Mei 2014 di Hotel Santika, Yogyakarta. Salah satu pembicara adalah Prof Dr Bakdi Sumanto, pengajar jurusan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya, UGM.

Bakdi, demikian panggilannya, memfokuskan pada karya sastra Romo Mangun dengan “melacak” empat novel yaitu ‘Burung-Burung Manyar’, ‘Romo Rahardi’, ‘Trilogi Roro Mendut’ dan ‘Burung-burung Rantau’. Empat novel yang terbit dekade 1980-an itu sebagian dari karya Romo Mangun yang mencapai lebih dari 20.

Bakdi melihat, Romo Mangun menulis sastra masa kini yang jagatnya “tinarbuka” (terbuka), dan kadang penuh risiko. Novel ‘Burung-burung Manyar’ (1981) dan novel ‘Romo Rahardi’ (1981), demikian Bakdi mengatakan, menampilkan gambaran kehidupan yang meminjam kata-kata Bung Karno, deskripsi tentang vivere pericoloso, ialah hidup yang nyerempet-nyerempet bahaya alias banyak risiko.

“Yang dimaksud dengan penuh risiko adalah keberanian Romo dalam mengekspresikan yang dipikirkannya,” ujar Bakdi Sumanto.

Bakdi Sumanto mengungkapkan, kritikus sastra Jakob Sumarjo memberi komentar, bahwa ‘Burung-burung Manyar’ adalah novel obyektif dalam melihat revolusi Indonesia. Bahkan, cenderung dari kacamata Belanda. Tokoh protagonisnya pun, walau orang Indonesia, bersikap kritis terhadap Republik dan bahkan anti Republik.

Pada novel “Romo Rahardi’ Bakdi melihat pandangan bebas dari seorang pastur, dalam hal ini Romo Mangun. Novel ini menghadirkan Romo Rahardi sebagai protagonis. Romo Rahardi mengalami keterombang-ambingan antara hidup selibat dan hidup berkeluarga.

Novel Burung-burung Manyar karya Romo Mangun yang diterbitkan ulang Penerbit Kompas, satu dari puluhan novel karya Romo Mangun, foto: Ons Untoro
Burung-burung Manyar

“Membaca novel Romo Rahardi mirip dengan cerita atas dasar kenyataan kisah para romo yang terombang-ambing, bahkan bisa memilih keluar dan hidup berkeluarga,” kata Bakdi Sumanto.

Membaca novel Romo Mangun yang lain, Bakdi menemukan keberanian di satu pihak dan keraguan pada pihak lain, sedikit atau banyak terus-menerus muncul sebagai isu pokok atau sub-isu dari novel-novel Romo yang lain.

“Pada Trilogi Roro Mendut keberanian dan keraguan itu terasa pula sangat jelas. Roro Mendut memang tegar menolak Tumenggung Wiroguna, akan tetapi bukan dalam arti tanpa kegemeteran. Hal yang sama juga tampak pada novel berjudul Genduk Duku,” kata Bakdi Sumanto.

Bakdi melihat, ketiga novel ‘Burung-burung Manyar’, ‘Romo Rahardi’ dan ‘Mendut’ adalah novel saling terkait. Namun ia belum melihat secara detil bagaimana keterkaitan novel-novel itu. Tetapi yang nampak jelas, demikian kata Bakdi, ada ideologi yang sama, yakni kemerdekaan. Di dalam kemerdekaan itu, tokoh-tokoh menemukan makna kemanusiaan yang sekaligus ada kebesaran, kebanggaan dan kecemasan bahkan keterombang-ambingan.

Pada novel “Burung-burung Rantau’, Bakdi menemukan seorang tokoh yang gandrung akan kemerdekaan. Dalam novel ini, Marineti , si penggandrung kebebasan itu, digambarkan sebagai tokoh yang mewakili bangsa manusia yang membebaskan diri dari komunitas yang percaya pada tahyul dan terkurung.Dari penjelajahan empat novel karya Romo Mangun, Bakdi Sumanto menyebutkan, bahwa sastra berbeda dengan teater, hadir secara personal ke dalam batin pembaca yang di saat tenang, sunyi, tranquil, sehingga terjadi dialog antara pembaca dan novel pada satu pihak, pada pihak lain seperti Bima Suci, bacaan untuk mengantar pembaca berdialog dengan batin sendiri.

“Cara Romo menghadirkan pikiran dengan pasemon, dengan simbol-simbol dengan cara yang allegorical, seperti dikerjakan Jesus dengan cerita perumpamaan,” kata Bakdi Sumanto.

Naskah dan foto: Ons Untoro

Peristiwa budaya

Latest News

  • 09-05-14

    Pasinaon Basa Jawa K

    Tataran tutur bahasa Jawa saat ini lebih ringkas, hanya dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: bahasa Ngoko-lugu, bahasa Ngoko-halus, bahasa Krama-limrah (... more »
  • 09-05-14

    Pager Piring, Pamera

    Pameran seni rupa tersebut berusaha untuk merespon dan mengaktualisasikan gagasan pager piring yang merupakan buah pemikiran Romo Mangun. Pager... more »
  • 09-05-14

    Bakdi Sumanto Meliha

    Bakdi Sumanto memfokuskan pada karya sastra Romo Mangun dengan “melacak” empat novel yaitu ‘Burung-Burung Manyar’, ‘Romo Rahardi’, ‘Trilogi Roro... more »
  • 08-05-14

    Ngudia Amrih Ditiru

    Pepatah ini ingin menekankan tentang pentingnya berpikir cerdas dan kreatif serta penuh inisiatif positif. Peniru atau pengambil gagasan atau ilmu... more »
  • 08-05-14

    Menyentuh Bunyi Bers

    Evelyn bertumbuh menjadi perkusionis handal. Kemampuannya yang kuat dalam merasakan getaran membuatnya menjadi musisi yang sangat sensitif dengan... more »
  • 07-05-14

    Jalan Mayor Suryotom

    Nama Loji Kecil Wetan diambilkan dari nama kampung Loji Kecil, yang di masa lalu merupakan pemukiman orang-orang Belanda. Lokasi kampung ini berada... more »
  • 07-05-14

    Geger Pecinan di Bat

    Geger Pacinan merupakan salah satu catatan sejarah kelam. Perang yang meletus di Batavia tersebut bermula dari kekhawatiran pemerintah Belanda... more »
  • 06-05-14

    Mengenang 15 Tahun K

    Romo Mangun sudah 15 tahun yang lalu meninggalkan kita, tetapi karya-karyanya masih terus bisa dinikmati dan dikunjungi. Selain menghasilkan banyak... more »
  • 06-05-14

    Pelajar SD BIAS Klat

    Tembi dipilih sebagai sasaran untuk tempat belajar kebudayaan Jawa karena Tembi relatif siap setiap saat untuk penyelenggaraan kegiatan itu.... more »
  • 06-05-14

    Perkampungan Nelayan

    Semak di kanan kiri sungai atau muara tersebut menjadi petunjuk bahwa tanah di sekitar tempat itu masih cukup baik untuk pertumbuhan tanaman.... more »