Pameran Bukan Foto Biasa

10 Sep 2015

Pameran bertajuk ‘Sehat Walafiat’ ini memang terkesan bukan pameran foto biasa. Butuh pemahaman lebih dan pemicu rasa lebih untuk menikmati foto-foto yang dipajang. Untungnya ada pengantar Chatib yang juga menjadi kurator pameran serta penjelasan karya oleh masing-masing fotografer.

Apakah fotografi termasuk seni rupa? Pertanyaan ini mungkin masih jadi perdebatan. Tapi sejak munculnya seni rupa kontemporer pada dekade 1990-an, konsep fotografi pun berkembang.

Bandung mempunyai tradisi fotografi yang bersinggungan dengan seni rupa kontemporer. Foto dokumenter akhirnya tidak hanya menjadi cabang fotografi melainkan juga menjadi pokok soal penting dalam sebuah karya seni rupa. Selain itu, berkembang pemahaman pentingnya gagasan dalam sebuah karya fotografi seni yang bertaut dengan banyak referensi dan pengalaman. Maka di Bandung, fotografi diterima dan dipahami sebagai medium seni rupa.

Demikian Chabib Duta Hapsoro menjelaskan fenomena fotografi sebagai seni rupa pada pengantar pameran tujuh fotografer Bandung di Ruang Mes 56 yang berlangsung pada 16 Agustus – 5 September 2015. Pameran bertajuk ‘Sehat Walafiat’ ini memang terkesan bukan pameran foto biasa. Butuh pemahaman lebih dan pemicu rasa lebih untuk menikmati foto-foto yang dipajang. Untungnya ada pengantar Chatib yang juga menjadi kurator pameran serta penjelasan karya oleh masing-masing fotografer.

Menurut Chatib, sekarang dengan makin terjangkaunya askes orang pada kamera, praktik dokumentasi menjadi berbeda daripada sebelumnya. Fotografi menjadi semakin demokratis dan setiap orang dapat menggunakan kamera secara lebih manasuka. Selain itu, fotografi terlalu banyak dikendalikan oleh kekuasaan dengan beragam kepentingan, terutama melalui industri media. Lantas muncul fotografi seni kontemporer yang menampilkan persoalan dan representasi sosial secara alternatif.

Sandi Jaya Saputra, yang memiliki latar belakang fotografer dokumenter, mengangkat fenomena pembangunan. Foto-fotonya yang bertema ‘Edifice Complexia’ atau hasrat membangun diawali dari pertanyaannya, “kenapa kita membangun?” Bagi Sandi, foto-fotonya memberikan gambaran ruang atau semacam kompleks individu/kelompok untuk memenuhi kebutuhan ego dengan terus membangun.

Chatib melihat pembangunan sebagai salah satu proyek modernitas yang mengedepankan ilmu pengetahuan dan logika ternyata tidak mendapat tempat pada ruang-ruang, sosok-sosok, obyek-obyek yang Sandi temui sehari-hari di Bandung. Foto-foto Sandi yang dikerjakan secara nyaris spontan secara relevan mampu menangkap hal-hal di luar rasio dan logika modernitas.

Tandia Bambang Permadi juga menggunakan pendekatan dokumenter. Menurut Chatib, Tandia secara unik menggunakan kamera sebagai metafora penatap perilaku manusia, terutama perempuan. Konsep tatapan (gaze) memaksa manusia untuk melakukan pengaturan diri dan pengkondisian perilaku yang kemudian menandai rumitnya konsep identitas. Tandia yang mengaku tak berhenti mengagumi perempuan, melihat perempuan cenderung memberi perhatian yang lebih banyak terhadap bagaimana mereka mempresentasikan diri mereka sendiri. Sampai kepada hal-hal kecil, seperti cara menyibak rambut, memegang gelas, mengikat sepatu, menyentuh sesuatu dan sebagainya. Senada dengan Chatib, Tandia mengatakan bahwa manusia cenderung memodifikasi tindakan dan perilakunya karena ada perasaan “diawasi” ketika berada di ruang publik.

Karya Adytama Pranada (Charda), menurut Chatib, merupakan upaya sang seniman dalam menautkan dirinya dengan masa lalu. Charda menyadari bahwa foto mampu menjadi mediator untuk mengalami peristiwa-peristiwa di masa lalu, dan menyusunnya secara kronologis hingga masa kini. Bagi Charda, memori tidak hanya berfungsi sebagai pengingat masa lalu, tetapi juga sebagai upaya memeroleh kembali dan merekonstruksi penggambaran yang mewakili kenyataan saat ini.

Sedangkan karya Antonio S. Sinaga, bagi Chatib, memerlihatkan upaya interdisipliner seniman saat menciptakan karya fotografi. Antonio yang memiliki latar pendidikan seni keramik performatif membuat topeng-topeng keramik yang dipakai para obyek fotonya. Ia mengambil tempat fotonya di rumah ibadah, rumah tinggal dan sebuah tempat santai publik yang mewakili ruang budaya dan sosial. Bagi Antonio, ia ingin memvisualkan fenomena fragmentasi yang terjadi di dalam agama yang dianutnya.

Karya-karya Arum Tresnaningtyas Dayuputri, menurut Chatib, menggunakan pendekatan dokumenter dan staging sekaligus. Arum ingin membagi pengalamannya saat melihat fenomena fashion di kota Bandung yang hadir di segala lapisan masyarakat. Misalnya, pasangan suami istri tukang parkir dan penjulan bunga yang memakai atribut rocker. Istilah ‘outfit of the day’ (OOTD) yang biasa hadir di instagram bisa mewakili fenomena tersebut, bagaimana orang-orang memakai baju dan asesoris di hari-hari tertentu.

Bagi Chatib, karya-karya yang dipajang pada pameran ‘Sehat Walafiat’ ini sedikit banyak mewakili praktik fotografi seni di Bandung saat ini.

Naskah dan foto: Barata

Pameran foto, Sehat Walafiat, fotografi Bandung, Ruang Mes 56 Pameran foto, Sehat Walafiat, fotografi Bandung, Ruang Mes 56 Pameran foto, Sehat Walafiat, fotografi Bandung, Ruang Mes 56 Berita BUDAYA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 12-09-15

    Naga Dina Minggu Kli

    Jika tidak mau celaka, jangan menuju ke arah sang naga berada, karena ia akan mencelakai kamu. Minggu Kliwon, 13 September 2015, kalender Jawa... more »
  • 12-09-15

    Gudeg pertama di Wij

    Soal rasa, gudeg Bu Slamet sangat layak dipuji. Kental dan ‘medok’. Mulai dari gudeg, areh, krecek sampai telur pindang dan ayamnya, semuanya memikat... more »
  • 12-09-15

    Pameran Perjuangan U

    Pameran Dokumentasi Keistimewaan DIY ini digelar pada tanggal 31 Agustus – 2 September 2015 bertempat di pendopo Dinas Kebudayaan DIY. Pada pameran... more »
  • 12-09-15

    Denmas Bekel 12 Sept

    Denmas Bekel 12 September 2015 more »
  • 11-09-15

    Kisah Perjuangan Ten

    Dengan membaca buku ini, kita akan mengetahui nama-nama Tentara Pelajar tersebut, aksi-aksi yang dilakukan, serta suka duka yang dialami. Bahkan... more »
  • 11-09-15

    Film Basiyo, Dokumen

    Tokoh legendaris di dunia Dagelan Mataram ini telah berkontribusi sangat besar pada kehidupan dengan dunia kejenakaannya. Ia banyak mengisi kebuntuan... more »
  • 11-09-15

    Kirab Festival Kesen

    Meski jumlah peserta kirab banyak tapi secara keseluruhan ada kesan monoton. Penyebabnya karena sebagian besar peseta menampilkan kesenian serupa.... more »
  • 11-09-15

    Pelajar Bantul Lawat

    Kegiatan “Lawatan Sejarah 2015” melibatkan 50 sekolah SMP dan SMA se-Bantul. Setiap sekolah diwakili oleh 3 pelajar dan 1 guru pendamping. Pada hari... more »
  • 10-09-15

    Denny Wirawan Mengan

    Denny Wirawan dipilih karena konsistensinya dalam mengembangkan kekayaan budaya dengan wujud kekinian tanpa menghilangkan karakter sang perancang itu... more »
  • 10-09-15

    Pameran Bukan Foto B

    Pameran bertajuk ‘Sehat Walafiat’ ini memang terkesan bukan pameran foto biasa. Butuh pemahaman lebih dan pemicu rasa lebih untuk menikmati foto-foto... more »