Sapuan Kuas yang Tak Boleh Salah oleh Sigit Santoso

04 Sep 2015

Dengan sapuan kuas yang tidak boleh diulang, menjadi ciri khas Sigit pada pamerannya kali ini di Bentara Budaya Jakarta, Jln Palmerah Selatan No.7, Jakarta Barat. Pameran tersebut bertajuk “Jejak Sapuan Seorang Guru”, berlangsung dari tanggal 28 Agustus hingga 5 September 2015.

Tinta yang dipercikan oleh Veronica Tan, istri Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, disulap menjadi sebuah lukisan yang apik dan kaya akan makna secara spontan oleh pelukis asal Solo, Sigit Santosa. Dengan sapuan kuas yang tidak boleh diulang, seperti kaligrafi China, menjadi ciri khas Sigit pada pamerannya kali ini di Bentara Budaya Jakarta, Jln Palmerah Selatan No.7, Jakarta Barat. Pameran tersebut bertajuk “Jejak Sapuan Seorang Guru”, berlangsung dari tanggal 28 Agustus hingga 5 September 2015.

Kepiawaiannya dalam menggores yang ia pertunjukkan di malam pembukaan pameran pada Jumat 28 Agustus 2015, ketika mengubah percikan tinta oleh Veronica Tan, menunjukkan kedewasaannya dalam memperlakukan kuas. Dalam tiga sapuan kuas saja, rambut seorang gadis tersusun, tanpa ada keraguan. Goresan dari tarikan ujung kuas pun membentuk alis, mata, garis hidung yang runcing, dan bibir. Terciptalah kesan atas sebuah wajah.

Sepertinya, Sigit Santosa tidak berniat membuat lukisan terlihat seutuhnya. “Saya berusaha membuatnya sesimpel mungkin,” tutur Sigit Santosa. Dalam kata pengantar Efix Mulyadi, wartawan & kurator Bentara Budaya, menerangkan bahwa Sigit melakukan penyederhanaan, menanggalkan banyak bagian dan mempertahankan yang ia anggap esensial.

Meski tidak memperlikatan volume dari wajah, warna kulit menyerupai kulit manusia; hanya memperlihatkan bagian-bagian seperti rambut, mata, hidung, alis, mata dan lekuk dagu saja, lukisan karya Sigit ini tetap bisa memperlihatkan ekspresi dari objek yang ia lukis. Sehingga para penikmat lukisan, bisa turut merasakan. “Seni tidaklah eksklusif dan menutup diri. Seni perlu ditularkan supaya semakin banyak orang yang bisa menikmati dan mengambil manfaat,” kata Sigit Santoso.

Sebagian besar karya dalam pameran ini menyajikan karya dengan menggunakan tinta china dan cat air, ia memainkan kuas dengan satu kali gerakan atau sapuan tanpa mengulang. Membuat karya semacam ini memerlukan konsentrasi tinggi. “Hanya ada sekali sapuan atau sama sekali tidak,” katanya.

Garis-garis tegas dan dinamis di setiap lukisan Sigit Santosa, menggambarkan pengalaman kehidupan yang disiplin, kerja keras, dan tidak pernah menyerah. Dalam pameran tunggalnya ini, Ia ingin menampilkan gaya lukisan fashion yang menampilkan garis-garis sederhana. Semua yang digambar merupakan model-model yang membantunya selama ini, baik kenalan maupun muridnya. Selain itu juga banyak lukisan lain yang dikerjakan sebelumnya. Lebih dari 100 karya sketsa dan gambar yang terpajang pada pameran ini, dengan berbagai macam ukuran, teknik dan medium.

Naskah & Foto: Marcellina Rosiana

Pameran karya Sigit Santoso di Bentara Budaya Jakarta, 28 Agustus hingga 5 September 2015, foto: Marcellina Rosiana Pameran karya Sigit Santoso di Bentara Budaya Jakarta, 28 Agustus hingga 5 September 2015, foto: Marcellina Rosiana Pameran karya Sigit Santoso di Bentara Budaya Jakarta, 28 Agustus hingga 5 September 2015, foto: Marcellina Rosiana Pameran karya Sigit Santoso di Bentara Budaya Jakarta, 28 Agustus hingga 5 September 2015, foto: Marcellina Rosiana Pameran karya Sigit Santoso di Bentara Budaya Jakarta, 28 Agustus hingga 5 September 2015, foto: Marcellina Rosiana Pameran karya Sigit Santoso di Bentara Budaya Jakarta, 28 Agustus hingga 5 September 2015, foto: Marcellina Rosiana Pameran karya Sigit Santoso di Bentara Budaya Jakarta, 28 Agustus hingga 5 September 2015, foto: Marcellina Rosiana Berita BUDAYA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 08-09-15

    Pameran Foto Nusa Ba

    Berkabar melalui foto, itulah barangkali yang dilakukan para jurnalis foto kelompok Pewarta Foto Indonesia (PFI), dalam pameran foto bertajuk Nusa... more »
  • 08-09-15

    Upaya Menjaga Ingata

    Kini sudah 19 tahun kematian Fuad Muhammad Syafrudin atau Udin, wartawan harian Bernas Yogyakarta, yang tewas dibunuh pada tahun 1996, namun proses... more »
  • 07-09-15

    Rekaman Kala Pelaut

    Dari pameran bertema “Black Armada Australia dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia 1945—1949”, bertempat di Benteng Vredeburg Yogyakarta, itu dapat... more »
  • 07-09-15

    Mengusahakan Tentera

    Dalam arti luas merti dusun dimaknai sebagai upacara syukur atas berkah keselamatan, kesejahteraan, dan ketenteraman yang telah dan akan selalu... more »
  • 05-09-15

    Aming Aminoedhin Pen

    Di Surabaya, Aming dikenal sebagai penyair, yang menulis puisi dalam dua bahasa, Indonesia dan Jawa. Jadi, selain dikenal sebagai penyair, Aming juga... more »
  • 05-09-15

    Hari Baik dan Hari B

    Orang yang lahir pada Rabu Legi, usia 0 s/d 12 tahun, adalah ‘PA’ Pandhita, baik. Usia 12 s/d 24 tahun, adalah ‘HA’ Hajar, tidak baik. Usia 24 s/d 36... more »
  • 05-09-15

    Buku Ramayana Terbit

    Buku berbahasa Jawa terbitan Bale Poestaka tahun 1937 ini, yang menjadi koleksi Perpustakaan Tembi, berisi tentang kisah Ramayana, yang cukup lengkap... more »
  • 05-09-15

    Asmat, Kekayaan yang

    Sekitar 90 foto yang dipamerkan Satunama di Java Poetry, Sagan, Yogyakarta dengan tajuk ‘Mengeja Asmat’ ini banyak memancarkan keoptimisan. Wajah-... more »
  • 04-09-15

    Kolaborasi Miss Tjit

    Lakon Pangeran Jayakarta dibawakan dengan gaya komedi khas Sunda oleh Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih dan presenter sekaligus komedian, Fitri Tropica... more »
  • 04-09-15

    “The Warrior Daughte

    Buku Biografi “The Warrior Daughter” menceritakan perjalanan hidup seorang Desak Nyoman Suarti, seniman sekaligus eksportir perhiasan perak yang... more »