Kirab Festival Kesenian Yogyakarta Seharusnya Bisa Lebih Beraneka Sagam
11 Sep 2015Meski jumlah peserta kirab banyak tapi secara keseluruhan ada kesan monoton. Penyebabnya karena sebagian besar peseta menampilkan kesenian serupa. Yang paling banyak adalah reog dan jathilan. Kesenian ini memang tergolong paling banyak di Bantul.
Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) tahun ini terasa sangat semarak dan meriah. Dipusatkan di Taman Kuliner Condong Catur, Kabupaten Sleman, perhelatannya juga diadakan di Kabupaten Bantul dan Kota Yogya.
Di Bantul acaranya diadakan di beberapa kecamatan secara bergantian. Yang paling meriah adalah kirab budaya yang diikuti semua kecamatan. Bantul mempunyai 17 kecamatan, dan setiap kecamatan diwakili dua kontingen. Jadi ada 34 kontingen. Kirab dimulai dari kompleks perkantoran pemerintah daerah Bantul di Bakulan menyusuri wilayah Manding, dan berakhir di lapangan Trirenggo, dengan durasi tiga jam lebih, pada 20 Agustus lalu.
Bagaimana pun yang namanya kirab selalu menarik. Di bawah sinar matahari siang, masyarakat dengan sabar dan tertib menonton di tepi jalan yang dilalui kirab. Beraneka kostum dan gaya peserta kirab menjadi hiburan gratis bagi penonton di tengah rutinitas kehidupan.
Di antaranya yang menarik perhatian adalah sosok Pangeran Diponegoro berukuran raksasa sedang menunggang kuda dan menghunus keris. Patung ini bagian dari barisan Bregada Arya Silarong dari Kecamatan Pajangan. Sosok Ratu Kidul juga memikat mata, yang diusung Bregada Kridha Praja Tamtama dari Kecamatan Kretek, disertai narasi mengenai Ratu Kidul dan Panembahan Senopati yang dibacakan sepanjang kirab. Selain kesenian, ditampilkan pula batik Bantul, diusung penari putri dan prajurit pria yang semuanya berbaju lurik.
Meski jumlah pesertanya banyak tapi secara keseluruhan ada kesan monoton. Penyebabnya karena sebagian besar peseta menampilkan kesenian serupa. Yang paling banyak adalah reog dan jathilan. Kesenian ini memang tergolong paling banyak di Bantul. Kesenian yang juga banyak ditampilkan, meski jumlahnya jauh lebih sedikit, adalah bregada (kesatuan pasukan kerajaan). Sedangkan tarian dan wayang orang sering tercakup di kesenian reog.
Iringan musik yang dominan di dalam kirab adalah musik gamelan. Meski karawitan tergolong kesenian paling banyak di Bantul namun pada kirab ini yang banyak diperdengarkan musik gamelan dengan peralatan terbatas. Misalnnya, kendang, bonang, saron dan kempul untuk mengiringi jathilan. Iringan musik salawatan, lengkap dengan rebananya, juga banyak ditampilkan.
Sebenarnya kesenian musik di Bantul sangat banyak, dan layak ditampilkan. Misalnya, musik thek-thek yang menggunakan kenthongan, yang terdapat di Kecamatan Sedayu dan Bantul. Cokekan di Kecamatan Banguntapan, yang menggunakan instrumen gender barung, siter, serta kendang dan gong. Ada pula pekbung di Kecamatan Pandak, yang memakai instrumen antara lain klenting dan bambu bumbung.
Demikian pula kesenian bernafaskan Islam seperti montro, terbangan, samroh, rodad, dan sebagainya. Atau drama tari, seperti srandul, dadung awuk, atau andhe-andhe lumut yang ada di beberapa kecamatan di Bantul.
Kesenian-kesenian yang jarang diketahui atau ditonton, mungkin tidak pernah, sangat penting untuk ditampilkan. Meski penampilannya hanya berupa penggalan diiringi instrumen musik yang tidak lengkap. Setidaknya melalui kirab, masyarakat dapat mengenali kekayaan kesenian di Bantul. Justru di perhelatan seperti ini jenis kesenian yang jarang ditanggap atau tampil bisa diperkenalkan.
Selain jenis kesenian, koreografi tari perlu lebih diperhatikan agar daya tariknya tidak sebatas pada kostum saja. Sanggar seni mempunyai ruang yang lebih leluasa untuk menciptakan tari dibandingkan kelompok seni tradisi yang sudah terikat dengan pakem tarinya. Pada kirab kali ini, misalnya, tarian yang ditampilkan Sanggar Seni Ashardentri dari Pandak mengembangkan pengadeganan yang menarik, yang menggambarkan sejumlah burung garuda yang berhasil lolos dari kepungan para penari.
Setidaknya, diharapkan kirab tidak terjebak pada pengulangan kirab-kirab sebelumnya. Karena kirab bisa menjadi ajang pengenalan kekayaan seni sekaligus menjadikannya memikat ditonton.
Naskah dan foto: Barata
Berita BUDAYABaca Juga
- 12-09-15
Pameran Perjuangan UU Keistimewaan Yogyakarta
Pameran Dokumentasi Keistimewaan DIY ini digelar pada tanggal 31 Agustus – 2 September 2015 bertempat di pendopo Dinas Kebudayaan DIY. Pada pameran... more » - 10-09-15
Denny Wirawan Mengangkat Transformasi Batik Kudus
Denny Wirawan dipilih karena konsistensinya dalam mengembangkan kekayaan budaya dengan wujud kekinian tanpa menghilangkan karakter sang perancang itu... more » - 10-09-15
Pameran Bukan Foto Biasa
Pameran bertajuk ‘Sehat Walafiat’ ini memang terkesan bukan pameran foto biasa. Butuh pemahaman lebih dan pemicu rasa lebih untuk menikmati foto-foto... more » - 08-09-15
Pameran Foto Nusa Bahari, Syukur Atas Kekayaan Laut
Berkabar melalui foto, itulah barangkali yang dilakukan para jurnalis foto kelompok Pewarta Foto Indonesia (PFI), dalam pameran foto bertajuk Nusa... more » - 08-09-15
Upaya Menjaga Ingatan tentang Udin
Kini sudah 19 tahun kematian Fuad Muhammad Syafrudin atau Udin, wartawan harian Bernas Yogyakarta, yang tewas dibunuh pada tahun 1996, namun proses... more » - 07-09-15
Rekaman Kala Pelaut Australia Membantu Kemerdekaan RI
Dari pameran bertema “Black Armada Australia dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia 1945—1949”, bertempat di Benteng Vredeburg Yogyakarta, itu dapat... more » - 07-09-15
Mengusahakan Tenteram Damai Sejahtera
Dalam arti luas merti dusun dimaknai sebagai upacara syukur atas berkah keselamatan, kesejahteraan, dan ketenteraman yang telah dan akan selalu... more » - 05-09-15
Asmat, Kekayaan yang Masih Terpinggirkan
Sekitar 90 foto yang dipamerkan Satunama di Java Poetry, Sagan, Yogyakarta dengan tajuk ‘Mengeja Asmat’ ini banyak memancarkan keoptimisan. Wajah-... more » - 04-09-15
“The Warrior Daughter” Karya Happy Salma Tentang Seorang Desak Nyoman Suarti
Buku Biografi “The Warrior Daughter” menceritakan perjalanan hidup seorang Desak Nyoman Suarti, seniman sekaligus eksportir perhiasan perak yang... more » - 04-09-15
Sapuan Kuas yang Tak Boleh Salah oleh Sigit Santoso
Dengan sapuan kuas yang tidak boleh diulang, menjadi ciri khas Sigit pada pamerannya kali ini di Bentara Budaya Jakarta, Jln Palmerah Selatan No.7,... more »
Artikel Terbaru
- 12-09-15
Naga Dina Minggu Kli
Jika tidak mau celaka, jangan menuju ke arah sang naga berada, karena ia akan mencelakai kamu. Minggu Kliwon, 13 September 2015, kalender Jawa... more » - 12-09-15
Gudeg pertama di Wij
Soal rasa, gudeg Bu Slamet sangat layak dipuji. Kental dan ‘medok’. Mulai dari gudeg, areh, krecek sampai telur pindang dan ayamnya, semuanya memikat... more » - 12-09-15
Pameran Perjuangan U
Pameran Dokumentasi Keistimewaan DIY ini digelar pada tanggal 31 Agustus – 2 September 2015 bertempat di pendopo Dinas Kebudayaan DIY. Pada pameran... more » - 12-09-15
Denmas Bekel 12 Sept
Denmas Bekel 12 September 2015 more » - 11-09-15
Kisah Perjuangan Ten
Dengan membaca buku ini, kita akan mengetahui nama-nama Tentara Pelajar tersebut, aksi-aksi yang dilakukan, serta suka duka yang dialami. Bahkan... more » - 11-09-15
Film Basiyo, Dokumen
Tokoh legendaris di dunia Dagelan Mataram ini telah berkontribusi sangat besar pada kehidupan dengan dunia kejenakaannya. Ia banyak mengisi kebuntuan... more » - 11-09-15
Kirab Festival Kesen
Meski jumlah peserta kirab banyak tapi secara keseluruhan ada kesan monoton. Penyebabnya karena sebagian besar peseta menampilkan kesenian serupa.... more » - 11-09-15
Pelajar Bantul Lawat
Kegiatan “Lawatan Sejarah 2015” melibatkan 50 sekolah SMP dan SMA se-Bantul. Setiap sekolah diwakili oleh 3 pelajar dan 1 guru pendamping. Pada hari... more » - 10-09-15
Denny Wirawan Mengan
Denny Wirawan dipilih karena konsistensinya dalam mengembangkan kekayaan budaya dengan wujud kekinian tanpa menghilangkan karakter sang perancang itu... more » - 10-09-15
Pameran Bukan Foto B
Pameran bertajuk ‘Sehat Walafiat’ ini memang terkesan bukan pameran foto biasa. Butuh pemahaman lebih dan pemicu rasa lebih untuk menikmati foto-foto... more »