Tembi

Yogyakarta-yogyamu»KRIPIK SALAK PONDOH, IKON LAIN DARI SLEMAN

26 Aug 2009 11:00:00

Yogyamu

KRIPIK SALAK PONDOH, IKON LAIN DARI SLEMAN

Produk pertanian Salak pondoh telah menjadi ikon Kabupaten Sleman. Demikian pula produk olahannya yang berupa kripik salak pondoh. Sama dengan Kabupaten bantul yang lekat dengan ikon geplaknya. Gunung Kidul dengan gaplek thiwulnya dan Kulon Progo dengan gebleknya.

Sentra pertanian salak pondoh di Kabupaten Sleman setidaknya meliputi kecamatan Tempel, Pakem, dan Turi. Ketiganya berada di lereng Gunung Merapi yang berhawa sejuk. Salak pondoh ini telah cukup lama menjadi gantungan hidup warga di wilayah-wilayah tersebut. Namun jika panenan melimpah, harga salak pun anjlok. Pendapatan petani salak tidak seperti yang diharapkan. Salak sering tidak terserap pasar sehingga membusuk. Produk yang melimpah menjadi terbuang sia-sia.

Keprihatinan semacam ini kecuali melibatkan nasib petani salak pondoh juga menggugah Dinas Perindustrian Propinsi DIY. Akhirnya Dinas Perindustrian mengadakan pelatihan pembuatan kripik salak pondoh bagi warga, khususnya warga di wilayah Jamblangan, Purwobinangun, Pakem, Sleman. Mereka juga difasilitasi serta diajak studi banding ke Malang untuk mempelajari tentang pembuatan kripik buah. Dari kegiatan itu kemudian terbentuklah 2 kelompok petani salak pondoh. Mereka mulai belajar mengolah buah salak segar menjadi kripik. Masing-masing kelompok ini terdiri atas 8-10 orang petani salak. Kripik salak pondoh pun mulai diproduksi di Jamblangan ini sejak tahun 1995.

Dalam perjalanannya, anggota kelompok ini banyak yang lepas atau melepaskan diri karena berbagai faktor. Utamanya karena biaya produksi tidak sebanding dengan harga jual produksi mereka. Daya serap pasar terhadap kripik salak pondoh belum tinggi.

Kini, produksi kripik salak pondoh di Jamblangan, Pakem ini terus dijalankan oleh Aloysius Suwignyo (54) bersama istri tercintanya, Margareta Sri Purwaningsih (46). Dalam produksi ini mereka dibantu oleh 3 orang karyawan yang mengerjakan tiga pekerjaan utama yakni pengupasan, penggorengan, pengemasan. Usaha kripik salak pondoh ini oleh Aloysius Suwignyo diwadahi dalam badan usaha Budi Karya Agro dengan merk dagangnya Kresna.

Dalam sehari mereka bisa melakukan 3 - 6 kali proses pembuatan kripik salak pondoh. Setiap proses akan menghasilkan kripik salak pondoh sebanyak 5 kg. Sedangkan untuk 1 kg kripik diperlukan salak segar sebanyak 14 kg. Jadi dalam 3 kali proses mereka membutuhkan salak segar sebanyak 5 x 14 =70 kg. Harga 1 kg kripik salak pondoh adalah Rp 80.000,-. Sedangkan harga salak pondoh segar untuk saat ini berkisar antara Rp 5.000,--Rp 6.000,-. Dalam 3 kali proses per hari mereka membutuhkan dana untuk membeli salak segar 70 x Rp 5.000,-= Rp 350.000,-. Itu pun masih harus ditambah biaya pembelian minyak goreng kualitas paling bagus, listrik, gas, biaya karyawan, pengemasan, transportasi, dan sebagainya.

Agar kripik salak pondoh terjangkau oleh pembeli, mereka membuat kemasan seberat 75 gram dengan harga Rp 7.000,-. Sedangkan untuk kemasan aluminium mereka memberikan harga Rp 8.000,-. Selain dipasarkan di wilayah Jogja, kripik produk mereka ini telah merambah Magelang, Semarang, Surakarta, dan Bali. Khusus untuk Bali kiriman dilakukan 3 bulan sekali sesuai pesanan mereka. Produk kripik salak pondoh mereka ini tidak diberi bahan tambahan atau bumbu apa pun. Rasanya alami. Aroma wangi buah salak matangnya juga tidak berubah. Umumnya pesanan akan meningkat menjelang musim liburan atau hari raya.

a sartono



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta