Tembi

Yogyakarta-yogyamu»ANAK ANAK ITU MENGENDARAI BECAK

22 Jul 2009 04:02:00

Yogyamu

ANAK-ANAK ITU MENGENDARAI BECAK

Selain andong, di Yogya ada jenis kendaraan non mesin yang dikenal dengan nama becak. Jenis kendaraan ini dikemudikan oleh orang, laiknya sepeda, namun bukan sebagai kendaraan pribadi, melainkan lebih untuk kepentingan jasa: transportasi umum. Tentu saja, ditengah alat transportasi umum modern yang semakin memadati, seperti taxi, transjogja, bus kota dsb, becak menjadi jenis transportasi tradisional. Tidak dihilangkan, namun populasnyai tidak lagi banyak.

Namun ada hal yang menarik dari kendaraan yang dikenal dengan nama becak ini. Bukan sebagai alat transportasi umum laiknya taxi, melainkan sebagai komoditas wisata, yang disewakan untuk wisatawan domestik, terutama anak-anak kecil, usia balita atau sampai umur 10-an tahun. Konstruksi becaknya kecil dan memang hanya diperuntukan bagi anak-anak kecil. Anak-anak bisa menggunakannya dengan menyewa Rp. 5000,- selama 30 menit untuk berputar-putar.

Dimana becak-becak kecil itu bisa ditemui?

Di Yogya selain dikenal Alun-alun utara, sebagai halaman depan Kraton Ngayogyakarta. Ada juga Alun-alun Selatan sebagai halaman belakang Kraton. Di Alun-alun Selatan inilah becak-becak kecil, setiap sore mulai pukul 15.00 bisa ditemui. Anak-anak, secara bergantian bisa mengendarai becak-becak kecil berputar-putar di Alun-alun Selatan. Selain dikendarai sendirian, sebagaimana layaknya ‘tukang becak’ bisa juga membawa penumpang, misalnya adiknya, atau temannya.

Anak-anak tampak sekali riang mengendarai becak. Tidak jarang, karena dikendarai dengan cepat, ada becak yang jatuh, ngglimpang. Anehnya, anak yang jatuh tidak menangis, malah tertawa lepas. Memang tidak lecet-lecet dan tidak ada cidera sama sekali. Rupanya, jatuh dari becak merupakan ‘cara lain’ untuk berekspresi.

Pada setiap hari, dari sore sampai malam hari, Alun-alun Selatan tidak pernah sepi. Anak-anak kecil, tentu dengan diantar orang tuanya, sore hari bisa bermain-main di Alun-alun Selatan. Selain mengendarai becak, bisa pula hanya sekedar melihat Gajah, atau bisa juga berputar keliling Alun-alun Selatan dengan naik bendi/andong.

Pendeknya, Alun-alun Selatan bukan daerah mati, yang tidak dijamah oleh manusia. Dulunya, ketika malam tiba, Alun-alun Selatan memang sepi, tidak seramai Alun-alun utara. Jarang orang bermain di Alun-alun Selatan. Memang, pada sore hari ada latihan sepak bola, namun ketika malam mulai merayap, sepi dan sunyi ikut pula merambat.

Dunia sepi, sekarang, sudah menjauh dari Alun-alun Selatan. Apalagi, setelah kandang Gajah ada penghuninya, yakni: Gajah. Orang-orang datang pada melihat. Maka, tempat ini mulai menjadi ramai dan semakin ramai. Bahkan, jika sore tiba cenderung macet, karena banyak sepeda motor dan mobil parkir. Juga, para penjual yang memadati trotoar disekitar Alun-alun Selatan.

Rasanya, Yogya memang butuh banyak ruang publik untuk anak-anak. Buktinya, Alun-alun Selatan dan Taman Pintar tidak pernah sepi. Maka, perlu ditambah lagi ruang publik di Yogya.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta