Tembi

Yogyakarta-yogyamu»PEREMPUAN PEREMPUAN PERKASA DARI YOGYAKARTA

01 Jan 2008 04:13:00

Yogyamu

PEREMPUAN-PEREMPUAN PERKASA DARI YOGYAKARTA

Dunia perkulian hampir selalu didominasi oleh laki-laki. Dalam bayangan banyak orang, hampir mustahil digambarkan bahwa dunia kuli dimasuki juga oleh kaum perempuan. Hal ini barangkali berkait erat dengan anggapan bahwa kaum perempuan adalah kaum yang lemah dan lembut sehingga urusan pengerahan kinerja otot/fisik yang berlebihan identik dengan urusan laki-laki. Pandangan semacam ini dapat dipastikan hampir selalu memustahilkan pandangan bahwa dunia perkulian yang keras dengan urusan otot dimasuki oleh kaum perempuan.

Sekalipun demikian, apabila kita menengok ke belakang sebentar, setidaknya di Jawa, peranan wanita di luar sektor domestik sebetulnya sudah banyak terjadi termasuk dalam urusan yang menyangkut kinerja otot. Kaum perempuan di desa-desa banyak pula yang harus membantu kaum laki-laki untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangganya. Bantuan dari kaum perempuan bisa merambah ke sektor-sektor yang dikerjakan kaum laki-laki. Contoh untuk kasus tersebut dapat dilihat misalnya perempuan turut memproduksi dan menjual kayu bakar, arang, batu bata, tempe, dan sebagainya. Bahkan banyak juga kasus yang menunjukkan bahwa kaum perempuan juga terlibat dalam pekerjaan sebagai buruh di lokasi penambangan pasir, proyek pembangunan prasaran fisik, dan sebagainya.

Dunia kuli yang identik dengan otot, kasar, dan identik dengan sifat-sifat maskulin hampir-hampir mustahil menempatkan perempuan di dalamnya. Akan tetapi tekanan ekonomi sering menjadi alasan yang sangat kuat untuk tidak memberlakukan pernyataan yang dipandang sebagai keumuman semacam itu. Nampaknya hal ini berlaku di berbagai tempat di Indonesia bahkan di dunia, lebih-lebih di negara-negara yang tergolong miskin/berkembang.

Di Yogyakarta sendiri kuli perempuan barangkali bukan lagi dipandang sebagai fenomena yang aneh. Fenomena perempuan menggendong kayu, tempe, hasil bumi, dan lain-lain sambil menggandeng anak menuju ke pasar bukanlah fenomena yang asing di Yogyakarta lebih-lebih pada zaman transportasi belum maju seperti sekarang. Hal seperti ini barangkali juga bukan fenomena yang aneh di tempat lain. Bahkan kuli angkut barang perempuan di Yogyakarta pun bukan merupakan fenomena yang aneh. Di Pasar Beringharjo, pasar terbesar di Yogyakarta, kuli angkut barang yang dijalani kaum perempuan sudah menjadi fenomena sehari-hari yang tidak asing lagi. Dari sebagian kuli perempuan itu bahkan terdiri atas ibu-ibu yang usianya sudah paro baya dan mereka mengangkut barang dengan pakaian tradisional (kebaya/kain) yang bagi orang modern mungkin dipandang tidak praktis. Untuk dapat melihat bagaimana kiprah perempuan-perempuan perkasa itu Tembi menyajikan hasil buruannya sebagai berikut. Silakan menikmati.

Teks: Sartono Kusumaningrat
Foto: Didit Priya Daladi




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta