Bisma (2)
Ibu, di dalam Cerita

Tolong rawat dan didiklah anakku baik-baik, berilah nama Dewabrata. Ia kelak akan berumur sangat panjang dan sakti tak terkalahkan. Jika kanda Prabu dan Dewabrata rindu kepadaku datanglah di tempat ini. Dalam jernihnya air Sungai Gangga, kasihku akan tercurah.

Ibu, di dalam Cerita
Dengan penuh kerinduan Dewabrata mendengarkan kisah tentang ibunya
melalui cerita Prabu Sentanu (karya: Herjaka HS)

Bedasarkan cerita Prabu Sentanu, Dewi Ganggawati adalah sosok ibu yang cantik jelita, penuh welas asih pada sesama, terlebih kepada delapan Wasu yang memohon pertolongan. Kepada merekalah Sang Dewi berjanji, jika sudah bersuami, ia akan melahirkan kembali delapan Wasu secara berurutan, karena hal itulah satu-satunya jalan yang dapat membebaskan mereka dari kutukan.

“Di Sungai Gangga, aku bertemu untuk yang pertama kali dengan Ganggawati,” tutur Prabu Sentanu melanjutkan ceritanya kepada Dewabrata. “Sungguh aku terpana waktu itu melihat kecantikannya. Tanpa pikir panjang aku lamar sang bidadari saat itu juga. Bagaikan kejatuhan bulan purnama mendengar kesediaan Ganggawati menjadi istriku.”

Terjadilah dialog antara Sentanu dan Ganggawati. “Aku bersedia menjadi istri yang setia, asalkan Sang Prabu berjanji untuk tidak menanyakan asal-usulku, dan tidak menegur apa pun yang aku perbuat?”

“Ya, aku bersedia Ganggawati.”

“Apakah yang diperbuat Ibunda setelah menjadi isteri Ramanda Prabu?” tanya Dewabrata penuh rasa ingin tahu. Sentanu tidak segera menjawab, matanya menerawang jauh, seakan-akan ia ingin menembus masa lalu.

“Dewabrata anakku, tidak pernah terbayangkan sebelumnya, bahwasanya seorang perempuan cantik, lembut dan luhur budi seperti Ganggawati, mempunyai kebiasaan aneh, yaitu membuang bayi yang baru saja dilahirkan ke Sungai Gangga. Karena kalah janji, sekali dua kali aku tidak berani menegur perbuatannya. Namun setelah Ganggawati membuang delapan bayi yang dilahirkan, aku sudah tidak kuat menahan diri. Kesabaranku habis,” kata Sentanu.

“Di sore yang redup, pada waktu Ganggawati menggendong anak nomor sembilan, aku hadang ia di pinggir Sungai Gangga. Jangan engkau buang lagi anak kita ini. Kataku dengan nada tinggi. Ganggawati terkejut, ia menghentikan langkahnya dan menatapku dengan tajam, tajam sekali. Di dalam bola matanya yang bening tergambar bahwa ia sungguh kecewa dengan teguranku. Dengan nada dalam ia berkata.”

“Kanda Prabu telah keliru menduga. Untuk kali ini aku tidak akan membuang anak kita, melainkan ingin menyucikannya dengan air sungai. Karena melalui air Sungai Gangga yang bening, aku telah mengikat janji dengan delapan Wasu. Masing-masing dari mereka akan memberikan umurnya kepada anak kita nomor sembilan ini.”

“Siapa kedelapan wasu itu Ganggawati?”

“Perlu Kanda ketahui bahwa sesungguhnya kedelapan anak kita yang aku buang ke sungai adalah jelmaan delapan wasu yang diusir dari dunianya karena melakukan kesalahan. Agar dapat diampuni, mereka harus dilahirkan kembali seperti manusia pada umumnya.”

Setyawati berhenti sejenak, menata napas, untuk kemudian melanjutkan penuturannya.

“Kanda Prabu, aku telah menolong dan membebaskan ke delapan Wasu melalui kelahiran anak-anak kita. Dan sebagai ucapan terimakasih mereka memberikan masing-masing umurnya kepada anak kita ini, sehingga nantinya anak ini akan berumur sangat panjang, sampai delapan keturunan”

“Aku pandangi anakku dalam gendongan Dewi Ganggawati. Ada pancaran yang berbeda dari bayi kebanyakan. Semakin mendekat semakin tampak kelebihan itu. Tanganku mulai menyentuhnya dan kemudian menggendongnya untuk segera menciumi kedua pipinya yang merah.”

“Kanda Prabu, sesungguhnya aku ingin selalu berada di dekatmu untuk bersama-sama mendidik anak kita…, Tetapi, …”

“Ganggawati tidak dapat melanjutkan kata-katanya. Kepedihan yang dalam nampak pada sorot matanya. Aku dekap ia erat-erat, tanda sesalku yang dalam. Dadaku basah oleh airmatanya. Beberapa saat kemudian, ia dengan lembut mencoba melepaskan dekapanku, dan memandangku lekat-lekat sembari berkata”

“Tetapi sayang Kanda Prabu, rasa sesal itu tidak dapat menyatukan kita lagi. Karena Kanda Prabu telah mengingkari janji dengan menegur perbuatanku. Oleh karenanya dengan berat hati kita terpaksa berpisah.

Dengan demikian, aku telah selesai menjalani hukuman, dan akan segera kembali ke kahyangan. Terimakasih Kanda, engkau telah membebaskan aku. Tolong rawat dan didiklah anakku baik-baik, berilah nama Dewabrata. Ia kelak akan berumur sangat panjang dan sakti tak terkalahkan. Jika kanda Prabu dan Dewabrata rindu kepadaku datanglah di tempat ini. Dalam jernihnya air Sungai Gangga, kasihku akan tercurah.”

“Belum sempat aku menanggapi kata-katanya, Ganggawati melesat naik, dan kemudian hilang dari pandangan.”

Herjaka HS

Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta