Tembi

Berita-budaya»LAGI, GEORGE MENULIS BUKU CIKEAS KIAN MENGGURITA

11 Jul 2011 09:22:00

LAGI, GEORGE MENULIS BUKU 'CIKEAS KIAN MENGGURITA'Ingat buku ‘Gurita Cikeas, yang sempat membuat heboh, ingat akan George Junus Aditjondro, penulis buku itu. Rupanya, George Aditjondro masih ‘mendalami’ Cikeas dan tidak hanya berhenti pada buku pertama. Ia kembali menulis buku perihal ‘Gurita Cikeas’, hanya saja judulnya sedikit berbeda. Buku yang Kamis (7/7) lalu dilaunching di ruang kantor penerbitnya ‘Galang Press, Baciro, Yogyakarta berjudul ‘Ciekas Kian Menggurita’

Selain George Junus Aditjondro, hadir sebagai narasumber ialah, GBPH Prabukusuma, K.H Nurul Arifin Husen. Tyasno Sudarno, yang direncanakan hadir sebagai narasumber, tidak kelihatan, demikian juga Buya Safi’i Ma’arif. Namun, komentar Safi’i Ma’arif mengenai buku ini bisa dibaca pada teks yang diletakkan disampul depan buku ‘Cikeas Kian Menggurita’:

“Sebenarnya saya malas berkomentar mengenai pemberantasan korupsi SBY. Memang tidak bisa apa-apa seperti tidak ada pemerintahan di negeri ini” kata Safi’i Ma’arif

Pada buku ini George Junus Aditjondro mengutip Wikeleaks yang melansir kawat diplomatik Indonesia. UntukLAGI, GEORGE MENULIS BUKU 'CIKEAS KIAN MENGGURITA'menyebut dahsyatnya apa yang dipublikasikan Wikeleaks, George membandingkan dahsyatnya Tsunami di Jepang, sehingga seolah George hendak mengatakan, tsunami politik di Indonesia ‘tidak kalah’ dahsyatnya dengan tsunami di Jepang.

“Jum’at, 11 Maret 2011, dunia dikejutkan oleh gempa berkuatan 9,9 Skala Richter yang dibarengi tsunami setinggi 10 meter dan disusul meledaknya reaktor ketiga dari PLTN di Prefectur Fukushima di Pulau Honshu, 250 km timur laut kota Tokyo.

Pada hari yang sama, Indonesia dilanda tsunami politik, yang bergulung-gulung dari Australia, menggoncang jantung kesadaran politik bangsa Indonesia mulai dari yang mempunyai akses internet dan mahir berbahasa Inggris, melintasi komentar para penanggap dalam bahasa Indonesia, dari nasionalis buta yang bersemboyan right or wrong my country, sampai dengan siapa saja yang merasa aspirasinya terwakili” tulis Goerge Junus Aditjondro.

Buku setebal 204 halaman sudah termasuk daftar pustaka dan biografi penulisnya, terdiri dari 6 bab. Pada bab 1 dibuka dengan judul ‘Terbukanya Kotak Pandora’. Bab IILAGI, GEORGE MENULIS BUKU 'CIKEAS KIAN MENGGURITA'dengan judul ‘Oligarki Ekonomi, Jejaring (cabal) Ekonomi Politik’. Bab III ‘Skandal Bail-out Bank Century’. Bab IV ‘Pelanggaran-Pelanggaran Pemilu’, dan ‘Kesimpulan” ada di Bab V dan ditutup dengan judul ‘So What? Pada Bab VI.

“Inti dari buku ini, sesungguhnya ada di bab IV” kata George Junus Aditjondro.

“Istilah ,Gurita Cikeas’ atau ‘Cikeas Kian Menggurita’, tidak dimaksudkan mengacu ke satu orang, melainkan ke satu sistem, di mana tokoh sentralnya, Susilo Bambang Yudhoyono, kebetulan bertempat tinggal di kompleks perumahan mewah Cikeas Indah di Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Penggunaan istilah ‘Cikeas’ di sini sama seperti penggunaan istilah ‘Cendana’, kediaman semasa hidup seorang mantan jendral yang lain, yakni Soeharto’” tulis George Junus Aditjondro di pengantar buku ini.

Bagi George Junus Aditjondro, jejaring korupsi meliputi hubungan antara Presiden, Sekkab dan Sekneg. MerekaLAGI, GEORGE MENULIS BUKU 'CIKEAS KIAN MENGGURITA'pegang peranan dalam menyeleksi, siapa yang dapat diperiksa dugaan korupsinya oleh ketiga aparat hukum yang berwenang dalam pengusutan dugaan korupsi yakni Polri, Kejaksaan dan KPK.

“Khusus dalam hal hubungan antara Presiden dan Kejaksaan Agung sempat mengalami ketegangan soal 61 surat permohonan izin Presiden untuk pemeriksaan pejabat-pejabat publik itu” ujar George Junus Aditjondro.

Dalam buku ini, George Junus Aditjondro mengungkapkan sebuah istilah ‘cabal’. Dikatakan oleh George, cabal adalah jejaring korupsi seperti dikembangkan dalam teori William Chambliss.

Zainal Arifin Muchtar, Direktur Pusat Anti Korupsi UGM, dalam memberi komentar buku George Junus Aditjondro menuliskannya seperti bisa dibaca berikut ini:

“Saya melihat, sebagian besar yang dituliskan oleh George Aditjondro sebenarnya berada pada wilayah yang memang ‘sulit’ dibuktikan karena berada pada wilayah yang tidak seorang pun mau bekerja untuk membuktikannya. Makanya, jika mengutip Sosan Suntag bahwa ‘every writer has an adrress’, saya kira buku ini pun sangat jelas ‘alamat’ atau ‘tujuan’-nya. Menantang siapa saja untuk membuktikannya, termasuk pihak-pihak yang sudah disebutkan di dalam buku ini”.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta