Tya Subiakto, Conductor Termuda Indonesia.

Tya Subiakto, Conductor Termuda Indonesia.

Tangan kecil Tya dengan sigap membuka sebuah buku cerita dan meletakkan tepat di depannya begitu terdengar suara musik. Lagaknya persis seperti seorang conductor memimpin sebuah orchestra. Di hadapan Tya sudah siap beberapa orang pembantu rumah tangga yang akan menyanyikan lagu sesuai aba-aba dari sang conductor cilik.

Melihat tingkah lucu putri pertamanya, sang ayah Subiakto Priosodarsono yakin akan potensi musik Tya Sulestyawati sangat besar. Untuk mendukungnya Tya disekolahkan di Yayasan Musik Indonesia untuk belajar electone pada tahun 1982, sekitar 3 tahun dari kelahirannya 2 Maret 1979.

Di saat yang sama, Tya juga dilatih untuk belajar vocal pada Bapak Pranadjaja di sekolah Bina Vokalia Pusat. Karena sekolah pertama Tya adalah sekolah musik, ya…jangan heran kalau Tya belum bisa membaca huruf tapi sudah mahir baca not balok.

Feeling ayah atas bakat musik pada si sulung tepat. Di usia 4 tahun, Tya mulai memperlihatkan ketertarikannya pada alat musik piano maka iapun belajar main piano. Di usianya yang ke 6 tahun, Tya ke Sekolah Musik Yayasan Pendidikan Musik Jakarta (SMYPM) untuk belajar piano klasik kepada Nirda Syafri dan Lucky Chandranata. Mulai dari tingkat elementer sampai dengan tingkat 6 (selama 7 tahun). Selama di tingkat 5 dan 6, Tya juga diajar clarinet dan alto saxophone oleh Eddy S. Partadinata.

Karena persiapan ujian SD, Tya berhenti dari sekolah vocal Bina vocalia. Lulus dari SD Al-Azhar Kemang, Jakarta Selatan, Tya meneruskan di sekolah yang sama , SMP Al-Azhar Kemang dan melanjutkan belajar vocal pada Richard Awuy selama beberapa bulan saja karena sang guru pindah ke Singapura untuk menjadi seorang pendeta.

Setelah lulus dari sekolah musik, Tya sempat pula belajar dengan beberapa musisi terkemuka Indonesia, yaitu Elfa Secoria dan Indra Lesmana. Tetapi karena kesibukan mereka, Tya memutuskan untuk belajar sendiri.

Di SMAN 34, Pondok Labu Jakarta Selatan, Tya Subiakto banyak belajar tentang harmonisasi suara. Naluri bermusiknya mengatakan bahwa ia harus masuk sekolah musik lagi meskipun paduan suara SMAN 34 yang dipimpinnya sudah berkali-kali menjuarai lomba paduan suara antar SMA se Jakarta. Di sekolah ini, Tya meninggalkan catatan sejarah bagi almamaternya dalam bentuk Hymne dan Mars SMA 34.

Berangkat dari kegiatan paduan suara, Tya bersama beberapa teman akhirnya membentuk grup acapellla dengan nama Gravo 6 singkatan dari Grazia Voalista Six. Bersama kedua adiknya Dion Wardyono dan Sati Setiawati, Tya membentuk band dengan nama Bazel B pada 15 April 1995 di Bandung. Nama band itu berubah pada awal 1996 menjadi T&T X-plosion yang berarti Tya, Dion dan Sati. Sedang X-plosion berarti musik yang dihasilkan oleh T&T.

Bulan Juli 1996, mereka mengikuti beberapa event diantaranya ARH-Jamz Session dan Jakarta Jazz Festival 1996 dengan hasil yang cukup memuaskan. Awal tahun 1997, T&T menambah 3 orang anggota yang diambil dari Bulldozer Marching Band terdiri dari 2 trumpet dan 1 trombone. Sejak itu, T&T banyak membuat karya-karya instrumental serta menambah aliran latin. Kegiatan nge-band akhirnya berhenti karena Tya harus siap-siap ujian akhir.

Lulus SMA tahun 1997 Tya berencana tidak meneruskan pendidikan selain sekolah musik. Sempat bersitegang dengan ayahnya yang ingin agar Tya juga punya pengetahuan selain musik karena menurut ayahnya, musik harus bisa diaplikasikan ke dalam bentuk lain agar musik bisa menjadi sandaran hidup. Sementara Tya ingin belajar musik hanya untuk musik saja. Tanpa keinginan yang kuat Tya akhirnya kuliah di jurusan Psikologi, Universitas Atmajaya, Jakarta. Hasilnya bisa ditebak, Tya cuma bertahan setahun di kampus itu. Akhirnya sang ayah mengajak Tya bekerja di perusahaan advertising “Hotline” yang didirikan ayahnya. Di sini Tya banyak membuat lagu-lagu untuk iklan atau jingle.

Tahun 1998 ketika ide acara Mega Shalawat dicetuskan oleh ayahnya diterima oleh Bank Mega, hal itu seperti menjadi ujian berat bagi putri pertamannya yang dikenal dengan nama Tya Subiakto. Tya diminta ayahnya untuk menyiapkan orchestra dalam waktu 10 hari. Di sinilah Tya Subiakto menunjukkan kematangannya dalam bermusik. Di usia 19 tahun, Tya Subiakto berhasil menjadi seorang conductor termuda pertama di Indonesia.

Nama ayahnya yang melekat kuat dibelakang namanya ternyata tidak serta-merta selalu jadi jaminan bagi Tya masuk ke seluruh dunia musik. Tidak mudah juga ternyata mendapat pengakuan dari senior untuk prestasi yang telah diukirnya sebagai conductor termuda saat itu. Nama Tya selalu dianggap bisa karena Subiakto ayahnya.

Delapan tahun bekerja di perusahaan advertising “Hotline” memang menempa Tya menjadi kampiun jingle iklan. Tapi nama ayahnya yang terlanjur melekat seperti membuatnya harus “pergi” dan mandiri. Tahun 2005 Tya keluar dari perusahaan advertising milik ayahnya. Tya belajar mandiri. Bekal dukungan bermusik dari ayah dan ibunya (Aan Anggraini Subiakto) diakui berperan besar mengarahkan Tya memilih jalur hidupnya. Tya ingat betul apa kata ayahnya yang mengingatkan Tya untuk tidak ragu memilih musik sebagai jalan hidup, karena musik bisa dimainkan sampai kita tua.

Tahun 2007 Tya bertemu Dwi Ilalang yang menanyakan apakah ia mau membuatkan musik untuk film “Sang Dewi.” Ingatan Tya segera melayang ke masa kecilnya ketika menonton film Extra Terrestrial (E.T), film tentang persahabatan seorang anak dengan mahluk ruang angkasa karya Steven Spielberg. Tya sangat terkesan dengan musiknya dan ia ingat betul nama John Williams, penata musik untuk film E.T tersebut, nama itu selalu diingatnya karena sejak itu Tya bercita-cita untuk jadi penata musik film. Maka tawaran itupun diambilnya tanpa ragu meski Tya belum pernah sama sekali mengerjakan musik untuk film. Tya nggak salah. Karya musiknya untuk film “Sang Dewi” menjadi langkah awal karir Tya di bidang film sebagai penata musik.

Berikut adalah Film-film yang sudah mendapat sentuhan musik Tya Subiakto.

‎01. Sang Dewi (2007)
02. Ayat-Ayat Cinta (2007)
03. Hantu Jembatan Ancol (2008)
04. Mengaku Rasul (2008)
05. Do'a Yang Mengancam (2008)
06. Pencarian Terakhir (2008)
07. Perempuan Berkalung Sorban (2008)
08. Kata Ma'af Terakhir (2008-2009)
09. Story of Beno (2008)
10. Virgin 2 : Bukan Film Porno (2009)
11. The Sexy City (2009)
12. Bidadari Jakarta (2009)
13. Love & Edelweiss (2009)
14. Belum Cukup Umur (2009-2010)
15. 18+ (2010)
16. Menebus Impian (2010)
17. Safana (2010)
18. D'Love (2010)
19. Obama Anak Menteng (2010)
20. Sang Pencerah (2010)
21. Susah Jaga Keperawanan di Jakarta (2010)
22. Barbie (2010) - Short Movie for LA Lights Indie Movie 2010
23. Cewek Gokil (2011)
24. Cowok Bikin Pusing (2011)
25. Tanda Tanya (2011)
26. Virgin 3 : Satu Malam Mengubah Segalanya (2011)
27. Purple Love (2011)
28. Tarung (2011)
29. Di Bawah Lindungan Ka'bah (2011)
30. The Land of Spirit - Sumba (2011) - Short Movie
31. The Mentalist (2011)
32. Dilema (2011)
33. Tendangan Dari Langit (2011)
34. Bismillah Aku Mencintaimu (2011)
35. Kehormatan Dibalik Kerudung (2011)
36. Hafalan Shalat Delisa (2011)
37. Sebelah (2011) - Short Movie for LA Lights Indie Movie 2011
38. Malaikat Tanpa Sayap (2012)
39. Hi5teria (2012)
40. Cinta Di Saku Celana (2012)
41. Jenderal Kancil (2012)

Temen nan yuk ..!

Ypkris

Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta