Tembi

Yogyakarta-yogyamu»RUANG TUNGGU SEPEDA DI JOGJA

23 Dec 2009 08:51:00

Yogyamu

RUANG TUNGGU SEPEDA DI JOGJA

Program Sego Segawe (Sepeda Kanggo Sekolah lan Nyambut Gawe) yang pernah dicanangkan Pemkot Jogja tampaknya belum membuahkan hasil yang memuaskan. Jika dicermati, hanya sedikit sekali pengendara sepeda di Kota Jogja ini. Itu pun umumnya karena terpaksa oleh keadaan. Terpaksa karena tidak mempunyai kendaraan lain. Ada pun yang bisa mengendarai sepeda dengan kesadaran untuk kesehatan diri dan lingkungan masih bisa dihitung dengan jari.

Sekalipun Jogja telah dilengkapi dengan jalur hijau untuk sepeda ontel, namun pengendara kendaraan bermesin tetap saja tidak peduli. Sepeda ontel tetap terpaksa menyisi jika beriringan atau berpapasan dengan kendaraan bermesin. Jika tidak demikian, maka pengendara sepeda ontel itulah yang akan celaka karena bisa terserempet atau tertabrak kendaraan bermesin yang lebih besar dan kuat.

Munculnya rambu baru berupa sebidang ruang di Perempatan Gondomanan, yakni antara Jl. Brigjend Katamso-Jl. Mayjend. Suryotomo-Jl. Panembahan Senopati-Jl. Sultan Agung boleh menjadi semacam titik terang baru bagi para pengendara sepeda ontel. Pasalnya ruang hijau yang diberi tanda berupa tulisan Ruang Tunggu Sepeda lengkap dengan gambar sepeda ontel itu dikhususkan bagi pengendara sepeda ontel ketika mereka berhenti menunggu lampu hijau. Jadi pengendara kendaraan jenis lain diharamkan memasuki ruang ini. Jika mereka melanggar, akan ditindak tegas oleh petugas.

Pengendara kendaraan selain sepeda ontel pun banyak yang mematuhi aturan ini. Akan tetapi kepatuhan mereka rata-rata tidak keluar dari hati nurani mereka, melainkan karena umumnya mereka takut ditilang. Takut kena denda. Jadi, bukan karena kesadaran murni untuk memberikan ruang bagi pengendara sepeda. Itu pun masih boleh dibilang bagus daripada tidak.

Sayangnya ruang hijau dengan nama Ruang Tunggu Sepeda itu baru dibuat di perempatan jalan di atas. Belum meliputi jalan-jalan besar lain. Barangkali memang tidak mudah untuk membuatnya. Barangkali semua program memang perlu dibuatkan percontohan atau pilotnya dulu.

Apa yang dilakukan Pemkot Jogja ini sekalipun belum bisa dikatakan berhasil namun patut mendapatkan perhatian. Pasalnya program semacam ini belum ada di kabupaten-kabupaten atau kota lain. Hal ini menjadi petunjuka bahwa sesungguhnya Pemkot Jogja cukup serius untuk menggalakkan program berkendara sepeda.

Namun sayangnya masyarakat Kota Jogja sendiri sudah terlanjur dimanjakan oleh mesin yang jauh lebih cepat, berpenampilan menawan, lagi pula mesin-mesin beroda itu bisa dibeli dengan dikredit dengan uang muka yang sangat murah pula. Mesin-mesin beroda ini pula yang memasok pajak cukup tinggi bagi masing-masing daerah dan kota. Tidak aneh juga jika perdagangan sepeda motor dan mobil bisa melaju selaju mesinnya di Jogja. Lebih-lebih di kota ini juga banyak penghuni berusia muda (pelajar dan mahasiswa) yang sangat menyukai kendaraan bermesin baik sepeda motor maupun mobil. Jangan heran juga jika hampir setiap hari Kota Jogja selalu didrop sepeda motor maupun mobil dari berbagai merek dan jenis. Entah berapa ratus atau berapa ribu unit kendaraan bermesin yang membanjiri Jogja dalam setiap harinya. Bisa dibayangkan bahwa ruang di Jogja akan semakin sempit. Polusi dijamin semakin meningkat. Tidak bisa tidak.

Betapa sulitnya menggantikan kebiasaan mengendarai kendaraan bermesin dengan sepeda ontel. Anda bisa membayangkan sendiri. Menggenjot sepeda ontel tentu melelahkan. Rawan diserempet atau tertabrak kendaraan bermesin. Keberadaannya di jalan raya sering tidak diperhitungkan. Kalau panas jelas akan kepanasan kalau hujan jelas kehujanan. Selain itu sepeda ontel tidak bisa digunakan untuk mengangkut banyak barang atau orang dan juga tidak bisa melaju secepat kendaraan bermesin.

Mungkin untuk memasyarakatan sepeda ontel di Jogja memang perlu ketahanan mental atau stamina yang tiada berkeputusan. Masalahnya produsen kendaraan bermesin tentu tidak akan tinggal diam dengan adanya program ini. Kendaraan bermesin jelas telah memberikan banyak pemasukan bagi banyak orang. Baik itu produsen, instansi, pelaku bisnis, dan pemerintah sendiri. Semetara sepeda bisa dikatakan hanya memberikan pemasukan yang kecil bagi pelaku bisnis dan produsen.

a. sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta