- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Yogyakarta-yogyamu»MANFAAT SABO DI KAKI GUNUNG MERAPI
05 May 2010 10:03:00Yogyamu
MANFAAT SABO DI KAKI GUNUNG MERAPI
Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia memiliki keletakan di antara dua benua, Australia dan Asia. Di samping itu, Indonesia juga terletak di antara dua samudera, yakni Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia. Indonesia juga dilalui dua sistem jalur gunung api yakni sirkum (lingkar) Pasifik dan sirkum Asia. Kecuali itu, Indonesia merupakan tempat pertemuan 3 lempeng tektonik dunia. Lengkaplah sudah bahwa Indonesia amat sangat potensial sekali untuk tempat terjadinya bencana alam. Entah itu gempa bumi, badai, tsunami, gunung meletus, dan lain-lain.
Indonesia juga memiliki sekian banyak gunung berapi. Setidaknya ada sekitar 129 gunung api aktif di Indonesia. Hal demikian ini di samping memberikan banyak keuntungan di satu sisi, pada sisi yang lain juga memberikan ancaman bencana alam yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Sudah berkali-kali letusan gunung api di Indonesia memberikan kerugian harta dan jiwa yang tidak terhitung. Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 bahkan telah merenggut 36.000 jiwa lebih. Kerusakan dan kebinasaan melanda banyak tempat dan negara. Disebut-sebut bahwa letusan Krakatau merupakan bencana gunung api terdahsyat di dunia yang sempat terekam oleh sejarah modern.
Letusan yang relatif kecil, yang tidak sedahsyat Krakatau sewaktu-waktu dapat terjadi pada semua gunung api aktif di Indonesia. Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan DIY merupakan gunung api teraktif di Indonesia. Keberadaannya sangat perlu diwaspadai. Telah beberapa kali gunung ini memuntahkan isi perutnya. Telah beberapa kali pula gunung ini batuk dan menimbulkan bencana yang juga mengerikan. Untuk itulah di bawah atau di kaki Gunung Merapi, khususnya di aliran Kali Gendol wilayah Argomulyo, Cangkringan, Sleman ini dibangun sabo untuk perlindungan lingkungan akan aliran lahar dari Gunung Merapi.
Sabo sendiri berasal dari bahasa Jepang, sa yang berarti pasir dan bo yang berarti pengendalian. Jadi, secara singkat dan sederhana sabo berarti pengendalian pasir. Akan tetapi teknik sabo ini mengalami perluasa arti yakni merupakan suatu sistem penanggulangan bencana alam akibat erosi dan sedimentasi. Baik yang disebabkan oleh hujan (banjir), tanah longsor, dan lain-lain.
Sabo juga berfungsi untuk menangkap debris atau lahar sehingga debit alirannya dari hulu hingga hilir terus berkurang. Kecuali itu sabo juga mengarahkan dan memperlambat aliran, mengarahkan aliran untuk mencegah penyebaran dan membatasi terjadinya aliran debris atau lahar. Teknik sabo dapat diwujudkan dalam berbagai fasilitas bangunan sabo dan dapat diterapkan untuk pengendalian sedimen seperti sabo dam, tanggul, kantung pasir, saluran pengatur kanal, tangul terbuka, serta perlindungan tebing. Teknik sabo ini di Indonesia dikenalkan pertama kali oleh ahli sabo dari Jepang yang bernama Tomoaki Yokota pada tahun 1970.
Kemanfaatan sabo ini sangat dirasakan benar oleh warga khususnya yang berada di lereng gunung khusunya lagi yang berdekatan dengan aliran sungai. Hal demikian juga dirasakan oleh warga di sekitar aliran Sungai Gendol, Cangkringan, Sleman. Sabo yang dibuat di sungai ini benar-benar dapat menangkap lelehan aliran material dari Gunung Merapi entah itu berupa pasir, kerikil, batuan dan lain-lain yang semuanya mengalir bercampur air. Lelehan material ini tidak lagi melebar dan menyebar sehingga merusakkan pekarangan, pemukiman, areal pertanian, dan sebagainya.
Material atau debris yang tertangkap oleh sabo-sabo ini akhirnya menjadi material yang kemudian ditambang dan menjadi mata pencaharian bagi warga masyarakat sekitar. Hanya saja kegiatan penambangan ini sering kurang memperhatikan aspek kelestarian dan keamanan sabo. Banyak penambang yang menambang material ini di dekat bangunan sabo sehingga keberadaan sabo justru menjadi terancam. Aktivitas penambangan material juga sering merusakkan prasarana jalan karena kendaraan-kendaraan berat yang hilir mudik mengangkut material dalam tonase-tonase yang berat. Bahkan melebihi kapasitas daya angkutnya. Bukan hanya jalan yang dibangun oleh pemerintah saja yang rusak, namun juga jalan-jalan dusun pun sering rusak karena masuk keluarnya kendaraan pengangkut atau penambang material ini.
Sabo di Yogyakarta mungkin dapat dilihat atau dinikmati di wilayah Kabupaten Sleman, khususnya di Argomulyo, Cangkringan, Sleman. Dari rentang-bentang sabo itu Anda bisa menikmati keindahan pemandangan alam lereng Gunung Merapi sambil menikmati kesejukan udara di wilayah tersebut.
a. sartono
Artikel Lainnya :
- Mengenang Mbah Djoyo Sumarto(20/10)
- Reribet ing Pakualaman(11/05)
- Merapi Ingkang Numrapi(03/12)
- BASIS (30/12)
- Ada Cowok, Ada Bunga Merah, Ada Wine, Ada Sebuah Senyum, Karya Terakhir Almarhum Remmy Soetansyah(07/03)
- Lebaran Macet Di Yogya(27/08)
- 11 Agustus 2010, Yogjamu - DI JOGJA ADA PETERNAK TIKUS(11/08)
- Hidup Berat? Jalani Saja!!(19/08)
- DUSUN TANJUNG, SLEMAN: SENTRA TEKLEK JOGJA(03/02)
- KERAJINAN KULIT IKAN PARI PARI RADJA, SALAH SATU PRODUK UNIK DARI JOGJA(06/04)