Magersari dan Keistimewaan

Magersari dan Keistimewaan

Kalau kita jalan-jalan di njeron (didalam) Beteng Kraton Yogya, kita akan menemukan rumah-rumah penduduk yang ada disekitar bangunan Kraton, dan masuk didalam wilayah beteng Kraton. Para penduduk ini tinggal di tanah milik Kraton, dan disebut sebagai magersari. Di Yogya ada banyak penduduk yang status rumahnya magersari, apalagi tinggalnya di njeron beteng.

Selain di njeron beteng, ada tanah-tanah kraton, yang disebut sebagai sultan ground, ditempati oleh penduduk dan mereka disebut sebagai magersari. Tanah di luar kraton, yang berupa ndalem, ditempati pangeran, kerabatan dari Kraton Yogyakarta. Di ndalem yang ada diluar njeron beteng ini, ada banyak warga yang tinggal sebagai magersaren, salah satunya di ndalem Suryowijayan, yang terletak di kampung Suryowijayan. Secara turun temurun warga menempati rumah magersari, tidak memiliki, tetapi bisa menempati dalam kurun waktu yang lama, bahkan bergenerasi. Lain soal ketika ndalem itu dijual, dan warga magersaren memang harus pindah. Karena pembelinya tidak mau ada warga yang masih tinggal di ndalem yang sudah dijual itu. Setidaknya ada tiga ndalem yang sudah dibeli dan warga yang tinggal sebagai magersaren ikut pindah mencari tempat masing-masing, tentu dengan uang ganti yang sudah diperhitungkan.

Di njeron beteng, sekedar sebagai contoh saja, ada dua ndalem yang sampai sekarang, sudah bergerenasi, warga tinggal di lingkungan ndalem milik Kraton Yogyakarta, salah satunya ditempati kerabata kraton, yang sekerang dikenal dengan nama nDalem Kaneman, karena yang tinggal di ndalem bernama Ratu Anom. nDalem yang satu dikenal dengan Mangkubumen, dan sekarang dipakai menjadi kampus Universitas Widya Mataram, dan di dalam ndalem ini ada banyak warga tinggal sebagai magersaren, seperti magersaren lainnnya, mereka sudah bergenerasi tinggal disana.

Magersari dan Keistimewaan

Ada wilayah magersari lainnya, yang bukan berupa ndalem, dan lokasinya ada di njeron beteng. Lokasi ini dikenal sebagai kampung Taman, karena letaknya ada di tempat peristirahatan raja yang dikenal dengan nama Tamansari, dan sekarang, setelah direnovasi menjadi obyek wisata. Di tempat ini, warga bertempat tinggal sehingga kelihatan sekali betapa padat penduduk di kampung Taman ini.

Kita tahu, Keistimewaan Yogya tidak bisa dilepaskan dari penduduk magersari ini. Tanah-tanah Kraton, yang tidak ditempati atau digunakan oleh pihak kraton bisa digunakan oleh penduduk, tentu dengan minta ijin pada pihak kraton. Bahkan, bangunan-bangunan kraton yang tidak digunakan bisa dipakai untuk kepentingan kantor-kantor pemerintah. Termasuk kantor gubernur di kepatihan merupakan tanah kraton. Bahkan, tanah kampus UGM juga milik kraton. Sebelum menempati lokasi yang sekarang, UGM dulu menggunakan Pagelaran Kraton Yogya untuk kampus. Dalam kata lain, sudah sejak lama, setidaknya sejak mulai HB VII, tanah-tanah kraton mulai diperbolehkan dipakai oleh penduduk dengan status magersari.

Dari penduduk magersari, setidaknya kita bisa membaca, bahwa sudah sejak lama, raja dan rakyatnya hidup menyatu. Manunggaling kawula Gusti diimplemenntasikan dalam bentuk megersari. Bahwa raja dan rakyatnya sebenarnya tidak bisa dipisahkan, keduanya saling membutuhkan. Rakyat membutuhkan pemimpin yang bisa melindungi dan menyejahterahkan dan kerajaan membutuhkan masyarakat penyangga.

Yang menjadi soal dan sekaligus sebagai renungan, Keistiemwaan ditengah perkembangan jaman seperti ini, bagaimana magersari bisa diaplikasikan pada konteks politik modern, sehingga pemimpin sungguh bisa melindungi, mengayomi dan mensejahterakan rakyatnya.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta