- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Yogyakarta-yogyamu»DESA WISATA SROWOLAN SLEMAN, MENIKMATI KEINDAHAN ALAM, MENGENANG SEJARAH PERJUANGAN
01 Jul 2009 12:39:00Yogyamu
DESA WISATA SROWOLAN SLEMAN:
MENIKMATI KEINDAHAN ALAM, MENGENANG SEJARAH PERJUANGAN
Banyak pelaku wisata yang menginginkan keterlibatan langsung antara dirinya dengan masyarakat tempat wisata itu berada. Selain itu banyak juga pelaku wisata yang tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan perjalanan wisata ke banyak lokasi wisata. Oleh karena itu pula kemudian muncul gagasan untuk menciptakan lokasi wisata yang di dalamnya hampir seluruh kebutuhan pelaku wisata tersedia. Desa wisata merupakan salah satu jawaban atau alternatifnya.
Kini di Kabupaten Sleman terdapat sekitar 36 desa wisata. Salah satunya adalah desa wisata Srowolan. Desa wisata Srowolan sebenarnya terdiri atas tiga padukuhan, yakni Padukuhan Gatep Srowolan, Karanggeneng, dan Gandok Kadilobo. Semuanya masuk dalam wilayah Desa/Kalurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Desa wisata Srowolan memiliki latar belakang kesejarahan yang menarik. Desa wisata ini memiliki pasar yang dinamakan Pasar Perjuangan Srowolan. Pasar ini dinamakan pasar perjuangan karena memiliki peran yang besar di masa perjuangan fisik ketika Indonesia tengah merebut kedaulatan di tahun 1942-1945. Pada masa itu banyak pasar tradisional mati atau kosong karena ditinggalkan penduduk. Bahkan desa-desa atau dusun juga banyak yang kosong karena banyak ditinggalkan penduduk yang mengungsi menghindari peperangan.
Dalam masa perjuangan seperti itulah Pasar Srowolan tetap beraktivitas. Di tempat ini tetap terjadi transaksi jual beli. Barangkali karena lokasi Pasar Srowolan yang cukup tersembunyi menyebabkannya relatif aman dari incaran kaum penjajah. Di pasar ini pulalah para pemuda meminta sumbangan kepada para bakul atau pedagang untuk membantu perjuangan. Dari tangan para bakul inilah pemuda pejuang memperoleh banyak bantuan baik berupa uang maupun bahan makanan sebagai bekal melawan penjajah di medan perang. Tidak aneh jika kemudian Pasar Srowolan ini dinamakan Pasar Perjuangan. Pasar yang didirikan sejak tahun 1921 dan menempati tanah kasultanan ini sampai sekarang masih menampakkan wujud ketradisionalannya.
Kecuali aspek kesejarahannya, Srowolan sebagai desa wisata juga memiliki banyak kelebihan lain. Kelebihan-kelebihan tersebut di antaranya dengan terdapatnya Sanggar Budaya Sayuti Melik. Seperti diketahui Sayuti Melik adalah tokoh perjuangan yang mengetik naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sayuti Melik lahir di desa ini.
Desa Srowolan juga memiliki 3 sumber mata air alami yang dinamakan Belik Nyamplung, Belik Kepepet, dan Belik Kemantren. Ketiga belik ini merupakan sumber pengairan dan keperluan hidup masyarakat setempat. Desa ini juga kental dengan tradisi pertaniannya. Di tempat ini pula wisatawan dapat terlibat langsung dengan berbagai aktivitas petani seperti ngluku (membajak), tandur (menanam), dhangir (menyiangi), atau panen salak di perkebunan salak yang ada di tempat itu.
Desa Srowolan juga masih melestarikan tradisi Jawa seperti kenduri, gotong royong, merti dusun, karawitan, dan sebagainya. Wisatawan pun dapat terlibat langsung dalam acara-acara tersebut.
Di tempat ini pulalah cikal bakal Kecamatan Pakem terbentuk. Sebelum Kecamatan Pakem terbentuk seperti sekarang, Srowolan telah berdiri sebagai kemantren. Bangunan bekas kantor kemantren itu sampai sekarang juga masih dilestarikan di tempat ini. Berawal dari Kemantren Srowolan inilah kemudian berkembang menjadi Kecamatan Pakem.
Desa wisata Srowolan juga dilengkapi dengan kawasan yang dinamakan Banyu Sumilir. Nama Banyu Sumilir diambilkan dari dua istilah yakni banyu dan sumilir. Banyu artinya air dan sumilir artinya bertiup sepoi-sepoi. Kedua istilah ini diambil berdasarkan kekayaan alam setempat. Seperti diketahui, lingkungan alam di Srowolan memang masih terbilang relatif asri, jauh dari kebisingan, jauh dari polusi. Air yang mengalir di saluran-saluran irigasi di tempat ini masih bening. Masyarakat setempat memiliki kesadaran kuat untuk tidak mencemari air karena air merupakan sarana utama bagi kehidupan mereka dan juga untuk pertanian serta perikanan di tempat itu. Kekayaan air yang melimpah dan bening di tempat inilah yang kemudian menumbuhkan ide untuk memberi nama Banyu Sumilir. Demikian seperti tutur H. Mardiono (65) selaku salah satu pengelola arena out bond di Banyu Sumilir.
bersambung .....
foto dan teks : a sartono
Artikel Lainnya :
- Dolanan Layangan(03/04)
- TRADHISI NYUMBANG(08/07)
- 23 Nopember 2010, Djogdja Tempo Doeloe - PENYAKIT CACINGAN DI JOGJA TAHUN 1900-AN(23/11)
-
Kehadiran bahasa “gaul” remaja Indonesia pada tahun-tahun terakhir ini sungguh boleh dipandang merupakan suatu kreativitas dari sekelompok anak-anak muda dalam sebuah generasi tertentu. " href="https://tembi.net/cover/2010-03/20100310.htm">10 Maret 2010, Kabar Anyar - "BAHASA GAUL REMAJA INDONESIA" PIDATO MENYAMBUT DIES NATALIS FIB UGM KE-64(10/03)- 26 Maret 2010, Figur Wayang - Perkawinan Nakula(26/03)
- KESENIAN-KESENIAN TRADISIONAL DI YOGYAKARTA(01/01)
- 5 Agustus 2010, Primbon - Watak Bayi Berdasarkan Hari Kelahiran(05/08)
- 31 Maret 2011, Kolom - SEPEDA FIXIE, GAYA HIDUP ATAU FASHION SEMATA(31/03)
- 15 Juli 2010, Situs - DISAMBUT ULAR HIJAU(15/07)
- Pameran Mahasiswa Jakarta 32c(02/10)