Tembi

Yogyakarta-yogyamu»KESENIAN KESENIAN TRADISIONAL DI YOGYAKARTA

01 Jan 2008 07:16:00

Yogyamu

KESENIAN-KESENIAN TRADISIONAL
DI YOGYAKARTA

Orang menyebut dan mengenal Yogyakarta sebagai kota budaya. Dari sebutan ini setidaknya bisa ditunjuk simbol-simbol kebudayaan yang ada di Yogyakarta. Salah satu simbol budaya Yogyakarta, dari beragam simbol yang ada, adalah kesenian tradisional. Yogyakarta yang terdiri dari empat Kabupaten dan satu Kotamadya dan disebut sebagai Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, setidaknya di empat kabupaten terdapat beragam kesenian tradisional yang masih hidup. Kesenian-kesenian itu ada yang dikenal dengan nama Angguk dari Kulonpogo, ada Kethoprak baik dari Bantul maupun Sleman atau dari kota Yogyakarta, bahkan disetiap daerah ada group kesenian kethoprak. Ada Tayub dari Gunung Kidul, ada Langen Mandrawanara dari Bantul, ada Keroncong tradisional dari Kotamadya Yogyakarta dan seterusnya.


Beragam kesenian tradisioanl yang ada di Yogyakarta, apapun jenis dan namanya adalah menunjukkan, bahwa masyarakat Yogyakarta terbukti menjaga kelangsungan hidup kesenian tradisional, meskipun dari segi ekonomis tidak menghasilkan untung. Kalaupun ada jenis kesenian tradisional yang bisa mendatangkan uang adalah wayang kulit. Namun hanya dalang-dalang tertentu yang, biasa disebut sudah "peye" alias payu yang bisa mengenyam keuntungan ekonomis.


Kesenian tradisioanl memang tidak harus ditaruh dalam perspektif ekonomis, yang agak lebih tepat agaknya, diletakan pada kultur kekerabatan. Dari kultur ini bisa dilihat, orang dalam jumlah yang cukup banyak terlibat dalam jenis kesenian tradisional. Jumlahnya bisa lebih dari 30 orang dalam satu group, belum dilengkapi perangkat yang lain. Dari jumlah yang cukup banyak itu dan masing-masing individu menyalurkan energi serta kreativitasnya untuk kelompoknya, yang berupa kesenian tradisional.


Berpijak dari kultur kekerabatan itu pula yang membuat kesenian tradisional bisa tetap terjaga kehidupannya meskipun tidak mendatangkan keuntungan secara ekonomis. Tampaknya, pelaku kesenian tradisional tidak terlalu begitu "ngotot"soal uang, karena bisa dicari dengan cara kerja yang lain. Biasanya, di desa para pelaku kesenian tradisional sekaligus adalah petani, baik buruh tani maupun petani penggarap. Ada juga, anggota group kesenian -atau bahkan pemimpinnya-adalah pegawai negeri di Kabupaten atau di Kecamatan, yang di tempat tinggalnya menerusnya jenis kesenian tradisional yang ditinggalkan leluhurnya.


Tampaknya, dari kata "leluhur" inilah spirit pelaku kesenian tradisional bisa dikenali. Sebab, seperti selalu dikatakan oleh hampir banyak pelaku kesenian tradisional, apa yang dilakukan berkait kesenian tradisional adalah upaya meneruskan apa yang telah dilakukan leluhurnya.


Mari kita lihat beberapa foto kesenian tradisional sambil melihat "leluhur" yang ada di sana. Foto-Foto ini hanyalah contoh dari jenis kesenian tradisional yang jumlahnya ada lebih banyak dan beragam jenis. (*)

Kesenian Jathilan Kesenian Incling Kesenian Langen Mandra Wanara Kesenian Dagelan Mataram Kesenian Wayang Kulit
Kesenian Kubrosiswo Kesenian Keroncong Kesenian Angguk Kesenian Kethoprak




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta