- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Berita-budaya»SA UNINE DOLANAN DI ALKID
10 May 2011 10:33:00Santai dan penuh canda. Begitulah pementasan Sa’Unine di Alun-alun Kidul sore itu. Di pelataran depan Siti Hinggil yang biasa dipakai sebagai tempat parkir kendaraan, dengan kostum seadanya para personil orkes gesek kondang ini menyajikan beberapa lagu yang diambil dari album mereka, Masa Lalu Selalu Aktual. Belasan sepeda onthel milik mereka diparkir bersanding dinding.
Sekitar pukul setengah lima sore, belasan personil Sa’Unine baru saja usai bersepeda ria untuk memperingati hari bumi yang jatuh pada 26 April. Sekitar jam tiga siang mereka berangkat dari rumah Andy Amrullah, personil Sa’Unine yang biasa dipanggil Si Dul, di dekat SMK Musik Bugisan. Beramai-ramai sambil menyandang alat musik gesek seperti biola, viola dan cello, mereka mengayuh pedal sepeda ke arah utara.Sesampai di Tugu, mereka berbalik arah ke selatan, melalui Malioboro, Alun-alun Lor hingga akhirnya sampai di Alun-alun Kidul.
Sejumlah penggemar dan teman Sa’Unine sudah menunggu di sana. Kebanyakan mereka menerima kabar melalui pesan pendek telepon genggam. Acara ini, menurut Sonny Suwarsono dari manajemen Sa’Unine, memang dirancang mendadak. Saat itu kelompok musik yang didirikan pada tahun 1992 dan beranggotakan alumni ISI Yogyakarta ini sedang berlatih di museum Tembi Rumah Budaya (25-26/4). Selama dua hari ini mereka fokus menyiapkan lagu-lagu untuk album kedua, sebelumkemudian rencananya menyepi di Mega Mendung, Jawa Barat.
Dari obrolan saat istirahat, sekelompok pemain yang selama ini berhobi pit onthel sepakat untuk terlibat dalam peringatan hari bumi, yakni dengan ngepit dan bermain musik pada hari Rabu, 27 April. Dalam bermusik ini, kata Sonny, tujuan utama mereka bukanlah untuk ditonton tapi lebih sebagai wujud keikutsertaan mereka dalam hari bumi. Hasilnya memang pementasan musik yang lepas dan tanpa beban. Namun tidak berarti mereka asyik sendiri. Komunikasi dengan penonton tetap dilakukan. Andy menjembataninya dengan menjelaskan tentang album Masa Lalu Selalu Aktual dan judul lagu yang mereka pentaskan. Guyonan,celetukan dan ledekan di antara mereka, dan terkadang dari penonton, ikut membentuk suasana yang cair dan santai. Pemilihan lagu yang akan dibawakan juga dirembug saat itu. Andy melontarkan judulnya, dan teman-temannya mengiyakan atau menolak. Di saat jeda, diedarkan caping yang dipakai beronthel untuk memohon saweran, sekaligus menjajakan album mereka yang diproduksi Sa’unine dan Tembi Rumah Budaya ini.
Tidak semua pemain ikut tampil tapi cukup untuk mengangkat lagu-lagu yang mereka bawakan. Menurut Sonny, personil yang tampil sore itu adalah 5 pemain cello, 4 pemain viola, 1 pemain kontrabass, dan 6 pemain biola. Jumlahnya hampir separuh dari personil Sa’Unine yang berjumlah 45 orang.
Pementasan dibuka dengan lagu Sapu Lidi, yang diaransir oleh Dimawan Krisnowo Adji yang akrab dipanggil Wawan. Segera terbentuk atmosfir yang selaras antara irama musik yang mengalun lembut dengan bangunan tua Siti Hinggil, pohon-pohon besar, langit sore yang temaram. Ada dinamika kendaraan bermotor yang lambat melintas di antara pemain dan penonton tapi tidak terlalu menganggu meski penonton perlu menaruh perhatian lebih pada permainan gesek Andy, Wawan dan kawan-kawan.
Berikutnya adalah lagu Minang yang riang, Paris Barantai, yang diaransir Oni Krisnerwinto, pimpinan Sa’Unine yang tidak bisa hadir saat itu. Beberapa bagiannya terasa nakal dan jenaka. Disusul Dolanan Pizzicato yang unik, yang merupakan medley lagu Gundul-Gundul Pacul, Jaranan, Cublak-Cublak Suweng. Lagu yang diaransir Wawan ini sebagiannya dibawakan hanya dengan petikan jari (pizzicato) pada dawai instrumen musik mereka. Pementasan ditutup dengan lagu Padang Bulan yang juga diaransir Wawan.
Senja mulai turun, adzan maghrib berkumandang. Setelah beristirahat, Andy dan kawan-kawannya kembali mengayuh sepeda onthel. Lagu-lagu daerah yang mereka bawakan tadi berkali-kali muncul mengiang di telinga saya. Mungkin ini bagian dari makna judul album mereka, Masa Lalu Selalu Aktual.
barata
Artikel Lainnya :
- ANTI RAYAP, SERVIS AC DAN KONSULTASI SKRIPSI(01/01)
- 1 Juni 2010, Ensiklopedi - DOLANAN GOWOKAN(01/06)
- Kereta-Kereta Kraton Yogya(17/10)
- Reribet ing Pakualaman(11/05)
Kata-Kata Panas dari Beberapa Tembok Jogja(25/04) - PRODUKSI EMPING GARUT ADA DI PAJANGAN, BANTUL(15/09)
- 22 Mei 2010, Denmas Bekel(22/05)
- PAK POS DI MASA KOLONIAL BELANDA(23/06)
- HUNIAN DI BANTARAN SUNGAI DI WILAYAH YOGYAKARTA(01/01)
- LATIHAN MUSIK DI MULOSCHOOL JOGJA TAHUN 1940(13/09)