ANEKA BENTUK TUGU DI BERBAGAI PERSIMPANGAN DI JOGJA

Ada begitu banyak persimpangan jalan di Jogja. Dari sekian persimpangan itu biasanya dilengkapi dengan lampu pengatur lalu lintas. Umumnya persimpangan jalan yang diberi lampu pengatur lalu lintas adalah jalan-jalan yang relatif besar dan cukup padat kendaraan. Selain itu, untuk menekan angka kecelakaan di persimpangan jalan, banyak persimpangan jalan yang kemudian dilengkapi dengan tugu, tonggak atau patok, tong, atau tanaman berupa pohon beringin atau preh.

Sekalipun demikian banyak juga yang tidak dilengkapi keduanya. Kadang-kadang wujud tugu, tanaman, patok, atau lampu jalan yang dipasang di tengah persimpangan kemudian digantikan dengan lampu pengatur lalu lintas. Jadi pada bagian tengah persimpangan jalan itu kemudian dibiarkan menjadi kosong. Salah satu pertimbangannya adalah agar dapat memberikan ruangan yang lebih leluasa bagi pergerakan lalu lintas. Kondisi persimpangan jalan seperti ini dapat dilihat misalnya di Perempatan Gondomanan dan Perempatan Kantor Pos Besar-Monumen Serangan Oemoem 1 Maret. Dulu pada kedua persimpangan jalan ini ada sebentuk bangunan yang diletakkan di tengahnya. Untuk Perempatan Gondomanan ada bangunan berupa tiang lampu yang didirikan di tengah-tengah perempatan. Sedangkan perempatan di depan Kantor Pos Besar dulunya ada bangunan berupa air mancur sehingga perempatan ini pernah terkenal dengan nama Perempatan Air Mancur.

Perempatan atau persimpangan jalan yang di tengah persilangannya ditempatkan bangunan (umumnya berupa tugu) dapat ditemukan di berbagai tempat. Umumnya persimpangan yang demikian ini justru dapat ditemukan di pinggiran kota Jogja. Berikut ini Tembi menyajikan hasil jepretannya dengan objek jepretan di pinggiran Kota Jogja khususnya di wilayah Kabupaten Sleman maupun Bantul.

Tugu-tugu semacam itu selain digunakan sebagai penanda akan adanya perempatan atau persimpangan, juga digunakan sebagai semacam rambu lalu lintas agar orang yang akan melintas di persimpangan tersebut memperlambat laju kendaraannya. Selain itu tugu semacam itu baik langsung maupun tidak sering menjadi salah satu identitas wilayah setempat. Misalnya Tugu Gentong di Bangunjiwo Bantul. Tugu Batik di Rejodani, Tugu Jam Sinden di Cebongan, dan sebagainya. Artinya, dengan menyebut nama tugu itu orang pun akan ingat bahwa tugu itu berada di wilayah A atau B.

Boleh jadi ketika tugu-tugu di persimpangan-persimpangan itu dibangun orang tidakl berpretensi untuk menjadikannya sebagai salah satu identitas wilayah setempat. Akan tetapi pada perkembangannya hal itu justru dijadikan penanda wilayah tertentu oleh orang yang berasal dari luar daerah yang bersangkutan. Hal demikian terjadi karena orang dari luar wilayah tersebut biasanya akan menandai wilayah asing dengan tanda-tanda khas yang dapat dilihat olehnya secara langsung. Barangkali di sekitar Anda juga terdapat bangunan berupa tugu yang tidak Anda sadari telah menjadi salah satu penanda khas bagi daerah atau wilayah Anda.

a. sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta