- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Yogyakarta-yogyamu»JAMU GINGGANG, SALAH SATU JAMU LEGENDARIS DARI YOGYAKARTA
25 Feb 2009 07:46:00Yogyamu
JAMU GINGGANG: SALAH SATU JAMU LEGENDARIS DARI YOGYAKARTA
Wilayah Paku Alaman, Yogyakarta selain terkenal karena istana Paku Alaman-nya juga terkenal karena keberadaan warung jamu tradisionalnya yang diberi nama Warung Jamu Tradisional Indonesia “Ginggang”. Warung jamu ini terletak di Jl. Masjid No. 32, Paku Alaman, Yogyakarta atau tepatnya berada di sisi barat Kraton Paku Alaman.
Warung jamu ini sudah memulai usahanya sejak tahun 1950-an. Jadi usianya hampir 60 tahunan. Usaha perjamuan tradisional ini mula-mula dirintis oleh almarhum Mbah Puspo Madyo yang mendapatkan keahlian meracik jamu dari eyang buyutnya. Kini usaha jamu ini diteruskan oleh Ibu Ida (49) selaku generasi ke-3 dari Mbah Madyo. Ibu Ida sendiri mulai menekuni usaha di bidang ini sejak ia lulus dari SMA pada tahun 1979-an. Sejak itulah Ibu Ida mulai menekuni dunia racik-meracik jamu yang bahan mentahnya dikulaknya di Pasar Beringharjo.
Menurut Bu Ida tidak ada kendala yang berarti dalam usaha jamu yang selama ditekuni oleh keluarganya itu. Kendala ringan seperti sepinya pembeli memang kerap terjadi. Tetapi hal semacam itu dianggap wajar dalam sebuah usaha warung atau kios. Umumnya pembeli relatif sepi bila musim penghujan tiba atau sedang memasuki bulan puasa.
Sejak berdiri Warung Jamu Ginggang terkenal sebagai warung yang menjual ramuan jamu cespleng. Tidak mengherankan jika pada hari dan jam-jam tertentu warung ini dipenuhi pembeli. Untuk menampung pembeli disediakan 7 meja dengan 4 pasang kursi yang terbuat dari kayu jadi pada masing-masing meja di ruangan warung ini. Masing-masing meja dilengkapi dengan wijikan. Kecuali jamu yang bisa diminum di tempat warung jamu ini juga menyediakan racikan-racikan jamu dalam kemasan yang siap disedu atau dibuat di rumah.
Mengingat sering membanjirnya pembeli, Warung Jamu Ginggang ini mempekerjakan 15 orang karyawan untuk mengelola warung jamunya. Semua karyawan dipekerjakan dengan sistem shift. Kebetulan karyawan-karyawan Warung Jamu Ginggang ini banyak yang berasal dari luar kota Yogyakarta, seperti Kulon Progo, Klaten, Pakem, dan sebagainya.
Saking terkenalnya, Warung Jamu Ginggang ini bahkan sering didatangi pembeli yang berasal dari Malaysia, Belanda, dan Singapura. Barangkali mereka pun telah merasakan manfaat dari jamu produksi Warung Jamu Ginggang ini sehingga setiap kali mereka datang ke Yogyakarta mereka menyempatkan diri meminum jamu di warung ini. Bukan hanya itu, di Warung Jamu Ginggang ini juga pernah kedatangan rombongan pembeli yang kemudian merayakan ulang tahun salah satu anggotanya di tempat ini. Gilanya, ulang tahunan ini suguhannya juga jamu.
Warung Jamu Tradisional Indonesia Ginggang mulai buka jam 08.30-20.30 WIB. Setiap hari warung ini buka kecuali hari raya Idul Fitri. Setidaknya ada 5 jenis racikan jamu yang digemari pembeli di warung jamu ini, yakni Kunir Asem, Beras Kencur Komplit, Watukan, dan Cabe Puyang. Selain itu menu jamu racikan lain yang ditawarkan di Warung Jamu Tradisional Ginggang ini adalah Ngeres Linu, Tuju Angin, Sariawan, Uyup-uyup, Galian Singset, Sawnanan, Sawan Tahun, Sehat Pria Telur, Sehat Pria Telur Madu, Sehat Pria Telur Anggur, Sehat Pria Komplit, Galian Putri Telur, Galian Putri Telur Madu, Galian Putri Telur Anggur, Galian Putri Komplit, Beras Kencur Biasa, Beras Kencur Telur, Beras Kencur Keras Telur, Beras Kencur Keras Telur Madu, Watukan Komplit, Beras Kencur Komplit, Tapel, Parem, Wedak Anget.
Warung Jamu ini memakai nama Ginggang bukan tanpa alasan. Ginggang adalah istilah dalam bahasa Jawa yang berarti renggang. Sebenarnya nama ini hanya merupakan satu cuplikan istilah dari sebuah istilah atau peribahasa Jawa yang berbunyi datan ginggang sarikma ’tidak renggang (sekalipun hanya) serambut.’ Nama Ginggang ini digunakan dengan suatu harapan agar anak keturunan Mbah Puspo Madyo tetap rukun dan selalu bersatu selamanya.
teks dan foto: a sartono
Artikel Lainnya :
- 2 Februari 2011, Yogya-mu - DAUN PINTU SEBAGAI PENGINGAT AKAN BENCANA(02/02)
- Mengenali Tanda-tanda Fisik Wanita(07/07)
- Budi Dayaning Manungsa Ora Bisa Ngungkuli Garise Sing Kuwasa(16/10)
- 8 April 2010, Primbon - Selamatan Tingkep(08/04)
- DESA WISATA SROWOLAN SLEMAN, MENIKMATI KEINDAHAN ALAM, MENGENANG SEJARAH PERJUANGAN(08/07)
- Dolanan Layangan-5 (Permainan Anak Tradisional-78)(03/04)
- SENI MURAL DI YOGYAKARTA (BAG. 2)(01/01)
- Karya-Karya Baru Karawitan Yang Selalu Dinanti(02/02)
- Memilih Hari Untuk Minggu Depan(16/08)
- Wibisana(04/11)