Tembi

Yogyakarta-yogyamu»SENI MURAL DI YOGYAKARTA (BAG. 2)

01 Jan 2008 04:37:00

Yogyamu

SENI MURAL DI YOGYAKARTA (BAG. 2)

Mural dan graffiti sekalipun menggunakan media maupun material yang relatif sama, keduanya tetap dibedakan. Graffiti lebih menekankan diri stilisasi rangkaian huruf yang biasanya dikerjakan dengan cat semprot. Sedangkan mural adalah pelukisan realis atau ekspresif dari peristiwa keseharian yang dapat dikerjakan dengan berbagai macam teknik: kuas, mosaik, atau fresco.

Piramid-piramid besar di Mesir sampai sekarang masih menyimpan karya-karya mural zaman kuno. Lukisan mural penuh warna di dalam piramid-piramid tersebut pada intinya menggambarkan orang mati yang ditempatkan di dalam piramid serta keadaan masyarakat waktu itu. Bangsa Romawi mengadopsi seni mosaik bangsa Yunani dan kemudian mengembangkna mural-mural realis yang menggambarkan taman-taman dan desain-desain perkotaan pada dinding-dinding rumah-rumah mewah bangsa Pompeii dan Herculaneum.

Mural modern dimulai pada awal abad ke-20 dan dipelopori oleh Diego Rivera
(1886-1957), seoranng seniman besar dari Mexico. Rivera-lah yang memperkenalkan mural ke ruang-ruang aktivitas publik serta menjadikannya sebagai medium untuk menyampaikan idiom-idiom perjuangan, nasionalisme dan realitas sosial politik. Karya-karya Rivera banyak membuahkan kontroversi sekaligus juga banyak melahirkan inspirasi bagi para seniman sesudahnya. Seniman-seniman mural abad ke-20 yang cukup berperangaruh selain Rivera adalah Keith Haring (1959-1990) dan Jean-Michel Basquait.

(bersambung)

Sumber: Gambar/Foto: Koleksi Apotik Komik (Samuel Indratma)
Tabloid Dipublik, 2002 + Omong-omong dengan Samuel Indratma




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta