Dolanan Layangan-5
(Permainan Anak Tradisional-78)
Benang yang sudah digelas segera bisa digulung ke dalam kaleng bekas yang biasa disebut bendrong. Kedua sisi kaleng susu atas bawah atau sejenisnya, harus dibuang terlebih dahulu. Setelah itu, kaleng dilapisi dengan kertas memutar, di atas dan bawah bisa diberi karet gelang agar tidak mudah lepas kertasnya. Atau bisa juga dilem. Fungsi kertas pelapis kaleng, agar benang tidak mudah berkarat. Setelah itu, benang gelasan yang dikeringkan di antara pepohonan mulai bisa dipindahkan ke bendrong, dengan cara menggulung searah dan harus merata di segala bagian bendrong. Hal itu agar benang tidak numpuk jadi satu, sehingga tidak mudah “dobol” atau lepas. Seseorang yang membantu memegang bendrong dan menggulungkan benang saat seseorang bermain layangan disebut mbendrong.
Setelah semua peralatan bermain layangan sudah siap, maka pemain layangan disertai teman-temannya yang membantu atau bisa juga pemain lain yang juga sama hendak bermain layangan menuju tanah lapang, pinggir sawah, atau tempat lain yang leluasa untuk bermain layangan. Setelah itu, setiap pemain layangan segera menalikan benang ke layangan masing-masing. Karena layangan ini untuk diadu, maka jenis layangan yang dipakai adalah standar, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Jadi yang biasa umum dipakai. Selain itu biasanya layangan standar juga memiliki berat yang lebih ringan dari pada layangan festival. Setiap pemain bisa mengambil tempat yang agak berjauhan. Biasanya kalau sudah naik, tempat yang diambil adalah yang dekat pohon agar bisa berteduh. Jika tidak ada angin, biasanya anak-anak menyanyikan lagu seperti yang pernah disampaikan pada edisi sebelumnya, yakni: /Cempe, cempe/ undangna barat gedhe/ tak opahi duduh tape/ cempe, cempe/ undangna barat dawa/ tak opahi duduh klapa//. Begitu berulang-ulang hingga ada angin dan layangan setiap pemain bisa mumbul atau naik.
Setelah layangan naik terbawa angin, setiap pemain layangan bisa menggerak-gerakkan layangan secara bebas. Bisa dengan cara “nyirukke” (menyorongkan) ke kanan ke kiri, cara “nggoling” (berputar-putar), dan sebagainya. Saat hendak mengadukan layangan, setiap pemain harus mempunyai teknik bermain agar layangannya menang. Teknik yang harus dikuasai, antara lain, sebisa mungkin layangan dan benangnya di atas layangan dan benang lawannya. Jika hal itu sudah dijalankan, maka benang terus diulur secepat mungkin agar terjadi gesekan benang yang cepat. Jika itu dilakukan, bisa jadi benang layangan lawan akan segera putus. Bisa pula dengan menarik benang layangan secepat mungkin, jika layangan tidak kena angin.
bersambung
Suwandi
Sumber: 33 Permainan Tradisional yang Mendidik, Dani Wardani, 2010, Yogyakarta: Cakrawala; Permainan Tradisional Jawa, Sukirman, 2004, Yogyakarta: Kepel Press; Baoesastra Djawa, WJS. Poerwadarminta, 1939, Batavia; Pengamatan dan Pengalaman Pribadi
Artikel Lainnya :
- KULINER SUASANA DI PAKUALAMAN(07/07)
- Samin Kudus. Bersahaja di Tengah Askestisme Lokal(04/03)
- BESENGEK TEMPE BENGUK, SALAH SATU MAKANAN KHAS KABUPATEN KULON PROGO(10/11)
- Denmas Bekel(03/11)
- CUBLAK-CUBLAK SUWENG - 2 (DOLANAN ANAK TRADISIONAL-17)(29/09)
- 26 Maret 2011, Kabar Anyar - Macapatan Malem Rabu Pon 98 Pepeling(26/03)
- Denmas Bekel(28/05)
- Popo Solo Exhibition Numpang Nampang(10/03)
- KISAH ADISUCIPTO I(24/01)
- Ngliwet dengan Kendhil, Menghadirkan Kembali Tradisi Lama(19/12)