Popo Solo Exhibition
Numpang Nampang

Ide-ide sang seniman sepertinya muncul dari kepekaan pada hal-hal kecil dan sederhana dalam kesehariannya. Dengan sadar Popo menggali ide-ide kreatifnya dengan mengamati hal-hal sederhana dalam kehidupan sosial yang akhirnya menghasilkan diary visual di tembok-tembok jalanan Jakarta. Popo adalah seorang street artist Jakarta, awal mula eksistensinya dimulai dari tembok-tembok bisu jalanan yang dinamakan Silence Speak, representasi gagasannya yang bicara melalui karya-karya sebagai diary pribadi atas hal-hal pribadi yang tidak bisa diungkapkannya secara verbal. Dan kali ini ruangrupa mengundang Popo secara khusus untuk merepresentasikan karyanya dalam sebuah pameran tunggal di RURU Gallery, Tebet Jakarta yang berlangsung pada 6-20 Maret mendatang bertajuk Numpang Nampang.

Menurut kurator Andi RHARHARHA, maksud tema Numpang Nampang adalah sang seniman POPO mencoba merebut ruang dengan strategi numpang nampang dengan berpose bersama selebritas dan pejabat. Dalam salah satu contoh karyanya, foto polaroid pose karakter POPO berjabat tangan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selain foto-fotonya yang berpose bersama selebriti dan pejabat, dalam pameran tunggalnya, Popo juga membuat karya mural, ditembok Ruru Gallery, ia membuat karakter Popo dalam balon udara Facebook menembaki burung-burung Tweeter. Dalam karyanya ini Popo menceritakan fenomena facebook yang belakangan menurun kepopulerannya karena Tweeter juga menjadi fenomena jejaring sosial saat ini.

Untuk pameran tunggalnya ini, tak hanya sebatas mural dan foto, POPO juga mengeksplorasi berbagai macam media digital print, polaroid, lukisan, tampilan screen saver pada desktop komputer, neon box, toys character, instalasi, lukisan diatas media gelas & mangkok mie ayam. Selain itu, Popo juga menanggapi benda-benda yang menyimpan memori yang dekat dengan pengalamannya seperti lukisan pemandangan alam dan lukisan kuda yang sering dipajang diruang tamu yang tak lupa disisipi karakter Popo ciptaannya.

Selain sebagai seniman, POPO juga mengajar sebagai dosen Komunikasi Visual di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta. Popo diangkat, dan kemudian sering dipanggil, sebagai Dosen Istimewa karena dia dianggap berhasil memakai dan mempresentasikan media street art untuk berkomunikasi dengan publik yang lebih luas.

Titin